LEBIH 'ENAK' AKU KAN JEV?

2.6K 18 0
                                    

Jevi hari ini harus ke rumah Nabila, kata wanita itu dia diundang untuk pertemuan keluarga. Sekaligus menyambut kedatangannya yang baru saja pulang umroh kemaren malam. Sebenarnya Jevi sore ini masih banyak yang mau dikerjakan, termasuk merencanakan penyambutan kembali untuk karyawan yang satu minggu yang lalu terkena pemecatan. Tapi apa daya, karena orang tua di pihak Jevi memaksa, akhirnya Jevi mengalah, dan memacu mobilnya setelah maghrib ke tempat kediaman calon istrinya tersebut.

Ya, rame. Ini bukanlah pertemuan dua keluarga saja rupanya, tapi lebih ke pertemuan orang-orang yang dikenal oleh keluarga Nabila. Di kediaman Nabila sudah penuh mobil berjejer, bahkan untuk parkirpun Jevi harus mengambil tempat di luar halaman rumah. Ah, ternyata keluarga wanita yang dijodohkan dengannya ini suka sekali dengan acara perayaan.

Lala yang pertama kali menyadari kehadiran Jevi, langsung menghambur untuk memeluk pria tersebut. Anak ini memang sejak di treatment sama keluarga Gita, memang kelakuannya berubah 180 derajat. Tak ada lagi yang namanya hujat menghujat, tetapi sekarang hanya rasa hormat yang dia tunjukkan.

"Om, mana Kak Amri, Kak Gita, sama Cika?" ucap anak kecil ini di pelukan Jevi sembari yang diangkat tubuhnya oleh pria tersebut.

"Sabtu ya, sekarang mah mereka lagi di asrama dulu La. Kalau Kak Gita juga sibuk ngerjain tugasnya di rumah."

Lala mengerti lalu pasrah digendong Jevi sampai ke ruang tengah rumah besar ini.

Nabila yang sedang bersiap dengan hidangan makan malam lalu melambai-lambai setelah menyadari kehadiran calon suaminya tersebut.

Iya itu dia, wanita yang pakai baju abaya yang hampir menutupi semua tubuhnya. Adem sih keliatannya, apalagi ditambah jilbab panjang yang menutupi kepala sampai batas pinggangnya.

"Hai Mas, kamu cukuran Mas? Maaf tadi aku sampai nggak ngenalin. Sini!"

Jevi yang membawa Lala di pangkuannya, menarik rasa iri dari Rara yang juga ingin berada dipangkuan calon ayahnya tersebut. Tapi apa daya, Uminya sudah melarang Rara untuk bergelondotan pada tubuh laki-laki dewasa.

"Eh Bil, rame juga ya?" ucap Jevi sambil menarik kursi yang ada di sampingnya itu.

"Iya Mas, hari ini kami kedatangan banyak tamu buat syukuran sekembalinya kami ke Indonesia dengan selamat. Orang tua kita datang agak rada terakhir Mas, mantan suamiku sama istrinya juga!"

Jevi mengangguk-angguk, tapi agak kaget sih dia mendengar keluarga mantan suami Nabila yang akan datang ke sini juga. Hebat juga Nabila karena masih dapat menjalin hubungan baik dengan seseorang yang sudah melukai hatinya dengan perselingkuhan.

"Kita acaranya satu jam ke depan itu berdoa dan makan bersama, baru deh sejam selanjutnya kita acara dua keluarga!"

Jevi mengangguk saja, yang penting menurutnya acara ini harus cepat berakhir tanpa adanya unsur yang menjeratnya setelah ini. Tak boleh ada yang memaksa agar Jevi harus menikahi Nabila secepatnya.

***

Mami Jevi keliatan bangga karena Rara dan Lala yang menjadi patuh sepatuh-patuhnya ke calon ayahnya. Berulang-ulang kali dua jempol Maminya itu terangkat ke atas karena kehebatan Jevi mendekati calon anak sambungnya tersebut. Sebenarnya tanpa adanya kontribusi keluarga Gita, pasti sampai sekarang Jevi masih membenci yang namanya anak kecil apalagi kebandelannya itu sudah kronis seperti Rara dan Lala yang dulu. Tapi karena dua anak ini sudah berubah perangai, maka Jevi pun bisa membaurkan diri lebih leluasa.

Sebenarnya tak ada satupun masalah sampai para tamu undangan pulang secara bergantian. Tepat jam setengah sembilan malam, hanya tinggal dua keluarga yang hendak memperbincangkan nasib perjodohan tersebut. Tentunya minus Rara dan Lala karena mereka berdua sudah disuruh masuk kamar dan tidur agar tak terlambat besok ke sekolah.

Dari tadi Jevi tak bisa melihat tanda-tanda kehadiran mantan suami Nabila yang juga ikut diundang. Jangankan mau melihat wajah pelakornya, laki-laki yang sukses termakan rayuannya pun tak tampak batang hidungnya meski acara sudah berpindah ke meja makan.

"Ma, maaf aku telat datang!"

Seorang laki-laki berperawakan tinggi, tampan, berjanggut tipis, masuk dengan menggandeng tangan istri barunya yang pakaiannya seperti salah kostum. Ya bayangkan saja, suaminya pakai baju koko lengkap dengan peci haji, tapi pelakor tersebut memakai baju kensi dengan celana levis yang panjangnya semata kaki. Beberapa peserta makan malam yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, kecuali Jevi yang segera menunduk dengan muka yang sudah pucat pasi.

Astaga naga, Dahlia kenapa apa di sini bersama mereka semua? Ini luas dunia udah dibelah sejuta kali mungkin ya, sampai bisa-bisanya ketemu orang yang sama dalam kesempatan yang berbeda.

"Silahkan duduk Lia, Fiki, kita santai saja kok di sini sambil makan yang ringan-ringan saja," ucap Ibu Nabila mengajak mereka untuk duduk.

Nabila beserta keluarganya sepertinya sudah di tahap menerima wanita perusak rumah tangga anaknya ini, tetapi tidak begitu dengan keluarga Jevi yang dari tampang mereka lebih melecehkan kehadiran Nabila yang seakan tak tau aturan acara.

Kalau Jevi jangan ditanya, dia diam, menekur, dengan jantung yang terasa mau loncat dari rongga dada.

"Kenalin dulu atuh, ini Bu tresna, Pak Nugraha, dan Jevi yang akan menjadi calon istrinya Nabila nanti!"

Jevi mau tak mau harus mengangkat wajahnya yang pucat itu. Ntah kebetulan atau tidak, tatapan Jevi bertemu dengan wanita yang dihindarinya tersebut. Dahlia langsung mengenali pria yang membuatnya jatuh hati itu.

"Jev, kok kamu mau dinikahin? Kebetulan banget kita ketemu di sini Jev."

Inilah gambaran sesungguhnya pelakor yang tak tau malu. Tanpa teringat dosa masa lalu, dia langsung menunjukkan eksistensi dengan percaya diri yang tinggi.

"Hai Lia, iya nih, aku mau menikah!"

Jantung Jevi semakin cenat cenut, jangan sampai pelakor ini buka rahasianya di depan dua keluarga yang saling bertemu.

"Syukurlah kalian udah kenalan, ayo dimakan hidangannya!" tawar Ayah Nabila dengan ramah.

Mereka menikmati hidangan itu dengan nikmat karena memang dipesan dari katering termahal di ibukota. Hanya Jevi yang merasa semua makanan ini tak bisa diterima perutnya, dia mual karena menanggung banyak ketakutan.

"Aku kira ya Jev, kamu mau nikahin anak kecil mainan kamu itu. Tapi ternyata kamu nikahi Nabila yang udah jadi bekas suami aku. Kalau gitu mah mending kamu nikahi aku, dibanding nikahi bekas buangan suami aku."

Memang pelakor laknat, biadap, tak tau tempat di mana harus bicara frontal, sehingga pembicaraannya barusan segera mengundang dua keluarga untuk menatapnya lekat. Termasuk suaminya yang sudah memandanginya dengan mata membulat.

"Maksud kamu apa ya merendahkan Nabila?" marah Ayah Nabila sambil memukul meja.

"Enakan aku kan Jev kemana-mana dibanding calon istri kamu ini?"

Oh Tuhan yang Kuasa. Jevi kalau mau diambil nyawanya, maka ambillah sekarang juga. Ini rahasia kenapa bisa meluber-luber karena kelakuan Dahlia yang macam istrinya lucifer.

"Apa sih maksud kamu Lia?" Jevi mulai menanggapi serius, tapi dengan tampang pura-pura tak mengerti.

"Kamu lupa kalau aku udah dua kali ke rumah kamu dan di sana kita bercinta berulang kali!" tanya Dahlia tanpa dosa di wajahnya tersebut.

Hancur sudah dunia perjodohan ini, Jevi sebenarnya tak masalah jika ini tak jadi, malah itu yang selama ini dia harapkan. Tapi kalau dirinya dipermalukan seperti ini, sampai mati pun dia tak akan terima.

"Jangan ngarang Lia!"

"Aku ada buktinya kok, chat-an kita. Hahaha. Aku kira tipe kamu lebih mending dari pada aku. Suami aku aja mencampakkan dia dan milih aku, kamu malah memungut dia buat jadi istri kamu!"

Dahlia tertawa. Ayah Nabila memanggil satpam agar wanita gila ini diusir dari sini. Fiki juga tak bisa berbuat apa-apa, semenjak 4 bulan ini rumah tangganya berantakan dengan Dahlia, istrinya itu memang sering berulah dan membuat keadaan semakin bertambah parah.

Ah, pelakor ini kembali merajai klasemen sementara, tentunya dengan banyak ketakutan yang ditimbulkannya.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang