Matahari belum bangkit di hari minggu dan tentunya masih jauh dari kata subuh. Ini terlalu dini Jevi terjaga dalam mukanya yang cukup pucat, dia raih segelas air di atas meja, dia teguk dengan jantung berdegup. Satu yang ingin dia pastikan saat membuka mata, tak lain dan tak bukan adalah keadaan Gita saat ini dari media komunikasi yang dia punya berupa telepon selular yang tak jauh dari tempatnya berada.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi."
Sudah ratusan kali Jevi mendengar pesan operator ini hampir setiap hari. Gita benar-benar tak bisa dihubungi dan itu terjadi untuk kedua nomornya yang Jevi ketahui. Ada apa dengannya sebenarnya, otak Jevi dibombardir oleh banyak pertanyaan. Apakah di ujung pulau sana, wanita itu masih diberkahi umur yang panjang, apakah dia dan adiknya baik-baik saja, dan sayangnya tak ada yang bisa Jevi lakukan kecuali mengeceknya sendiri. Dan lebih pusing lagi, waktu untuk pergi dan berpindah provinsi sedang tak tersedia, apalagi dengan kesibukannya yang menjadi-jadi.
Dan paling buruk dari itu semua adalah hari ini dia beristri dan mungkin tiga bulan lagi Jevi bisa bertemu Gita lagi. Tau sendirilah jika Dahlia itu lebih buas dibanding dengan gerombolan serigala, lebih ganas dari koloni lebah yang siap menyengat, dan yang paling Jevi benci dari wanita itu adalah dia tak bertanggung jawab seperti kucing yang berak sembarangan. Dia hanya mengabarkan dia akan datang tepat waktu ke akad nikah, tanpa mengikuti gladi resik kemaren sore, ujug-ujug datang di hari H seperti pernikahan baginya adalah sesuatu yang sudah biasa dia jalani tanpa membutuhkan banyak persiapan, ya wajar sih sudah nikah 3 kali sebelum dengan Jevi.
Rumah ini sebenarnya cukup ramai, karena beberapa sepupu Jevi yang juga ikut menghadiri acara esok hari berinisiatif untuk bersama-sama dari sini agar mudah berkoordinasi. Pagi ini sebelum ke lokasi pernikahan, kamar ini akan Jevi kunci sampai tiga bulan ke depan, karena dia tak mau jika Dahlia dan anaknya yang balita itu mengacak-ngacak kamar ini saat mereka tinggal di sini. Kamar ini hanya boleh diisi oleh dirinya dan Gita saat mereka menikah nanti. Bahkan foto pernikahan palsu mereka juga sudah Jevi pajang di salah satu bagian dinding dan sekarang jumlahnya sudah berlipat ganda dengan foto-foto Gita yang lain. Bahkan pas foto yang digunakan Gita buat ijazah SMA-pun Jevi perbesar, dibuat 12R, dibingkai keperakan, dan dipajang dengan susunan yang rapi terhadap foto lainnya.
"Git lu di mana? Ternyata cinta itu membuat kita menderita ya, Sayang? Tunggu gue tiga bulan lagi di sana ya? Jangan berpindah perasaan, gue mohon. Lu boleh tak memaafkan gue karena meniduri wanita lain, tapi jangan pergi meninggalkan gue gitu aja, gue akan perbaiki semuanya!"
Jevi perhatikan layar telepon selularnya yang memuat foto wanita yang dicintainya itu. Rindunya itu semakin meletup-letup di langit perasaannya yang kian tinggi.
***
Semuanya lengkap, hanya kurang pengantin wanita dan anak balitanya yang nanti akan jadi anak tiri Jevi. Bahkan penghulu yang akan menikahkan mereka berdua sudah hadir satu jam lebih awal. Kemana gerangan Dahlia? Sudah lebih seminggu dia menghilang begitu saja tanpa kabar berita. Bahkan keluarganya hanya dikabari lewat pesan WA kalau dia baik-baik saja. Apa luka operasinya belum kering sempurna, atau sekarang dia lagi sibuk dengan pakaian pernikahannya yang sudah dikirimkan 2 hari yang lalu ke kediamannya itu?Entahlah, tapi yang pasti sampai sekarang belum terlihat juga batang hidungnya atau rengekannya yang menyebalkan itu.
Jevi yang sekarang super duper tampan, mulai tak tenang. Tadi maminya mengusap-ngusap bahunya agar anaknya itu tak lagi bolak-balik seperti seterika di salah satu ruangan di hotel ini. Namun tetap saja, Jevi tak terkendali, karena waktu yang ditetapkan semakin dekat, dan Dahlia tak tampak.
Ah, telepon wanita itu tak juga aktif, lagi-lagi tak aktif. Padahal seingat Jevi tadi pagi, Wa-nya masih online, tetapi sekarang hanya ceklis satu dan tak berubah sedari jam 8 tadi.
"Jev, gue udah cari ke alamat yang lu bilang sama adiknya tadi. Tapi Dahlia tak ada di situ. Rumah itu kosong!"
Jevi ingin berteriak saat mendengar berita itu dari Azam, sepupu yang umurnya hampir sama dengannya. Apa-apaan ini coba, kalau benar Dahlia menganggap santai pernikahan, tapi jangan sampai sebercanda ini juga harusnya. Apalagi semua sudah siap sedia. Dan kalau bukan karena perjanjian yang harus diselesaikan secepatnya, Jevi juga amit-amit menikahi wanita monster semacam itu juga.
"Ok! Sialan tuh emang wewe gombel. Suka seenaknya sendiri dari dulu!"
Jevi menggerutu dan ditanggapi Azam dengan tertawa kecil. Azam adalah salah satu yang paling tau tentang masa lalu Jevi termasuk juga dengan motif pernikahan ini yang bertujuan untuk menutupi aib-aib pria tersebut.
"Udah, kalau dia nggak datang ya sudahlah, lebih baik lagi sih sebenarnya, lu bisa undur pernikahan lu sama dia!"
"Gue ingin lebih cepat, Bambang. Ada anak orang yang nunggu juga buat gue nikahin segera. Geblek dah ini kasus, bangke amat karena bikin gue tak bisa tenang. Setan!"
Azam tertawa, terbahak, dan bukan lagi tertawa kecil yang ditahan-tahan. Sepupu Jevi ini memang cukup dekat dengan pria tersebut terutama saat Jevi melanjutkan kuliah di Singapura. Mereka satu asrama hampir dua tahun lamanya, tapi di akhir studi keduanya, Azam pergi ke Belanda, sedangkan Jevi balik ke Indonesia untuk memulai perusahaan travelnya. Sampai sekarang Azam jarang kembali ke Indonesia, apalagi sejak menikahi bule Eropa dan memulai usaha restauran di daerah sana.
"Santai Jev, masa satu wanita doang nggak bisa lu tanganin sih. Biasanya enam wanita sehari dibikin giliran juga bisa!"
"Bangsat lu, udah berubah gue sekarang ya, nggak sebejat dulu. Lagian sekarang gue udah nemuin yang akan gue nikahi benar-benar, tapi lu tau sendirilah gue kagak bisa melangkah ke tahap itu, kalau permintaan Dahlia belum gue selesaikan dalam waktu 90 hari. Jadi sakit gigi kan gue kalau caranya di undur-undur gini! Udah capek-capek nih gue ngafalin nama bapaknya yang panjangnya bukan main. Setan emang tuh jalang!"
Ntah kenapa hidup Jevi yang sebelumnya menakjubkan berubah menjadi drama komedi berbalut tragedi seperti ini. Dulu Azam sempat iri dengan keberuntungan Jevi yang selalu mendapatkan wanita yang laki-laki lain gilai, lalu membuangnya layaknya sampah yang sudah tak bisa di daur ulang, tapi kini, Jevi di usia yang terlalu matang seperti ini malah belum menikah, dan saat menikahpun, tetap saja semuanya diperumit keadaan dan tak mampu untuk dihindari.
"Tuhan adil ya Jev, gue baru mengerti sekarang dari melihat kisah cinta di hidup lu! Oh ya, Gue mau konfirmasi ke penghulu dulu, kalau akadnya mungkin agak ditunda sampai Dahlia datang!"
Jevi mengepalkan tangannya. Namun iya juga sih, Tuhan itu sekarang adil seadil adilnya. Siapa yang dulu suka bermain-main seenaknya siap-siap dipermainkan oleh semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romance"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...