7. Nyata part 2

6 1 0
                                    

Kemarin udah mau hampir 1000, kalo aku gabung ama yang ini jadi panjang banget bjirrr..

okelaahh pokoknyaa..

hepi reding!!

hepi reding!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Rum, koe ngopo neng ngarep omah?" (Rum, kamu ngapain di depan rumah?) Aghis terdiam menatap ibu nya dari dekat. Ia terpana dengan wajah muda ibu nya. 'Manis banget sii' kagum nya.

Awalnya Aghis tak percaya. Namun saat melihat ibu nya dari dekat membuatnya semakin yakin, kalau do'a nya pada kecelakaan itu di kabulkan oleh Allah. Ini nyata. Ia sangat senang karena ia dapat kesempatan untuk mewujudkan keinginannya.

Rumi menyenggol Aghis yang melamun "Hei, di tanya itu sama Anna" Aghis sadar lalu menatap Anna "Eh iya maaf, kenapa An-na?" rasanya canggung memanggil ibu nya dengan namanya. Tapi kalau dia manggil pake sebutan 'ibu', pada curiga nantinya.

"Kamu bisa Jawa ga?" Aghis spontan menggeleng. Dia mengerti kalau orang bicara Jawa, tapi dia ga bisa ngomong nya.

Anna mengangguk "Nama kamu siapa?" suara lembut nya menyapa telinga Aghis. Adem rasanya. Suaranya mencerminkan sifat nya yang kalem juga.

"Aku Aghis" Rumi menggeleng "Ga, nama panjang nya apik tenan lho. Rinayla Aghistia Respati" ucapnya terbata sambil mengeja nama Aghis.

Anna memandang takjub "Wah, nama nya bagus banget. Ibu bapak nya pinter banget ya namainnya".

'"Iya, makasih ya bu atas pemberian namanya" Aghis tanpa sadar berucap demikian sembari menatap Anna. Ia ingat, neneknya pernah berkata bahwa yang memberinya nama adalah ibu nya. Bapaknya mah setuju-setuju saja.

Anna dan Rumi saling tatap "Bu? Kamu kenapa makasih sama Anna? emang Anna ibumu?" Aghis masih dengan kesadarannya yang mengambang, menjawab "Iya, Anna ibu ku".

Anna terkejut, namun Aghis langsung tersadar dan menggeleng dengan cepat.

"Ma-maksud aku, Anna mirip ibu aku. Namanya juga sama" Anna seketika mengangguk-angguk mengerti dan Aghis pun tersenyum kaku sembari mengangguk pelan. 'Hampir aja' batin Aghis gugup.

Tanpa Anna dan Aghis sadari, Rumi memicingkan matanya. 'Masa iya mereka ibu dan anak? apa jangan-jangan sodara?' tanya nya asal dalam hati. Namun ia memilih mengabaikan segala pertanyaan yang mengganggunya. Ia juga tak tahu mengapa ia berpikiran tak masuk akal.

"Aku panggil kamu Aghis aja ya" Anna tersenyum manis. Karena terpana, Aghis mengangguk asal.

'Kenapa aku jadi sering gak sadar sih? mana main angguk-angguk aja' kesalnya dalam hati.

"Aku manggil kamu Nanay yo" Aghis yang tersadar pun mengangguk mengiyakan "Boleh".

Ternyata walau ibu nya tahu dia bukan anaknya, panggilan namanya tetap sama, 'Aghis' itu yang ibu nya sematkan sedari ia kecil. Padahal ia bisa panggil apa saja saat ini bukan?

Soulmate and Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang