POV DZIYA

1.1K 103 17
                                    

Tuhan, inikah takdir terbaikmu? Kenapa begitu banyak luka yang aku terima? Dimana bahagia yang seharusnya aku dapatkan, Tuhan? Sempat ku berfikir pernikahan yang aku dambakan dengan orang yang aku kagumi sejak kecil adalah takdir terbaik yang engkau berikan dengan kebahagiaan yang pasti akan menghiasinya, namun nyatanya hanya luka yang dapat ia berikan. Luka, luka dan luka lagi yang aku dapatkan. Kebahagiaan yang telah aku bayangkan sebelumnya, sirna tertiup badai kehancuran. Nyatanya ia tak mencintaiku, Tuhan. Ia memiliki pasangan hidup yang telah ia dapatkan sebelumnya yang bahkan telah memberikan ia seorang malaikat kecil. Mereka nampak bahagia meski dalam rahasia, sedangkan aku? Aku direstui, aku diterima namun apa? Aku hanya mendapatkan luka. Aku sakit, Tuhan. 

Nath, kamu memang pria baik namun entah kesalahan apa yang aku perbuat sehingga kamu terus memberikan luka padaku. Jika memang kamu terpaksa, tolong tolak aku, tolong lepaskan aku sejak awal, bukannya kamu diamkan aku lalu setelah beberapa waktu kamu mulai hangat padaku dan memberikan luka secara diam-diam padaku.

Ah, Nathan kebahagiaan yang sebentar nyatanya memberikan kenangan yang mendalam bagiku, jujur cintaku padamu begitu besar, Nath. Semua perilaku yang kamu berikan membuatku begitu tersanjung, aku terharu, namun nyatanya itu hanya sandiwara semata Nath. Sakit.

"Dziya, aku mencintaimu"
"Dziya, sini berbaringlah aku merindukan dekapan hangatmu"
"Sayang, aku pulang"
"Masak apa hmm?"
"Kamu wangi"
"Sayang..., tidur yuk"
"Sayang, jangan terlalu larut kalo tidur, selesaikan besok ya"
"Sayang, peluk aku"
"Sayang kapan pulang?"
"Ciummm"
"Peluk aku dong"
"Kaki aku sakit sayang, pijitin dong eumm"
"Gak mau makan sendiri, mau disuapin kamu"
"Aku mencintaimu"
"Sayang"
"Sayang"
"Sayang"

"Tidak!" Kembali bayangan sikap manis mu menghantuiku.

"Tidak, hiksss....hiksss" aku kembali menangis, hatiku sesak begitu suara-suara manja Nathan memenuhi isi kepalaku.

"Nathan, kenapa kamu melakukan ini?" Aku bertanya pada orang yang tak ada wujudnya disini.

-----
"Hey, Nathan. Apa yang kau lakukan!" Teriak ku yang panik melihat Nathan datang dengan keadaan kacau. Pakaian berantakan, rambut tidak tertata rapi, dan pastinya mulut bau alkohol.

"Hay sayang, aku tidak apa-apa. Jangan panik sayang." Nathan mendekati ku kemudian mengelus pipi ku.

"Berhenti meracau, kau mabuk Nathan. Kenapa kau melakukan ini huh!"

"DIAM! KAU TAK MENGERTI BAGAIMANA FRUSTASINYA AKU! DUA BULAN, DUA BULAN KAU TAU! AKU TIDAK MENDAPATKAN MENIT BERMAIN, DAN DI KLUB SEBELUMNYA AKU BAHKAN SAMASEKALI TIDAK MENDAPATKAN 1 MENIT PUN!".

"CUKUP! SUDAH CUKUP! Kau sudah tak terkontrol. Aku paham, seharusnya kau berlatih lebih keras dan bersabar sedikit. Jangan melampiaskannya dengan mabuk" 

PLAKKK

"kau menamparku?" Lirih ku

"auuu, maafkan aku sayang, aku khilaf"

Nathan menangkup kedua pipiku, ia elus pipiku dengan lembut kemudian menciumnya secara paksa. Aku begitu terkejut dan langsung mendorong Nathan.

"Apa yang kau lakukan?" Ku dorong tubuhnya hingga terhuyung ke belakang

"KAU MENDORONGKU? BERANI-BERANINYA KAU!!"

PLAKKK

"INI AKIBATNYA JIKA KAU IKUT CAMPUR PADA URUSANKU, DAN TADI KAU MENDORONGKU SAAT MENCIUM MU! DASAR TAK BERGUNA!!".

NATHAN TJOE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang