Timnas Indonesia U-23 akan mengikuti Piala Asia U-23 yang akan dilaksanakan di Qatar. Nathan terpanggil dalam squad yang dipanggil Shin Tae-Yong, namun dirinya harus tertahan di Belanda karena klubnya tidak mengizinkannya untuk bergabung dengan alasan bukan agenda FIFA. Squad Garuda, julukan bagi Timnas Indonesia, sudah menjalankan training center di Dubai, UAE, selama satu minggu dan kini mereka sudah berada di Qatar. Tim PSSI datang ke Belanda untuk membujuk Heerenveen agar bisa melepas Nathan mengikuti turnamen ini, dan berkat kegigihan PSSI akhirnya Nathan diizinkan dengan harapan bisa membantu Timnas Indonesia di Qatar.
"Sayang, akhirnya aku diizinkan oleh klub untuk mengikuti Piala Asia." Nathan memeluk Dziya yang sedang merapikan meja kerjanya.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu, aku harap kamu bisa menunjukkan kualitas kamu dan membuat kamu bisa mendapatkan menit bermain banyak", Dziya membalas pelukan Nathan.
Hubungan mereka kini semakin romantis, tidak ada pertengkaran setelah kejadian tempo lalu. Mereka benar-benar sama-sama berubah. Begitupula Nathan, karena sibuk dengan Dziya ia sampai hampir melupakan Lisa. Ia hanya membalas chat seperlunya dan jarang mengunjungi istri rahasianya itu. Namun, ia tak lupa perannya sebagai ayah bagi Zayn, ia tetap mengirimkan uang dan menyempatkan dirinya untuk berkomunikasi dengan malaikat kecilnya.
"Aamiin.. aku harap begitu. Kamu akan ikut ke Qatar kan? Ini waktunya mepet lho sayang buat match pertama." Nathan menatap Dziya.
"Entahlah, aku ada kerjaan banyak. Tapi akan aku usahakan ya" dielusnya pipi sang suami saat melihatnya cemberut.
"Kumohon...., ikut ya? Istri pemain lain pun ikut kok, bahkan pacar Ivar dan Rafael pun ikut lho. Masa aku hanya ditemani Papa saja." Nathan mulai merajuk.
"Bagus dong, itu artinya kamu anak kesayangan orangtua, disaat yang lain ditemenin pacar sedangkan kamu ditemenin Papa." Dziya menggoda Nathan.
"Ahh kamu mah" Nathan memajukan bibirnya.
"Baiklah, aku akan ikut. Tapi tidak untuk match pertama karena aku harus menghadiri meeting penting dulu. Oke" Dziya berusaha memberikan penjelasan.
"Baiklah, tak apa. Asal kamu datang aku senang", Nathan tersenyum setelahnya mereka tertidur dengan cara mereka.
Nathan menatap Jersey di depannya, ia akan memulai pertandingan dari bangku cadangan setelah semalam ia baru sampai di Qatar.
Nathan
*Send a picture
Doakan aku ya sayang, aku akan memulai dari bangku cadangan. Semoga hari ini mendapatkan hasil yang terbaik😍Dziya
Aamiin, semoga ya. Aku pasti mendoakan mu, sayang❤️Semangat untuk match pertamanya💪❤️
Nathan
Siap, terimakasih Sayang❤️❤️Nathan keluar dari room chat dengan Dziya, lalu beralih pada kontak Lim Wi
Nathan
*Send a picture
Aku bertanding hari ini, doakan aku ya Zayn, Babe.Lim Wi
Semangat Daddy, We love you❤️Setelah menghubungi keluarganya juga istrinya, Nathan menutup handphonenya. Ia berjalan bersama pemain lain menuju pinggir lapangan.
Lagu Indonesia Raya berkumandang, semua hanyut dalam alunan lagu. Para pemain, staf juga suporter menitikan air mata. Mereka menanti saat-saat dimulainya perjalanan Garuda muda di ajang Piala Asia ini. Semoga mendapatkan hasil yang terbaik.
Peluit telah dibunyikan, pertanda babak pertama telah dimulai. Sepanjang babak pertama banyak keputusan-keputusan wasit yang tidak tepat, Ivar yang dilanggar keras tidak membuahkan kartu bagi tim lawan, sedangkan saat ia melakukan pelanggaran yang terkesan ringan wasit langsung mengganjar nya dengan kartu kuning. Nathan yang menyaksikan dari pertandingan begitu geram, ia benar-benar tidak habis pikir pada kinerja wasit. Diakhir babak pertama, Indonesia mendapatkan ganjaran pinalti setelah pemain Qatar tersikut oleh Riski Ridho. Babak pertama berakhir 1-0 untuk keunggulan Qatar.
"Hey guys!!, fokus jangan terprovokasi oleh tingkah lawan yang memang sengaja bermain kotor. Ayo balas dengan permainan kita. Semangat guys!!!", coach Shin memberikan semangat pada anak didiknya yang kesal dengan keputusan wasit. Meski sebenarnya dalam hatinya pun ia tak puas.
"Ayo ayo guys! Semangat!" Ridho berteriak yang disahuti oleh seluruh pemain dan Tim.
Semua pemain menyatukan tangannya di depan, kemudian Ridho memimpin doa.
"Berdoa selesai. INDONESIA!!!"
"JUARA!!!" Sahut yang lain
"KITA!!" Kembali Ridho berteriak.
"GARUDA" Tutup yang lain kemudian mereka masuk kembali ke lapangan.
Babak kedua baru dimulai, namun Ivar langsung mendapatkan kartu kuning kedua yang menjadi kartu merah karena ia dianggap menendang lutut pemain lawan. Ivar sempat menangis dan protes disusul pemain yang lain ikut protes karena Ivar tidak mengenai lutut pemain tersebut.
"Hey, Sit. Itu tidak kena!" Protes Ivar
"Tidak! Keputusan saya sudah final silahkan kamu keluar lapangan" putus sang wasit.
"Tapi itu memang tidak kena, Sit. Tolong cek var." Ridho ikut protes.
Namun protes mereka tidak didengarkan, Ivar keluar lapangan dengan tangisnya.
Pertandingan dilanjut, Nathan sudah masuk lapangan namun tidak bisa membantu lebih karena memang kinerja wasit yang buruk. Akhirnya Indonesia tumbang dengan skor 2-0 Setelah Al-Rawi mencetak gol dibabak kedua.
"Janc*k, wasite guobl*k bisa-bisanya di ajang sekelas ini wasitnya gak bener cok" Marselino mengumpat karena benar-benar kesal dengan keputusan wasit.
"Sumpah, pengen aku suruh bangun jalan dari Anyer sampe Panarukan gara-gara kartu merah gak jelasnya itu. IG nya aku follow biar langsung ku teror tuh wasit" Ivar menyambung ucapan Lino.
"Wedus! Baru kali ini aku benar-benar gak respect sama wasit. Ah rungkad" Ridho yang terkenal kalem pun ikutan kesal.
Nathan sebenarnya ikut mengumpat dalam hati, ia juga kesal dengan keputusan wasit hari ini.
"Sudah..., sudah...., jangan berlarut-larut dalam kejadian ini. Jadikan pertandingan tadi sebagai bahan untuk evaluasi kita kedepannya. Ayo bangkit! Tunjukan kita tim yang kuat, yang tak kenal dengan kata menyerah, jadikan kegagalan tadi sebagai cambukan bagi pertandingan selanjutnya." Shin Tae-Yong menengahi anak asuhnya itu.
Para pemain sudah kembali ke hotel, Nathan langsung menghubungi Dziya.
"Hallo, Sayang" Nathan langsung menyapa begitu telpon tersambung.
"Iya, hallo Sayang. Kenapa, Nath?" Dziya merasakan nada sedih dari suaminya itu.
"Aku kecewa dengan pertandingan hari ini" ucap Nathan.
"Ah, i know, jangan menyerah sayang. Ini baru satu pertandingan masih ada dua pertandingan lagi kan di babak grup, maka kalian harus semangat agar bisa menyapu bersih pertandingan itu." Dziya memberikan semangat dan mencoba menyalurkan kekuatan bagi Nathan.
"Iya, sayang pasti. Kapan kamu terbang ke sini?" Nathan rindu, ia rindu istrinya. Rindu pelukannya, rindu segalanya.
"Aku terbang hari ini, dan akan sampai besok. Jadi aku akan menontonmu saat melawan Australia dan seterusnya." Jelas Dziya dengan nada senang.
"Ahh, syukurlah. Aku tunggu kamu ya, aku rindu" ucap Nathan dengan lembut.
"Iya, see you. Istirahat ya agar lebih siap menghadapi pertandingan selanjutnya."
"Iya, sayang. See you and i love you," Nathan menutup telponnya kemudian membalas chat Lisa yang mengirimkan foto Zayn yang sedang menontonnya.
Nathan
Thank you for your support Zayn, Daddy sayang padamu❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...