Sinar mentari menghangatkan pagi ini. Disini Dziya berdiri di Bandara Soekarno-Hatta. Di hari Sabtu yang indah Dziya dengan sabar menunggu sang pelindung diri yang akan membela negeri ini. Dia JAY IDZES, kakak sekaligus malaikat pelindung baginya
"KAKAK" Dziya berteriak sekeras mungkin agar Jay mendengarnya. Jay tersenyum menghampiri Dziya dan memeluknya dengan erat.
"Bagaimana kabarmu Dzi?" Jay bertanya tanpa melepaskan pelukannya.
"Aku baik, bagaimana perjalanan kakak?"
"Perjalanannya lancar, dan seperti yang kamu lihat sekarang kakak ada disini" Jay melepaskan pelukannya dan mengusap kepala Dziya kemudian menciumnya.
"Oke Dziya, jangan berlama-lama disini, kakak capek. Ayo kita pulang."
"Haha, aku lupa kak, aku terlalu rindu pada kakak" ucap Dziya sambil mengaitkan tangannya di pinggang sang Kakak.
"Kamu sudah menjadi warga Indonesia dan kamu lupa pulang ke Belanda, dan sekarang Kakak akan menemanimu disini."
Dziya tersenyum mendengar penjelasan Kakaknya yang kini akan menjadi warga negara Indonesia.
Mereka terus bercerita sepanjang jalan, saling melepas rindu setelah 5 tahun ini Dziya resmi menjadi warga Indonesia dan jarang pulang ke Belanda.
---
Selama 1 Minggu Jay berada di Indonesia. Selama itu pula Dziya menghabiskan waktunya untuk menemani Jay mengurus proses administrasi kepindahan kewarganegaraannya dan mengajaknya berjalan-jalan di Indonesia. Dan hari ini Jay harus kembali ke Italia, karena sekarang Jay bermain di Serie B Italia di klub Venezia.
"Oke Dziya, sekarang kakak harus kembali. Jaga dirimu baik-baik.... ..... ....
... Oke" Jay memeluk Dziya dengan erat seolah enggan untuk kembali berpisah dan memberikan banyak nasihat kepada sang adik."Oke Kakak, aku akan menjaga diriku. Berhenti memberiku nasihat panjangmu itu" Dziya merengek di pelukan Jay.
"Hmm selalu saja seperti itu, ya sudah kakak berangkat. See you my little nut"
"See you, kakak"
---
Sudah satu bulan setelah kepulangan Jay. Sekarang Dziya akan pergi menonton laga Timnas Indonesia VS Brunei di Gelora Bung Karno.
"Ohhh tidakkkk, aku harus cepat. Jangan sampai aku terlambat dan tidak kebagian tempat" Dziya terus berlari ke dalam stadion karena ia datang terlambat gara-gara menunggu Keyna, teman menyebalkan nya.
"Dziya tunggu, kau melupakanku heyyyyyy." Teriak Keyna sembari berlari mengejar Dziya
"Cepat lah, kita terlambat gara-gara kamu juga yang lama dandan." Tak dihiraukannya teriakan Keyna, Dziya terus berlari kedalam stadion.
Kini mereka berdua sudah sampai di dalam stadion, dengan nafas yang tersengal-sengal mereka berhasil mendapatkan tempat duduk.
Pertandingan berjalan seru, dan Indonesia menang telak 6-0 atas Brunei dalam kualifikasi piala dunia.
Selama menyaksikan pertandingan, Dziya sedikit tidak fokus karena kehadiran calon pemain Timnas yang baru, dia Nathan Tjoe a on. Pemain yang bermain di klub Swansea city itu akan membela Tanah air ini."OMG!! Dziya, Lihat dia sangat tampan bukan" Keyna menunjuk ke arah Nathan yang duduk di bangku VVIP.
"Semua pemain Timnas kamu bilang Tampan, so aku tidak aneh saat kau mengucapkan itu" Dziya menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari Nathan. Memang Dziya akui dia tampan, dia terlihat lebih dewasa sekarang dengan jambang tipisnya.
"Oh ayolah Dziya, dia berbeda. Mukanya itu mas mas Jawa banget. Tapi tetap Kakak kamu si yang nomor 1 hahahahahah" Keyna memuji orang lain tapi dia tetap membandingkannya dengan kakak tampan sang sahabat.
"Sudahlah ayo kita pulang, lagipula pertandingannya sudah selesai." Dziya mengajak Keyna untuk segera pergi dari stadion karena jujur ada getaran yang dulu hilang kini kembali saat Dziya melihat matanya. Sorot mata tajam itu, jambang tipis itu, dan tubuh kekar itu, karya tuhan yang selama ini Dziya idam-idamkan. Dia yang menyadari tatapan mata Dziya pun tersenyum yang kembali membawa Dziya ke kisah yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...