Bagian 44

56 4 0
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTARNYA KAKAK~
.
.
.

HAPPY READING
.
.
.

"Hah? Ninggalin? Ninggalin apa?" Livia begitu bingung akan tingkah aneh dari cowok bertubuh atletis di hadapannya itu.

"Itu, kok ke kantin ga ngajak ngajak" Jelas mahen dengan sedikit rengekan.

"Ouhhh cuman itu doang? Apaan sih, gausah aneh aneh deh. " Livia langsung menarik tangannya dari genggaman tangan mahen dengan kasar.

Adrion hanya menatap ke arah mereka berdua dengan perasaan aneh. Begitu juga dengan ratu yang hanya terdiam dengan mulut yang sedikit menganga tak percaya akan kelakuan konyol mahen kepada livia.

"Itu doang katamu? Cih, kamu udah ga sayang sama aku lagi yaa? "
Rengekan mahen makin menjadi jadi yang membuat pipi Livia memerah dan menjadi malu melihat dan mendengar rengekan dari mulut kekasihnya itu.

Semua mata menatap ke arah mereka. Suara yang biasanya berisik menjadi hening seketika. Tatapan jijik serta tatapan aneh menatap ke arah mahen dan Livia. Kali ini perempuan tersebut benar benar sangat malu.

"Hah?" Ucap Livia gugup dengan tangan yang mulai mengepal dan pipi yang mulai memerah.

"Ihhh kamu benar benar ga sayang aku?"
Rengekan mahen makin menjadi jadi yang membuat livia memelototkan matanya ke arah mahen agar laki laki tersebut menghentikan aksi gilanya itu.

"Udah, gausah buat aku malu disini" Livia langsung menarik tangan mahen agar keluar dari kantin sekolah tersebut dengan sedikit amarah di hatinya.
Laki laki itu benar benar sudah membuat livia menjadi sangat malu. Ingin rasanya perempuan tersebut menghilang dari dunia untuk sekejap tapi itu tidak akan mungkin terjadi bukan?.

"Mau kemana? " Tanya mahen dengan muka yang bingung. Muka laki laki tersebut seolah olah biasa saja seperti tidak ada kesalahan yang dirinya lakukan untuk saat ini, yang membuat livia semakin muak dan kesal jika melihat wajah yang sok polosnya itu.

"Ahhh diam aja" Ketus livia masih dengan tangan yang menarik pergelangan tangan mahen.

"Ngapain ke rooftop? Aku mau ke kelas" Laki laki itu malahan semakin tidak tau diri, bisa bisanya ia ingin pergi ke kelas seperti tidak memiliki masalah apa apa dengan livia.

"MAU KEMANA!! " Bentakan livia langsung membuat laki laki tersebut terdiam dan menatap ke arah wajahnya dengan tatapan sulit di artikan.

"MAU KEMANA KAMU? KAMU UDAH BUAT AKU MALU DI KANTIN BARUSAN. CUMAN MASALAH KECIL DOANG KOK DI BESAR BESARIN SIH"  Tangan livia terkepal erat sampai telapak tangannya memutih. Kemarahan gadis tersebut benar benar besar untuk saat ini.

Mahen hanya menatap livia tanpa mau berkedip sedikitpun, mereka berdua saling tatap menatap tanpa ada suara.

"Sayang, aku tadi cuman cemburu aja dan marah saat lihat kamu ke kantin sama ratu, sedangkan aku ga diajak" Jelas mahen dengan wajah yang memelas melas.

Namun livia seolah olah acuh tak acuh akan lontaran ucapan dari mahen.

"Bukannya kamu juga salah? Kan udah berani ninggalin aku sendirian tanpa mau ngajak" Jelas mahen dengan alis yang mengangkat.

"HAH? Aku? Salah? Salah darimana? Kalau mau ikut, ikut aja gausah banyak drama kek gini" Ketus livia tak mau kalah. Dirinya memang tidak punya masalah kan? Jika mahen ingin ikut pergi bersamanya kenapa laki laki tersebut tak menghampirinya saja?

"Ahh udahlah ga jelas bicara sama cowok kayak kamu" Gertakan kaki dari kaki Livia membuat mahen sudah mengerti dan mengetahui seberapa marahnya kekasihnya itu, tapi dirinya malah memilih diam dan tak bergerak.

POSSESIVE BOY ( Tahap Revisi ) [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang