Perjuangan Indonesia untuk melaju ke partai final harus terhenti setelah mereka takluk dengan skor 2-0 dari Uzbekistan dan Riski Ridho diganjar kartu merah.
Nathan menangis haru di pelukan Dziya, ia tak kembali ke kamarnya dan Justin demi menemui Dziya.
"Sabar, masih ada perebutan juara ketiga kan, maksimal kan kesempatan ini dan semoga kalian menang dan lolos olimpiade." Dziya mengusap punggung Nathan, ia berusaha menghiburnya.
"Iya, akan aku pastikan memberikan kemampuan terbaik ku pada negara ini." Nathan melepaskan pelukannya, ia tersenyum menatap istrinya itu. Diciumnya bibir yang menjadi candunya, malam itu ia habiskan bersama Dziya.
Tak disadari, Lim Wi terus menelponnya namun Nathan tak mendengarnya karena sudah terbuai dengan Dziya.
Nathan terbangun di pagi hari, diambilnya handphone yang terletak di nakas.
"Mati, aku lupa mencharge nya". Ucap Nathan kemudian melirik pada perempuan disampingnya, perempuan yang membuatnya candu akhir-akhir ini. Ia sadar Dziya telah banyak bersabar juga berkorban untuknya, maka ia tak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Ia kini telah dapat menjawab pertanyaan yang dilontarkan keluarganya, Jay juga Justin tentang rasa cintanya pada Dziya, maka ia akan menjawab "aku sangat mencintainya, benar-benar mencintainya". Diciumnya kening sang istri kemudian pergi untuk membersihkan diri dan bergabung dengan Tim.
Kesempatan kedua bagi Timnas untuk mendapatkan tiket olimpiade dimulai, Irak akan menjadi lawannya. Indonesia bermain tidak seperti biasanya, banyak kesalahan dilakukan juga tidak jarang ada peluang yang di dapatkan. Babak pertama berakhir sama kuat.
"Come on guys, kalian bisa" Dziya berteriak mendukung Timnasnya dengan para suporter yang lain.
"GOALLLLL"
"GOOD IVARRRR"
"AKHIRNYA, AYO GUYS SEMANGAT"
Suara-suara suporter begitu bergemuruh saat Ivar berhasil mencetak gol dari luar kotak pinalti, Ivar yang berselebrasi ke arah tribun diikuti Nathan semakin membuat meriah suasana. Nathan yang ikut dibelakang tersenyum ke arah Dziya yang berada di tribun.
"Semangat, sayang. Kamu pasti bisa" Dziya menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara pada Nathan.
Nathan yang melihatnya tersenyum kemudian mengangguk.Pertandingan dilanjutkan, Indonesia sedikit kurang fokus sehingga Irak berhasil menyamakan kedudukan. Di menit-menit akhir, Ernando salah mengantisipasi pergerakan lawan sehingga lawan berhasil melesatkan tembakan ke arah gawang, namun Nathan datang dengan berlari cepat membuang bola sehingga bola tidak menghasilkan gol. Nathan sempat terpental setelah menabrak jaring gawang, namun ia langsung bangkit dan mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja pada pelatih juga Istrinya.
"I'm Oke". Dziya bernafas lega setelah Nathan bangkit. Ia berdoa semoga Indonesia menang.
Namun, harapan Indonesia untuk ke olimpiade harus ditentukan lewat babak play off setelah Irak berhasil menjebol gawang Indonesia di babak Extra Time. Indonesia finish di posisi 4.
Semua pemain menangis, mereka merasa gagal untuk mengamankan tiket olimpiade langsung.
"Aku gagal sayang.... Kita kalah..." Nathan menangis di pelukan Dziya begitu mereka sampai di hotel.
"It's Ok, Nath. Kamu sudah berjuang mati-matian, kalian sudah mengerahkan seluruh kemampuan kalian. Kalian hebat, kamu hebat Nath." Dziya mengusap punggung Nathan yang tergugu di pelukannya.
"Tapi kita kalah Dzi" Nathan kembali mengeluh.
"Hey dengar!. Kalian sudah hebat, kalian sudah membuat sejarah dengan melaju ke babak semifinal. Tuhan sudah memberikan kalian kemudahan, namun untuk mencapai tujuan akhir kalian harus melewati tantangan yang lebih sulit agar kalian menjadi pemain yang lebih hebat karena pelajaran yang akan banyak kalian dapatkan." Hibur Dziya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...