Bagian 55

56 2 0
                                    

Sepeda motor ninja dengan sangat cepat menyalip beberapa pengendara motor maupun mobil pada saat itu. Angin yang di hasilkan tentunya sangat dingin yang mampu membuat kulit Livia gemetaran.

Livia sudah bersikap biasa saja akan keadaan yang dirinya alami seperti saat ini. Pacarnya itu memang tidak bisa membawa laju sepeda motor dengan pelan. Hal ini yang membuat Livia sedikit malas jika harus menaiki motor ninja milik mahen.

"Loh..... Kok kita berhenti di apotik? " Alis perempuan tersebut terangkat keheranan. Pasalnya, motor ninja hitam tersebut berhenti di salah satu toko apotik yang sangat sepi, hampir tak ada orang kecuali seorang penjaga toko di dalamnya.

Livia mulai turun dengan helm hitam yang masih terpasang di wajahnya, disusul oleh mahen yang lalu membantu melepaskan helm hitam yang terpasang di kepala perempuan cantik itu.

"Obatmu kan dah habis.... Masak gitu aja lupa"
Ucapan mahen berhasil membuat livia segera mengingat obat tablet penambah daranya yang sudah habis di rumah.

Walaupun perempuam tersebut sudah sehat, tetapi dirinya masih harus mengkonsumsi obat obatan yang di resepkan dokter untuknya.

"Ouh, kok kamu bisa ingat"

"Apasih yang ga aku ingat tentang kamu" Gombalan yang mahen ucapkan kepada Livia, berhasil membuat hati dan jantung perempuan tersebut berdetak lebih cepat.

"Apaan sih" Alis gadis tersebut mulai mengerut dengan bibir yang sedikit di manyunkan.

"Kamu tunggu diluar aja, aku beli obat kedalam bentaran doang kok" Seketika tangan mahen terangkat dan mengelus ngelus puncak kepala livia dengan lembut, gadis tersebut hanya terdiam dan menatap ke arah kekasihnya itu dengan tatapan yang sangat sulit dimaknai

"Ya-yaudah" Ucap balas livia dengan sedikit terbata bata. Sepertinya gadis tersebut masih tak mengangka akan kelakuan yang mahen lakukan barusan kepadanya.

Tak berselang lama, mahen langsung berjalan ke dalam toko apotik. Livia hanya menatap sosok laki laki itu dengan perasaan campur aduknya hingga sosok mahen menghilang dari pintu toko apotik yang mulai tertutup pelan.

5 menit mulai berlalu, livia mulai memanyunkan mulutnya cemberut.

"Perasaan cuman beli obat doang, tapi kenapa lama banget sih" Pinta livia dengan perasaan kesal. Mata perempuan tersebut mulai melihat ke sekeliling area toko apotik tersebut, desiran angin mulai menusuk ke dalam kulitnya. Yang membuat gadis tersebut sedikit menggigil.

Hingga dirinya tak sengaja menatap ke arah seorang cowok aneh yang berjalan memasuki toko apotik tepat di mana ada mahen di dalamnya.

Awalnya livia hanya menatap cowok tersebut dengan perasaan aneh, karna melihat pakaian yang laki laki itu kenakan sangat tertutup.

Memakai topi hitam, kacamata hitam,sebuah masker putih yang menutupi wajahnya, serta memakai jaket hitam yang cukup tebal, dan celana panjang yang menutupi seluruh kakinya. Membuat livia melongo menatap ke arah laki laki itu dengan tatapan aneh.

Hingga matanya tak sengaja menatap ke arah tangan laki laki aneh tersebut yang dimana terdapat cincin kupu kupu biru yang terpasang di jari kelingkingnya.

Pikiran livia langsung mengingat satu nama yaitu Adrion, yaa cincin yang laki laki itu kenakan sama persis seperti milik Adrion.

"Ad-adrion, di-dia Adrion" Mata livia mulai sedikit melotot tak percaya akan apa yang dirinya lihat di hadapannya barusan.

Adrion, laki laki yang diakui sebagai sahabat livia sekarang sudah menghilang entah kemana. Laki laki tersebut menghilang semenjak setelah kejadian pertengkaran antara dirinya dan alvino yang terjadi di lorong sekolah yang mengakibatkan livia pingsan tak sadarkan diri.

Livia sudah menghubungi nomer telfon Adrion namun tak di jawab oleh laki-laki tersebut, dan bahkan saat dirinya pergi ke rumahnya, rumah Adrion seperti kosong tak ada yang menempati. Dan tidak ada satu orang pun di sana.

Kejadian ini, livia sudah menceritakan kepada mahen kekasihnya, namun sikap mahen seolah olah acuh tak acuh karna memang dari awal laki laki tersebut sedikit benci akan kehadiran Adrion di kehidupan livia dan dirinya.

"Engga, itu bukan dia. Mungkin cuman cincin aja yang sama" Livia mulai menyakinkan dirinya kalau itu bukan Adrion, mungkin itu hanyalah seseorang yang tak sengaja memakai cincin yang hampir sama seperti yang Adrion pakai.

Mata Livia tak henti henti menatap ke arah laki laki aneh yang berjalan menuju ke dalam toko apotik, tak berselang lama gadis tersebut terkejut kembali. Selain cincin yang sama, laki laki aneh itu memiliki kesamaan yang cukup spesifik sama seperti Adrion, yaitu mulai dari cara berjalan, dan sepatu yang sama persis seperti sepatu kesayangan Adrion yang selalu laki laki itu kenakan kemanapun dirinya pergi.

"Adrion, di-dia ad-adrion yang aku kenal. I-iya iya,di-dia Adrion"
Livia langsung berlari ke arah laki laki yang dirinya anggap Adrion, dan tanpa aba aba gadis tersebut langsung memeluknya dari belakang yang membuat cowok aneh itu terdian kaku dan tak bergerak sedikitpun.

"Kamu kemana aja, aku kangen. Jangan menghilang lagi, kumohon. " Livia mulai meneteskan air mata dan tak lupa dengan kedua tangan yang masih memeluk pinggang laki laki tanpa identitas itu.

Mahen yang baru saja keluar dari toko apotik seketika terkejut akan kelakuan yang Livia lakukan di hadapannya.

Mahen hanya bisa terdiam dengan kedua mata yang menatap kearah Livia tajam.

Cemburu? Tentu saja itu yang mahen rasakan.

"Maaf, mungkin kamu salah orang" Ucap laki laki aneh itu dengan gugup. Dan tangannya mulai meraih kedua tangan livia yang sedari tadi memeluknya lalu melepaskannya secara perlahan.

"Enggak, kamu Adrion. Tolong jangan pergi lagi. Aku gasuka itu" Livia lalu menghapus air matanya dengan perlahan dan kembali menatap ke arah cowok aneh yang dirinya temui itu.

"Udah aku bilang, aku bukan orang yang kamu maksud, kamu salah orang" Dan benar saja tak lama dari itu, cowok yang dirinya peluk barusan membuka masker putih yang menutupi wajahnya. Tak lupa juga dengan kaca mata hitam yang dirinya kenakan.

"Ha-hah? " Livia mulai terkejut.

"Percaya kan?" Ucap laki laki asing itu sambil kembali menutupi wajahnya dengan masker putih yang sedari tadi dirinya pakai.

"Maaf maaf, aku salah orang. Maaff" Livia hanya bisa menundukkan kepalanya dan meminta maaf akan kejadian ceroboh yang baru saja dirinya lakukan.

Sedangkan mahen, laki laki itu hanya berdiri tak berekspresi sedikitpun. Menatap ke arah Livia dengan tatapan kosong.

"Gapapa gapapa, lain kali jangan asal peluk yaa" Ucap laki laki aneh itu lalu pergi begitu saja berjalan ke dalam toko apotik meninggalkan Livia yang masih malu akan kelakuan aneh yang baru gadis itu lakukan.

POSSESIVE BOY ( Tahap Revisi ) [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang