Bagian 46

59 4 0
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTARNYA
.
.
.

HAPPY READING
.
.
.

Di sisi lain, mahen tengah sibuk melamun dan sepertinya sedang memikirkan banyak masalah di otaknya.

Laki laki itu masih berdiri di rooftop sekolah dengan pikiran kosong dan mata yang menatap kesekitaran bangunan bangunan sekolahan yang cukup megah.

Angin kencang meniup rambut cowok tampan itu, udara memang cukup sejuk untuk hari ini. Matahari pun seperti sedang bersembunyi di balik awan awan hitam.

"Gimana nasibku kedepannya? Aku benar benar dibutakan oleh kecantikan cewek itu" Ujar mahen dalam hatinya.
Semenjak kenal dengan livia, mata dan hati mahen sulit sekali untuk dikendalikan.

Kelakuan yang dirinya lakukan barusan di kantin, seperti mimpi baginya.
Sejak kapan dirinya bisa menjadi seperti ini. Mengendalikan tubuhnya saja ia tidak mampu.

Sepertinya laki laki itu sudah di hipnotis oleh kecantikan seorang livia putri acelia.

cukup lama ia terdiam hingga ada sebuah notifikasi pesan yang masuk ke headphone-nya.

*Kring... Kring...*

Suara notifikasi dari headphone mahen membuatnya segera mengambil dan memeriksa pesan yang masuk. Jari gesit laki laki itu langsung membuka sebuah kontak yang baru saja mengirimkan  pesan kepadanya.

Pesan itu yang tertulis di salah satu nomer kontak dengan nama "mama"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan itu yang tertulis di salah satu nomer kontak dengan nama "mama".

Iyaa, itu mama. mama kandung mahen.

Sosok perempuan yang telah melahirkan dirinya. Namun sepertinya laki laki itu sudah kehilangan sosok yang dimaksud dengan sebutan orang tua.

Dipikirkannya, ia hanya hidup sendiri tanpa ada kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.

Orang tua yang selalu sibuk bekerja dan bahkan tidak memiliki waktu sedikitpun untuk anaknya. Hingga tidak mengetahui keadaan yang sedang anaknya alami untuk saat ini.

Mahen sudah terbiasa akan keadaan seperti ini, tinggal dirumah dengan beberapa pelayan tanpa ada sosok orang tua di sampingnya.

Sejak kecil, anak laki laki itu kerap ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya untuk bekerja di Swiss.

Mungkin mereka akan pulang setiap 5 bulan sekali, itupun hanya beberapa hari mereka tinggal disini.

Jika ditanya apakah mahen memiliki orang tua, dirinya pasti akan berbicara "iyaa, tapi aku kehilangan kasih sayang dari mereka"

Cukup lama mata laki laki itu menatap ke arah benda yang berbentuk persegi panjang, hingga dirinya langsung mematikan headphone yang ia pegang, tanpa mau membalas pesan tersebut sedikitpun.

"Huh" Hanya suara dengusan kasar yang terdengar.

Tangannya langsung mengacak acak, dan menggaruk kepalanya dengan kasar.

Mahen sekarang benar benar dalam keadaan frustasi.

***

"SIALAN LOH, SEKALI LAGI LO BERANI GANGGU LIVIA, GW BAKAL JAMIN LO GAKAN BISA SELAMAT DARI GW"

10 menit sudah berlalu, pertengkaran antara alvino dan adrion belum juga selesai, ada beberapa siswa siswa yang menghalangi pertengkaran tersebut. namun nihil, mereka tidak berhenti sedikitpun melainkan malah semakin menjadi jadi.

Raya yang baru saja keluar dari ruangan OSIS segera mendapatkan kabar kalau ada pertengkaran di lantai 2.
Yang membuat dirinya langsung berlari menuruni tangga dan berjalan ke arah tempat pertengkaran yang terjadi.

"HEYYY!!! COWOK GILA!! KALIAN BEGO APA GIMANA? " Teriak raya saat melihat kekacauan disana.

Laki laki tersebut sedikit shock akan kejadian yang dirinya lihat saat ini. Banyak luka memar di wajah dan tubuh alvino serta Adrion.

Dan betapa shocknya dia, saat melihat livia duduk lemas di bawah lantai dengan wajah yang sedikit pucat.
Tatapan mata yang kosong serta bibir yang begitu pucat.

"HENTIKAN HAL BODOH YANG KALIAN LAKUKAN DAN PERGI KE RUANGAN BK SEKARANG JUGA" Ucap raya dengan amarahnya. Alvino hanya menatap kearah raya dengan tangan yang memegang perutnya kesakitan.

Dan sedangkan Adrion langsung beranjak berjalan menjauhi orang orang yang sedari tadi mengerumuninya.

"KALIAN SEMUA BUBAR DARI SINI, JANGAN BUAT MASALAH INI MAKIN BESAR" Suruh raya dan dituruti oleh mereka semua.

Kini disana hanya ada livia dan raya.
Raya langsung berjalan menghampiri gadis tersebut yang masih duduk tersungkur dengan tatapan mata kosongnya.

"Liv? Gapapa? " Tanya raya sambil menjulurkan tangannya.

Livia hanya mampu menatap ke arahnya dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"Kenapa? Pertengkaran tadi ada hubungannya denganmu? " Tanya raya dengan bingung, melihat wajah livia yang seperti sedang ingin menangis. Membuatnya merasa sedikit bingung akan keadaan yang terjadi.

Laki laki tersebut lalu berjongkok dan menghapus air mata livia yang sudah lolos.

"Udah jangan nangis, kenapa? " Tanya raya dengan pikiran yang masih bingung.

Livia hanya mampu menangis tanpa bisa mengeluarkan suara sedikitpun.

POSSESIVE BOY ( Tahap Revisi ) [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang