Bagian 60

54 1 0
                                    

***

*Klek.... *
Suara pintu terbuka, memperlihatkan Livia yang yang tengah berdiri di ambang pintu. Dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Gadis tersebut lalu berlari ke arah kasur empuk yang berada di dalam kamarnya dan langsung membaringkan tubuh mungilnya di atas kasur itu.

Sempat beberapa menit Livia memejamkan kedua matanya sebelum akhirnya dirinya membuka kembali kedua kelopak matanya itu dan menatap ke arah kertas putih yang masih terus di pegang oleh tangan mungilnya.

"Dari mahen" Satu kalimat itu yang terus terulang ulang di telinga Livia.

Gadis tersebut menganggap kertas putih itu berasal dari mahen kekasihnya yang memberikan kepadanya secara diam diam tanpa Livia ketahui.

Livia lalu meraih headphonenya yang terletak di meja kecil tak jauh dari tempat tidur.

Menyalakan headphone tersebut dan membuka camera untuk memfoto kertas kecil itu, niatnya adalah ingin mengirimkan foto kertas itu kepada mahen

Livia yang membaca pesan dari mahen lantas terkejut, perempuan itu terdiam beberapa menit dan mematikan headphonenya tanpa mau membalas pesan dari kekasihnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Livia yang membaca pesan dari mahen lantas terkejut, perempuan itu terdiam beberapa menit dan mematikan headphonenya tanpa mau membalas pesan dari kekasihnya itu.

"Lalu surat ini dari siapa?" Dengan cepat Livia membuka lipatan kertas putih kecil tersebut. Lalu mulai membaca setiap huruf huruf yang tercetak di kertas itu.

*jika mahen tidak bisa menjadi milikku, maka tak ada yang boleh menjadi miliknya*
Tulisan itu yang tertulis di dalam surat aneh yang Livia temui.

Gadis itu lalu kembali terdiam.

"Su-surat aneh" Ucap Livia dengan sedikit terbata bata.

Mata gadis itu lalu tertuju kepada angka yang tertulis di pojok kanan.

"27-06"

"Apaan sih, paling surat iseng iseng aja" Tangan Livia lalu mulai meremas remas kertas tersebut. Lalu melempar remukan kertas itu begitu saja.

"Ahhhh surat aneh, bikin overthinking aja"

***

Dengan senyuman yang sudah terukir di wajah cantiknya, livia berjalan ke bawah tangga dengan pakaian seragam yang sudah rapi terpakai di tubuhnya.

Pagi ini gadis tersebut terbangun cukup pagi, karna ini adalah hari pertama ujian akhir semester di mulai.

Livia sudah belajar dengan sungguh sungguh untuk mendapatkan nilai yang maksimal pada ujian kali ini.

Tapi jujur saja, surat aneh yang Livia baca tadi malam masih membuatnya kepikiran dan sempat tak fokus dalam menghafal materi pelajarannya.

"Pagi ma" Sapa Livia dengan senyuman lebar yang terpancar di wajahnya.

Ibu Livia yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan seketika menatap ke arah putrinya dengan senyuman lebarnya.

"Wahhh, udah siap aja" Puji sang ibu yang melihat livia sudah siap dengan tas merah mudanya.

"Hari ini ujian, Livia gamau telat dan mau berangkat pagi" Ujar Livia lalu duduk di kursi makan ingin menyantap sarapan paginya.

"Pagi ini mama masakin nasi goreng kesukaanmu, makan yang banyak yaa" Mendengar ucapan dari ibunya, senyuman yang tergambar di wajah Livia mulai menghilang. Gadis tersebut terdiam melamun dan tak bersuara sedikitpun.

"Nasi goreng, ad-adrion" Ujar Livia pelan.

Nasi goreng adalah makanan yang sangat adrion dan Livia sukai. Biasanya kedua sahabat itu sering sekali makan nasi goreng di pinggir jalan, mungkin ini terasa aneh seorang anak pengusaha makan makanan pinggir jalan yang tak seberapa.

Tapi inilah kenikmatan, menurut livia harga murah tidak menjamin kualitas buruk. Makanan pinggir jalan juga tidak masalah baginya.

Namun, sudah hampir 1 bulan adrion menghilang dan livia sekarang tidak tahu keberadaan laki laki itu dimana.

Membuat gadis tersebut sangat merindukan sosoknya, apalagi saat ibu livia mengucapkan dan membuat makanan kesukaan mereka.



POSSESIVE BOY ( Tahap Revisi ) [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang