SURAT PEMANGGILAN SIDANG

1.2K 113 28
                                    

Setelah pertemuannya dengan Dziya kemarin membuatnya sedikit lebih tenang, dalam hatinya terus bertekad untuk berubah. Selama di Indonesia pula Nathan jarang sekali menghubungi Lisa begitupun sebaliknya, kini ia mulai memikirkan keputusan yang akan diambilnya. Ia menimbang-nimbang keputusannya dengan melihat kedua sisi wanita yang dinikahinya, Dziya dengan sikap dan sifatnya sedangkan Lisa dengan anaknya. Ia masih bingung namun pikirannya terus tertuju kepada Dziya.

"Aku harap aku belum terlambat, Dzi" ucap Nathan lirih sembari memandangi foto pernikahan mereka.

"Zayn, Daddy menyayangimu, Daddy harap Daddy dapat memutuskan hal yang terbaik bagi Daddy, mamamu juga dirimu." Tambah nya sembari mengusap air di sudut matanya.

Jay kini sedang mengelilingi kota Jakarta dengan kemacetannya. Ia sedang mencari tukang rujak yang di panggul sesuai dengan permintaan Dziya, sudah sekitar 1 jam Jay berkeliling namun belum juga menemukan tukang rujak. Panas terik matahari tak dihiraukannya, meskipun dalam mobil ia masih bisa merasakan panasnya.

"Kalau bukan karena adikku, mana mau aku berpanas-panasan disini sekarang" Jay menggerutu.

Saat makan siang, Dziya menonton video yang memperlihatkan orang sedang menikmati rujak buah. Air liurnya seketika menetes, ia ingin rujak sekarang. Jay yang melihat adiknya menelan ludah beberapakali bertanya.

"Kamu kenapa Dek?" Tanyanya disela-sela kunyahan.

"Aku mau ini, Kak" Dziya menunjukkan video tersebut dengan muka yang di imut-imutkan.

"Kamu serius? Itu tidak baik bagi kesehatan, Dek. Rujak itu pasti pedas, nanti kamu sakit perut" jelas Jay berharap Dziya mengerti.

"Tapi Kakak ini bukan kemauanku, ini kemauan si kecil" ucap Dziya sembari mengelus perutnya yang masih rata.

BYURRR

Keyna menyemburkan air yang sedang diminumnya hingga mengenai lengan kemeja Jay.

"Ah, maaf Kak. Aku terkejut sekali, biar aku bersihkan ya." Ucap Keyna panik sembari mengambil tisu dan mulai mengelap kemeja Jay.

"Tidak apa-apa, Key. Biar Kakak bersihkan sendiri." Jay mengambil tisu di tangan keyna.

Kini pandangan Keyna beralih kepada Dziya, pertanyaan bersarang di kepalanya namun ia ragu untuk mengungkapkannya.

"Eum, Dzi. Maafkan aku kalau aku lancang, maksudnya tadi si kecil itu apa?" Akhirnya pertanyaan itu keluar setelah ia mengumpulkan keberanian beberapa saat.

"Aku sudah menduganya, kamu akan bertanya ini. Iya, aku hamil" Jawaban Dziya membuat Keyna terkejut.

"Jadi, kamu hamil?" Tanyanya memastikan yang dibalas anggukan kepala oleh Dziya.

"Tapi kenapa kamu mengajukan hal itu?" Entah kenapa mulutnya ini tidak bisa di rem sama sekali.

"Aku sudah memikirkannya, dan aku yakin aku bisa mengurus si kecil sendiri dan pastinya di bantu Kakak ku. Ya kan Kak" Ucapnya sembari menatap Jay yang dibalas senyuman tulus dan usapan di kepalanya.

"Iya, adik manis" jawab Jay.

"Nathan sudah mengetahuinya?" Pertanyaan kembali keluar dari mulut Keyna.

"Iya" jawab Dziya singkat.

"Lalu bagaimana reaksinya?"

"Entahlah, pesanku saja tidak ia balas saat itu." Jawab Dziya.

"Sudahlah jangan bahas ini lagi, Key jangan bilang siapa-siapa ya." Ucap Dziya.

"Iya, Dzi" jawab Keyna meskipun dalam hatinya begitu menggerutu kepada Nathan. Sumpah serapah terus keluar dari dalam hatinya.

NATHAN TJOE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang