NGIDAM KURMA

998 102 12
                                    

"Sayang kamu beneran gak mau ikut ke Arab?" Nathan memeluk Dziya dari belakang, ia yang sedang memasak terkejut dengan kedatangan Nathan yang tiba-tiba.

"Iya, aku di rumah saja" jawab Dziya dengan pandangan yang tetap fokus pada masakannya.

"Tapi aku khawatir, kamu sendirian disini." Nathan mematikan kompor dengan paksa, ia membalikkan badan sang istri hingga menghadapnya.

"Mas percayalah padaku, aku akan baik-baik saja. Selama kamu ada pertandingan tandang pun aku baik-baik saja kan?" Dziya berusaha mendapatkan kepercayaan dari Nathan. Ia bahkan memegang kedua pipi sang suami dan menatapnya dengan serius.

"Tapi sayang itu kan sebentar, sedangkan ini akan lama, 2 Minggu lho terus ini juga beda negara bukan beda kota seperti pertandingan tandang klub" jawabnya lagi.

"Mas.... Percayalah" Dziya menatap dengan senyuman tulusnya.

"Sayang..." Nathan tidak tega tapi dia tidak ingin menyakiti hati istrinya.

"Ada Kak Jay lho, kamu gak kangen?" Sebuah alasan di lontarkan oleh Nathan, ia tahu kelemahan sang istri adalah kerinduan pada kakaknya yang selalu diungkapkan.

"Untuk kali ini aku sudah menghubungi Kakak, jadi tak masalah jika aku tidak bertemu dengannya, itu artinya aku tetep gak mau ikut" jawaban dari Dziya membuat bahu Nathan yang semula tegak menjadi merosot, ia bingung harus mencari alasan apalagi agar istrinya itu mau ikut.

"Bagaimana kalau kamu pulang ke Rotterdam saja? Tinggal dahulu bersama Papa dan Mama lalu setelah selesai baru aku jemput lagi" akhirnya sebuah ide yang sangat cocok terlintas di pikiran Nathan. Dirinya akan tenang jika Dziya mau menuruti hal ini karena ada orangtuanya yang menjaganya.

"Boleh, aku juga rindu candaan Papa Romeo juga masakan Mama Melinda" sebuah jawaban yang diharapkan Nathan akhirnya terdengar, membuatnya tersenyum amat manis. Sedangkan Dziya, ia mulai membayangkan masakan sang mama mertua yang membuat ia harus menelan ludahnya sendiri.

"Ya sudah kalau begitu aku mau hubungin Papa dulu ya, kamu lanjutin aja masaknya. Maaf sudah mengganggu" Nathan mengecup bibir Dziya sekilas kemudian meninggalkannya menuju kamar.

Rembulan malam menjadi saksi bisu bagaimana kusutnya pikiran Nathan kini. Dirinya enggan untuk meninggalkan sang istri ke tanah air esok lusa, orang tuanya sudah setuju dan sangat antusias begitu Nathan mengutarakan niatnya untuk menitipkan Dziya dan hatinya akan tenang. Namun kini semua itu sia-sia, istrinya enggan untuk pergi ke Belanda dengan alasan tidak ingin pergi ke tempat dimana luka itu didapat. Hatinya bagaikan dipukul oleh gada yang besar, sakit dan menyesakkan tatkala ia mengingat bahwa ialah penyebab dari luka itu. Sekarang hatinya gundah, bagaimana caranya membujuk sang istri untuk ikut dengannya? Entahlah, iya yakin Tuhan akan membantunya. Sekarang ia memutuskan untuk menemui mimpi yang akan menyelimutinya malam ini.

Mentari mulai menghangatkan suasana pagi ini, embun-embun mulai berguguran membasahi bumi dan kicauan burung menjadi nyanyian merdu yang patut didengarkan. Sepasang suami-istri kini sedang menyantap sarapannya dengan obrolan hangat yang membuatnya terlihat seperti pasangan paling bahagia di dunia, senyum terbit dari kedua bibir mereka, pancaran mata keduanya menyiratkan cinta yang begitu dalam. Dentingan sendok yang saling bersahutan dengan tawa yang begitu syahdu terdengar amat merdu, bahkan suara musik pagi milik tetangga pun kalah merdunya oleh mereka.

Menjalani pertandingan terakhir sebelum pergi membela Tanah air menjadikannya begitu bersemangat, ia dengan seluruh rasa percaya dirinya pergi meninggalkan sang istri untuk menjalani hari.

Seperti biasanya, Dziya duduk di depan televisi dengan berbagai camilan yang tersedia didepannya. Dengan mulut penuh ia terus menyemangati sang suami yang sekarang tampil sejak babak pertama, kesempatan langka yang baru dimilikinya kini. Tanpa menyianyiakan kesempatan, Nathan benar-benar mengerahkan seluruh kemampuannya agar timnya bisa meraih poin penuh dan ia akan bahagia meninggalkan klub menuju tanah air. Benar saja, ia berhasil mencetak assist untuk goal kemenangan tim-nya, skor 2-1 bertahan hingga akhir.

NATHAN TJOE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang