Ini tujuan Aghis..
Aghis berharap ia bisa mengubah masa depan ibu nya dan menghalangi pernikahan ayah ibu nya. Ia tak ingin ibu nya merasakan hidup melarat dengan ayahnya.
Maka dari itu, Aghis meminta kepada Tuhannya untuk di beri kehidupan kedua...
Beruntung ya kamu yang punya ayah bisa deket sama kamu. Ga canggung kalo ngobrol.
Dan buat kamu yang ga bisa deket sama ayah, it's okay jangan sedih ya. Coba caper aja sama dia, siapa tau di lirik hahhahaha. Udah kayak ke crush aja ya.
Enjoy your reading!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti yang Aghis katakan 'Udah ga butuh ayah, soalnya sosok nya udah hilang'. Percayalah, saat ia mengatakan itu, dalam hati nya tidak sepenuh nya di benarkan.
Ayahnya bernama Sandi Respati. Sosok ayah yang kaku namun terkadang ia bisa bergurau. Suaranya yang begitu berat memberi kesan intimidasi jika sedang bicara. Banyak anak tetangga nya yang takut dengan ayahnya. Bukan tanpa sebab, ayahnya pernah mengamuk ketika teman nya datang bermain. Alasannya lelah bekerja, pulang melihat rumah nya begitu berantakan.
Melihat teman-temannya yang dekat, sering bersenda gurau dan di perlakukan istimewa layaknya princess oleh ayahnya, membuat Aghis merasa iri. Ia ingin sekali bisa merasakan itu. Tak muluk-muluk, ia hanya ingin bisa bercanda dengan ayahnya, itu saja. Bahkan saat ini tak ada yang bisa ia rasakan saat bersama ayahnya, hanya kecanggungan yang tersisa di antara nya. Entah ada yang salah pada dirinya atau ayahnya. Ia tidak tahu.
Ketika mengobrol bersama keluarga pun, ia tak bisa mengimbangi ayahnya. Ayahnya sering bercanda dengan adik-adik nya, tapi ia merasa saat ia yang bicara semua terkesan kaku.
"Gigi mu ompong ya da?" tanya ayahnya pada Ghaida yang tengah mengorek gigi nya menggunakan tusuk gigi. Malam hari adalah waktu yang pas untuk mengobrol bersama keluarga.
Ghaida mendengus "Apaan sih! orang udah engga yeuu" sewot nya sambil melempar tusuk gigi ke arah ayahnya. Ayahnya tertawa. Tanpa mereka sadari, Aghis juga ikutan terkekeh pelan walau sambil bermain ponsel.
"Coba sini bapak liat. Entar ompong kayak Joseph hahahha" Joseph adalah tetangganya, bapak-bapak juga. Walau terkesan mengejek dan ghibah, tapi faktanya memang benar.
"Parah bapak ihh! Hahahhahah" awalnya Ghaida mencemooh bapaknya, namun pada akhirnya ia tertawa juga.
"Loh emang iya. Kalau ngomong kayak orang cadel" Ayahnya dan Ghaida tertawa bersama. Tak lama sang ibu ikut menimpali.
"Tapi dia pinter loh, buktinya jadi guru" Ayahnya malah tertawa mengejek "Iya, tapi menurut aku malah pinteran istri nya. Wong dia di ajak ngobrol soal mekanik sama teknologi aja hah hoh hah hoh"
"Eh tapi kan dia pinter basket loh pak, emang bapak bisa?" Ghaida bertanya dengan ekspresi mengejek.
Sandi mendelik "Wahh jangan salah, bapak itu pencetak skor unggul basket di sekolah dulu" Ghaida mendengus "Iya iya percaya".
Sandi yang tahu anaknya tidak percaya, langsung menggelitik dan menggendong Ghaida seperti karung beras "Aakhhh bapaaaaakk!! geliii hahhahaah. Turunin gak!! ihh!!" Ghaida memberontak dalam gendongan Sandi.