39. Restu

1 1 0
                                    

Kalian penasaran gak kenapa Aghis terus-terusan ngomong 'Ibu disakitin bapak' atau 'Bapak nyakitin ibu, aku benci bapak'?

Nah itu alasan kedua Aghis gak bisa dekat dengan ayahnya, puncaknya ya tetep karena ayahnya selingkuh sih..

di chapter ini akan di jelaskan sekasar apa Sandi sebenarnya..

hehhehe

hepi reding!

hepi reding!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Sandi menelan ludahnya susah payah sembari memainkan jari-jarinya. Ia ingin berbicara, namun saat melihat tatapan Simo, Sandi jadi tak berani. Anna menegang tangan Sandi sembari tersenyum menatap Sandi.

Sandi menoleh ke Anna, melihat senyum nya sedikit memberinya dukungan. Sandi pun mulai berbicara setelah beberapa menit diam-diam an "Saya Sandi pak bu, saya mahasiswa semester 9, di jurusan tek--"

"Oh berarti kamu bentar lagi lulus?" Simo memotong pembicaraan Sandi. Sandi tersenyum sungkan "Iya pak, ini saya lagi ngurus skripsi" Simo mengangguk-angguk.

"Nih nak Sandi, di makan ya" Inara menyuguhkan potongan buah apel. Sandi merasa terharu dengan perlakuan Inara yang begitu lembut. 'Persis kayak Anna', batinnya kagum.

"Iya Bu, suwun nggeh" (Makasih ya) Simo terkejut "Kamu bisa Jawa?" Sandi menatap Simo "Saya orang Malang pak".

Simo seketika tersenyum lebar lalu tangannya menepuk-nepuk pundak Sandi. Sandi sedikit bingung, namun ia senang, Simo sudah lebih bersahabat.

"Bilang dongg!! Wong Jawa Timur toh! Neng kene karo sopo?" (Orang Jawa Timur ternyata! Disini sama siapa?) Sandi mengelus pelan pundak nya yang sedikit sakit, tapi ia senang.

"Hehehehe, karo konco ku pak. Ibu ku neng kampung, bapak ku wes ra enek" (Heheheh, sama temenku pak. Ibuku di kampung, bapak ku udah gak ada).

Mereka tercengang dan canggung seketika. Terutama Anna yang begitu terkejut. Ia sendiri bahkan tak tahu. Aghis biasa saja, karena memang dia sudah tahu kakeknya meninggal saat ayahnya masih muda.

"Kamu gak cerita sama aku" Anna mendekat ke Sandi. Sandi tersenyum "Kamu gak nanya" Anna mendengus.

"Woalahh, orang tua tunggal toh. Hebat!" Simo menepuk pundak Sandi pelan sembari tersenyum. Sandi mengangguk sungkan.
.
.

"Sandi" panggil Simo. Sandi yang berada di sampingnya pun menoleh "Nggeh pak?" tanya nya.

Simo yang tadinya menatap jalanan padat sembari merokok juga menoleh ke Sandi "Saya gak mempermasalahkan hubungan mu dengan Anna. Itu urusanmu".

Sandi seketika ekspresi nya berubah menjadi senang. Itu artinya, lampu hijau tepat di depan matanya.

"Saya juga gak bakal nyuruh kamu untuk terus membahagiakan anak saya" Sandi menunduk. Simo menatap jalanan padat karena macet itu lagi.

Soulmate and Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang