6. Nyata

7 1 0
                                    

Haloo semuaaaa.. aku malas ber basa basi lagi

pokoknya..

enjoy your reading!

enjoy your reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Nduk, koe wes bangun?" (nak, kamu udah bangun?) Aghis mengerjapkan matanya perlahan. Matanya awas menatapi sekeliling. Tapi, kenapa asing sekali tempat ini?

Aghis langsung terduduk perlahan. Matanya masih menatap kamar yang ia tempati. Ini bukan kamar nya. Terakhir yang ia ingat, ia kecelakaan. Bukankah harus nya di rumah sakit?

'Gua dimana anjir?' Ucap Aghis dalam hati.

"Nduk, wes penak rung sirah mu? Jaremu sirah mu cenat cenut" (nak, udah enak belum kepala mu? kata kamu kepala kamu cenat cenut) Aghis menatap ibu-ibu yang mengajaknya mengobrol. Siapa dia? Memang tadi ia bilang kepalanya sakit?

"Koe mesti bingung to? Aku nemok no koe neng ngarep omah ku. Keadaane wes turu telentang, ndelalah tak perekso koe ki pingsan nduk" (kamu pasti bingung kan? aku nemu kamu di depan rumah aku. Keadaannya udah tidur telentang, ternyata pas aku periksa kamu tuh pingsan nak) Aghis mengernyitkan dahi nya makin bingung. Loh kok nyasar di rumah orang?

"Wes wes ojo di jak ngobrol sek. Ben nde'e pulihin pikirane. Engko makin bingung" (udah udah jangan di ajak ngobrol dulu. Biar dia pulihan pikirannya. Nanti makin bingung) Ibu tadi dan bapak itu pergi meninggalkan Aghis. Tapi wajah mereka tidak asing, seperti pernah melihat mereka di suatu tempat.

Masih ada satu perempuan yang sekiranya berusia sama dengan Aghis terduduk di pinggiran kasur. Menatap Aghis bingung, lalu bertanya "Koe jenenge sopo? Aku ndurung tau ndelok koe neng kampung iki" (Kamu namanya siapa? Aku belum pernah liat kamu di kampung ini).

Aghis menatap gadis itu seksama "Kampung? Aku di kampung siapa?" Gadis tadi seketika paham dan langsung menganggukkan kepala nya "Aku paham sekarang, kamu pasti wong kota toh? pasti bahasanya Indonesia ya?" suaranya tetap medok walau tak memakai bahasa daerah. Aghis mengangguk pelan sekaligus heran.

"Kok kamu bisa tiba-tiba di depan rumah ku?" tanya gadis itu yang bahkan Aghis sendiri tidak bisa menjawabnya. Ia saja tidak tahu kenapa bisa disini. Seketika gadis itu terdiam, 'ah sudah lah pasti dia gak tau' batin nya

"Tadi aku tanya nama kamu siapa?" Ia alihkan pertanyaan nya.

"Rinayla Aghistia Respati" gadis tadi memandang Aghis takjub "Jenengmu uapik tenan yo" (nama kamu buagus banget ya) tanpa sadar ia kembali berbahasa Jawa saking takjubnya.

"Di panggil opo koe?"

"Aghis" gadis itu mengangguk-angguk paham "aku jenenge Ruminah" (Aku namanya Ruminah) bentar, seperti tak asing nama itu. Aghis terdiam berpikir. Lalu tak lama, sekelebat bayangan ia berbincang dengan ibu nya muncul.

Soulmate and Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang