32. Pandangan pertama

3 1 1
                                    

Haloo.. ketemu lagi sama aku

hepi reding ya!!

hepi reding ya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Bu, Anna mau kuliah di Jakarta, boleh?" tanya Anna ragu. Ia takut tak di izinkan.

"Boleh na, kamu butuh berapa buat ongkos?" pertanyaan dari Simo yang baru datang membuat Anna seketika terdiam. Sejak kapan ayahnya dengan mudah memberikan izin. Padahal waktu mau SMA saja harus ribut dulu.

"Dia juga harus ngekos pak" ucap Inara mengompori. Simo mengangguk-angguk "Gampang itu mah, kapan kamu tes?" Simo duduk di samping Anna.

"Minggu depan pak, tapi baru pendaftaran" Simo mengangguk-angguk lagi.

"Sehari sebelum kamu berangkat bapak kasih uang nya" setelah mengatakan itu, Simo pergi ke dalam kamar nya.

Anna menatap ibu nya yang tersenyum senang. Anna pun membalas dengan senyuman juga.
.
.

"Kalo aku gak bisa masuk kuliah, aku mau kerja aja na di Jakarta nanti" Anna menoleh "Serius?" Aghis mengangguk-angguk.

Saat ini mereka sedang ada di bis menuju Jakarta. Aghis sudah meminta izin kepada Patmi dan Sutrisno. Patmi awalnya tidak mengizinkan, ia tidak rela melepas Aghis. Meski bukan anak kandungnya, Aghis sudah di anggap layak nya anak kandung.

Bahkan Patmi sempat menangis saat Aghis minta izin, dan Aghis susah payah membujuknya. Namun pada akhirnya, Patmi mau tidak mau mengizinkan karena Aghis kesana untuk menuntut ilmu.

Aghis juga berpikir, ini saat nya Aghis berhenti merepotkan mereka. Meski mereka dengan sukarela membiayai nya, namun Aghis merasa menjadi beban, karena Aghis merasa bukan siapa-siapa di rumah itu.

Aghis juga sudah berterimakasih sebelum pergi. Dalam hati nya, Aghis benar-benar bahagia dipertemukan dengan mereka.

Aghis juga sudah membicarakan semuanya dengan Sutrisno. Aghis meminta Sutrisno untuk tidak usah memantau nya dari jarak dekat lagi, cukup pantau dari jarak jauh. Aghis tau kok Sutrisno pasti bisa melihatnya, entah dengan cara apa.

Rumi memutuskan untuk kuliah lebih dekat dengan rumah nya, Semarang, agar tidak perlu nge kos. Lebih tepat nya UNIS, Universitas Islam Semarang. Rumi juga merasa Jakarta terlalu jauh untuknya, juga budaya di sana terlalu berbeda dengannya. Ia takut tidak bisa menyesuaikan diri.

Aghis jadi teringat dengan obrolan Kakeknya dan Sutrisno..

"Anak mu mau kuliah dimana?" tanya Sutrisno. Mereka mengobrol di depan rumah Sutrisno sembari berdiri.

"Katanya di Jakarta" Sutrisno mengangguk-angguk.

"Aku.. saiki mau mendukung apapun yang Anna mau. Aku ngerasa bersalah gak pernah mendukung Anna. Padahal aku bapak e" Simo berucap sembari menunduk. Sutrisno menepuk-nepuk punggung Simo pelan.

Soulmate and Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang