Sebulan sudah berlalu sejak datangnya surat ancaman tak jelas itu hidup Nathan dan Dziya masih baik-baik saja, tidak ada hal yang mengusik mereka. Cemas yang sempat menguasai hati Nathan kini perlahan menghilang, ia sudah lebih tenang untuk meninggalkan sang istri sendirian di rumah dan sudah tidak ditemani oleh kedua orang tuanya lagi. Seperti hari ini, Nathan akan pergi untuk pertandingan away terakhir sebelum kembali ke Indonesia untuk memenuhi panggilan Timnas. Mencium seluruh wajah sang istri menjadi hal wajib baginya sebelum pergi kemudian mengelus dan mengajak ngobrol sedikit sang calon anak yang kini mulai memberikan gerakan samar. Nathan memeluk Dziya dengan erat, kembali ia mengecup kening sang istri.
"Aku pergi ya? Ingat jangan keluar rumah jika itu bukan hal yang penting dan jaga dirimu baik-baik. Aku akan selalu memantau mu dari jauh, aku pergi ya sayang" Nathan mengelus rambut Dziya lembut.
"Jangan khawatir Mas, selama ini aku baik-baik saja kan? Jadi pergilah dengan tenang dan aku pastikan saat kamu pulang maka aku akan baik-baik saja." Dziya tersenyum pada Nathan memberikan tanda bahwa ia akan baik-baik saja.
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Hey baby, jaga Mama mu ya. I love you" Nathan melambaikan tangannya, masuk ke dalam mobil kemudian meninggalkan Dziya dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya.
"HAHAHA, INILAH WAKTUNYA" Tawa seseorang menggema dibalik tembok yang berjarak tiga rumah dari Dziya. Sosok itu menampilkan senyuman yang menyeramkan dengan sayatan di pipinya yang telah membuat wajahnya rusak.
--
"Lapar" Dziya menuju dapur hendak membuat makanan untuknya, dibukanya lemari pendingin yang isinya mulai sedikit kini.
"Bahan makanan sudah menipis, sepertinya aku harus berbelanja nanti" ucapnya sembari melongokan kepala.
Diambilnya roti, kentang dan daging ikan tuna yang rencananya akan ia masak menjadi roti tuna dan mased potato. Mulai menyalakan kompor dan merebus kentang hingga mengolah beberapa bumbu, gerakannya terhenti saat suara notifikasi handphone terdengar.
Mengusap dahulu tangannya yang basah kemudian mengambil handphone dan melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya. Senyuman terbit dari bibirnya, dengan segera ia membalas pesan yang dikirimkan Nathan.
Nathan
Sayang, aku sudah sampai. Besok malam aku akan bermain, doakan semoga aku menjadi starter lagi❤️Jangan lupa jaga kondisimu, jangan terlalu lelah ya, love❤️
Dziya
Amin, aku pasti akan menonton mu, Mas.❤️Love you more❤️
Setelah berbalas pesan cukup panjang dengan Nathan, Dziya kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya. Butuh sekitar 30 menit untuknya menyelesaikan masakannya, setelah itu ia kembali ke ruang keluarga untuk menonton TV.
Hari menunjukkan waktu sudah senja, Dziya yang tadi tertidur di sofa terbangun. Dilihatnya televisi yang masih menyala, mematikannya segera dan membuka handphonenya sejenak. Tidak ada pesan berarti, kecuali dari Keyna yang mengabarkan bahwa proyek kerjasama mereka berhasil. Membalas pesannya sejenak untuk memuji dan berterimakasih kepada sahabatnya yang selalu ia repot kan kemudian meletakkan kembali handphonenya. Namun niat itu ia urungkan setelah Keyna mengirimnya pesan yang membuat Dziya tidak percaya.
Dziya
Benarkah itu Key? Jangan berbohong, mana mungkin ia meninggal karena setahuku seminggu yang lalu tuan Erwan membujuk ku untuk kembali bekerja sama dan ia berjanji akan meminta Harry untuk meminta maaf kepada ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...