"Nathan" ucap Jay yang didengar oleh Dziya sehingga ia mendekat.
"Jay" Nathan membeku, ia tidak bisa melakukan apapun. Ada apa dengannya?.
"Nathan, sedang apa kau disini?" Tanya Dziya tiba-tiba yang muncul dibelakang tubuh Jay.
"A-aku, aku" bibir Nathan terasa kelu untuk berucap, ia kebingungan sekarang.
"Cepat katakan sedang apa kau disini?" Tanya Jay tegas
"Aku ingin menemui kalian" akhirnya Nathan bisa menjawab dengan benar pertanyaan dari Jay
"Untuk apa?" Kali ini Dziya yang bertanya
"Aku ingin menjelaskan semuanya juga aku ingin meminta maaf kepada kalian" Nathan menatap Jay dan Dziya bergantian. Terlihat dari niatnya yang bersungguh-sungguh, akhirnya Dziya mengizinkan, membuat senyum Nathan terbit dari bibirnya.
"Baiklah, kamu boleh menjelaskan semuanya tapi ada satu syarat" ucapan Dziya membuat Nathan penasaran tetapi tetap antusias.
"Apa syaratnya? Aku akan penuhi itu" jawab Nathan antusias nan bersemangat
"Kau harus membelikan ku nasi Padang langsung dari kota Padang." Ucapan Dziya membuat Nathan tercengang, nasi Padang langsung dari Padang? Yang benar saja.
"I-itu syaratnya?" Tanyanya ragu
"Iya, jika kau ingin berbicara dengan kami maka turuti dulu syarat dari ku" jawab Dziya sembari melipat kedua tangannya di dada seolah-olah bos yang memerintahkan kepada bawahannya.
Melihat ekspresi Nathan membuat Jay berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawanya, ia senang akhirnya penderitaan nya akan berakhir disini dan ia juga senang melihat ekspresi Nathan yang tak percaya.
"Cepat, turuti kemauan Dziya!" Titah Jay
"Tapi, bagaimana dengan tiketnya? Bagaimana jika tidak ada penerbangan di waktu dekat ini?" Tanya Nathan berusaha agar tidak pergi ke Padang hanya untuk membeli sebungkus nasi.
"Tenang saja, kakak ku sudah membeli tiketnya pulang-pergi dan kau hanya perlu berangkat saja" Dziya membalas dengan senyuman mengejek.
"Cepatlah, nanti kau terlambat dan ketinggalan pesawat. Jangan khawatirkan biayanya, semuanya sudah aku tanggung." Jay mendorong punggung Nathan, ia senang tugasnya diambil alih oleh orang yang seharusnya memang menanggungnya.
"Baiklah, aku pamit" Nathan mulai meninggalkan Jay dan Dziya.
Sepeninggal Nathan, Jay dan Dziya masuk kembali ke dalam apartemen. Mereka berdua tertawa melihat wajah Nathan yang tertekuk dan tak percaya.
"Hahaha, aku suka sekali wajah Nathan yang tadi" Dziya terus tertawa
"Hahaha, benar. Kakak suka sekali ekspresi terkejutnya tadi, mulut menganga dan mata melotot, hahaha, i like it." Jay kembali membayangkan ekspresi Nathan yang melongo.
"Betul itu dan entah kenapa Kakak, aku sangat bersemangat sekali kala melihat Nathan dan rasanya aku ingin dibelikan nasi Padang olehnya jadi aku suruh saja toh ini juga keinginan anaknya kan meskipun dia tidak tahu." Ucapan Dziya membuat Jay menghentikan tawanya, ia menatap sang adik. Dari raut mukanya tergambar luka yang amat dalam namun sekuat tenaga ditutupi dengan senyuman senyuman manisnya.
"Kamu pantas bahagia Dek, jangan pikirkan luka-luka lama yang mengganggumu, kakak akan selalu menjagamu" Jay berucap dalam hatinya.
"Kakak?" Panggil Dziya karena Jay yang tiba-tiba melamun.
"Ah iya?" Jay terkejut dan tersadar dari lamunannya
"Kakak kenapa?" Dziya bertanya karena heran dengan perubahan ekspresi sang kakak
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Фанфик"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...