"Zayn, Daddy pulang ke Rotterdam dulu ya. Jaga Mommy mu baik-baik, Oke?" Nathan mengecup kedua pipi anaknya itu.
"Tey" jawab Zayn dengan lucunya sembari mengangkat jari telunjuk sebagai isyarat.
"Baiklah, Lisa aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu dan Zayn dengan baik, aku janji setelah urusanku selesai maka aku akan kembali kesini." Nathan memeluk Lisa sebentar sebelum akhirnya memasuki mobilnya.
"Dadah Zayn, sampai jumpa" lambaian tangannya dibalas oleh tawa Zayn yang menghangatkan hatinya.
Setelah kepergian Nathan, Lisa masuk kembali ke dalam rumahnya untuk menghubungi seseorang.
"Dia sudah pergi, datanglah sekarang dan aku akan menitipkan Zayn dulu." Ucapnya sebelum panggilan dimatikan.
Lisa membawa beberapa perlengkapan Zayn menuju tempat penitipan bayi, beberapa minggu ini ia memang mulai sering menitipkan Zayn di penitipan hanya untuk memuaskan dirinya semata.
"Hallo, Nona. Saya kembali ingin menitipkan anak saya disini, setelah pekerjaan saya selesai maka saya akan mengambilnya kembali" ucap Lisa begitu ia sampai di tempat penitipan.
"Dengan senang hati, Nyonya. Sini adik Zayn, ikut Tante yuk!" Ajaknya pada Zayn.
Setelah Zayn berpindah gendongan, Lisa berlalu meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumahnya.
"Aku merindukanmu, Babe" sebuah tangan memeluknya dari belakang begitu ia menutup pintu rumah.
Sebuah kecupan mendarat di tengkuknya dan itu membuat sekujur tubuhnya merinding.
"Jangan memulainya disini, Babe. Aku pun merindukanmu." Lisa membalikkan badannya menghadap sang lelaki yang beberapa minggu ini telah memuaskannya.
"Berpisah denganmu dua hari ini membuatku tak tahan, Lisa. Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu." Tangan itu mulai meraba area sensitif Lisa membuatnya mengeluarkan suaranya laknat tersebut.
"Harry, jangan seperti ini. Aku pun sama, tapi jangan disini juga." Ucap Lisa dengan nafas tertahan karena menahan hasrat yang sudah dipuncak.
"Baiklah, ayo kita pindah ke kamar" Harry mengangkat Lisa dan menggendongnya bak koala. Sepanjang jalan menuju kamar mereka saling berpagutan hingga saat Lisa mulai kehabisan nafasnya, Harry baru melepaskan pagutannya.
Dibaringkannya Lisa di ranjang, Harry merapikan rambut Lisa yang menutupi keningnya, dipandangi wajah yang berada di bawahnya ini. Diciumnya kedua mata Lisa kemudian berlanjut ke seluruh wajah hingga berhenti di bibir yang menggoda itu. Ciuman panas terus berlanjut namun tangan Harry tidak tinggal diam, tangan itu meraba ke bagian sensitif Lisa membuat Lisa mengeluarkan desahannya.
Tak puas dengan hal yang ia lakukan, Harry mulai melepaskan satu persatu pakaian Lisa hingga ia dalam kondisi toples. Ia melepaskan pagutannya kemudian berdiri memandangi Lisa yang polos tanpa sehelai benangpun, tatapannya bagaikan harimau yang menemukan mangsa. Lisa yang melihat Harry memandangnya dengan tatapan gairah, ia melakukan gerakan erotis yang membuat Harry menelan ludahnya. Buru-buru ia melepaskan pakaiannya dan mulai menerkam Lisa.
Desahan demi desahan terus terdengar dari ruangan tersebut. Mereka tidak sadar ada seseorang yang merekam kegiatan mereka sedari awal. Sang perekam tidak tahan menahan emosinya, ia mulai mematikan handphonenya dan membuka pintu kamar dengan lebar membuat dua orang dalam kondisi polos itu tersentak kaget.
"Na-Nathan" lirih Lisa begitu melihat Nathan memasuki kamarnya, ia buru-buru mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai.
"BRENGSEK! BAJINGAN! PENGKHIANAT!" Nathan mendekati Harry yang masih polos dengan senyuman smirk yang ia tampilkan.
BUGH
Nathan memukul wajah Harry dengan keras hingga darah mulai mengalir dari sudut bibirnya. Tak puas sampai disitu, Nathan memukul perut Harry membuatnya meringis.
Keputusannya untuk kembali ke rumah Lisa memang benar. Saat di perjalanan tadi ia lupa bahwa kunci rumahnya tertinggal di rumah Lisa, maka ia memutar kembali mobilnya menuju rumah Lisa kembali. Begitu membuka pintu yang tidak dikunci, ia heran dengan kondisi rumah yang sepi. Dimana Zayn? Dan dimana Lisa? Nathan tak mempermasalahkan itu, ia bisa menghubungi Lisa nanti. Ia lalu menuju kamar Lisa, namun begitu terkejutnya ia begitu melihat Lisa yang sedang dicium oleh Harry hingga akhirnya mereka berdua melakukan hal yang tak senonoh. Nathan buru-buru membuka handphonenya, ia menekan icon kamera dan mulai merekamnya.
"DASAR LELAKI BAJINGAN! BISA-BISANYA KAU MENGGAULI LISA!" Teriaknya begitu tersadar dari pikirannya.
"HAHAHA, INILAH PEMBALASAN KU NATHAN. INILAH AKIBATNYA JIKA KAU MEREBUT ORANG-ORANG YANG AKU SUKAI. DULU KAU MEREBUT KIM DARIKU SETELAH ITU KAU MEREBUT DZIYA DARIKU MAKA SEKARANG, AKU REBUT LISA DARIMU! KU NIKMATI TUBUHNYA YANG MENGGODA ITU!" Teriak Harry yang membuat emosi Nathan tersulut. Nathan hendak melesatkan pukulan keras pada Harry, namun Lisa menghalanginya.
"Berhenti Nathan, jangan memukulnya!" Cegah Lisa.
Nathan menatap tajam Lisa, ia menghempaskan tangannya yang dipegang Lisa.
"Lepaskan! Tak sudi aku dipegang oleh perempuan jalang seperti mu!" Nathan kembali menatap tajam Harry, ia berjalan mendekatinya.
"Dasar lelaki busuk! Kau bahkan lebih busuk dariku! Aku sudah merekam kegiatan kalian, dan aku pastikan video ini akan sampai pada Jay hingga ia tak akan mempercayai dirimu lagi!" Nathan menunjuk wajah Harry. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan mulai mengirimkan video tersebut pada Jay.
Harry yang mendengar itu menjadi panik, ia yang semula ingin mengompori Nathan bahwa Lisa yang berselingkuh menjadi gagal karena ternyata Nathan lebih pintar dari nya.
"Jangan! Berani kau mengirimkan video itu pada Jay maka tamatlah riwayat mu!" Ancam Harry.
"Silahkan saja Tuan Harry, saya tidak perduli yang pasti video ini sudah saya kirimkan" Nathan menunjukkan pesan yang sudah menunjukkan centang dua abu-abu. Masih belum dibaca memang tapi yang penting dia sudah mengirimkan bukti pada Jay bahwa Harry bukan pria baik-baik.
"BRENGSEK KAU NATHAN!" Harry hendak merebut ponsel Nathan namun Nathan lebih sigap, ia menyembunyikan ponselnya ke dalam tas yang dipakainya. Sebelum memasukan handphonenya, terlebih dahulu ia menekan gagang telepon untuk menghubungi Jay agar dia mengetahui rencana Harry.
Harry memberikan isyarat kepada Lisa untuk memegang Nathan, Lisa yang mengerti langsung menjalankan perintah Harry. Nathan yang tidak menyadari hal itu tidak bisa berkutik, ia dipegangi Lisa sedangkan tubuhnya mulai diserang Harry. Dengan sekuat tenaga ia memberontak dan berusaha menghindari serangan Harry.
Karena Harry yang terus menyerangnya dan Lisa yang ikut memeganginya, Nathan kemudian mengambil keputusan yang telah ia pikirkan matang-matang. Ditendangnya alat vital Harry yang membuatnya meringis dan terjerembab ke belakang sambil memegangi alat pusaka nya.
"ARGHHH, SAKIT! BRENGSEK KAU NATHAN! LISA TOLONG AKU" Harry terus mengerang kesakitan, Lisa yang bingung kemudian melepaskan pegangannya pada Nathan. Ia bingung harus menolong Harry atau berpura-pura menyesal dihadapan Nathan.
"Nath, maafkan aku. A-aku khilaf, ini tidak seperti yang kamu bayangkan, aku dijebak oleh Harry. Dia menawariku kerjasama untuk memisahkan kamu dan Dziya, ia berencana menggugurkan kandungan Dziya dan menuduh kamu yang melakukannya sehingga kalian berdua pisah dan kamu akan menjadi milikku dan Dziya bersama Harry." Karena kepanikannya, Lisa tidak sadar telah mengungkapkan rencana rahasianya bersama Harry.
Nathan begitu terkejut begitu Lisa mengatakan hal itu, emosinya benar-benar berada di puncak sekarang. Ia menatap kedua orang kotor tersebut. Kini keputusannya sudah bulat, Dziya memang wanita terbaik baginya. Rasa penyesalan semakin menggerogoti hatinya.
"Inilah balasan bagiku, Dziya. Aku merasakan rasa sakitnya dikhianati dan aku merasakan apa yang kamu rasakan. Maafkan aku, Dziya." Sesalnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...