"Eum, begini Mama, ada yang ingin kami berdua bicarakan tentang Nathan." Jay berucap serius."Hal apa yang ingin dibicarakan Jay? Sepertinya serius" tanya Melinda bingung.
Melinda menyuruh masuk kakak beradik itu, agar lebih leluasa untuk membicarakan hal yang menurutnya penting. Ia panggil seluruh keluarganya agar semuanya mendengar.
"Hei, cucu menantu" sapa Johanes begitu melihat Dziya datang.
"Hallo, Kakek. Bagaimana kabar Kakek?" Dziya memeluk Kakek suaminya, ralat calon mantan suaminya.
"Baik sayang, bagaimana kabarmu?" Johanes melepaskan pelukannya, ia menatap Dziya.
"Aku baik kakek" jawab Dziya.
Dziya kini beralih pada ayah Nathan, ia melihat mertuanya itu menatapnya dengan serius.
"Papa..." Dziya hendak memeluk Romeo, namun tangannya digenggam kemudian ia ditarik untuk duduk di sebelah Romeo.
"Dziya, sepertinya ada masalah, Papa melihat dari sorot matamu yang memancarkan kesedihan." Romeo memandang wajah Dziya, Dziya yang merasa gugup langsung menundukkan kepalanya.
"Ti-tidak, Papa..." Jawab Dziya
"Kamu tak bisa membohongi Papa" Romeo mengangkat kepala Dziya, ia memandang wajah sendu menantunya.
"Dimana Nathan?" Tanya Romeo tiba-tiba.
Hening. Jay maupun Dziya tidak menjawab, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Romeo yang melihat gelagat aneh kakak beradik itu memandang pada istrinya, ia menanyakan dengan gerakan mata yang dibalas dengan gelengan kepala.
"Dziya, jawab pertanyaan Papa, dimana Nathan? Kenapa dia tak ikut dengan kalian. Kompetisi nya sudah berakhir kan?" Tanya Romeo beruntun yang semakin membuat Dziya gugup.
"Nak, jawablah. Apakah diantara kalian ada masalah?" Sambung Melinda
"Nak, ceritakan semuanya. Apakah Nathan menyakitimu?." Pertanyaan terakhir dari Johanes membuat pertahanan Dziya runtuh, sekuat tenaga ia menahan untuk tak menangis namun kini ia sudah tak tahan, air matanya sudah keluar.
Melihat Dziya yang menangis, semakin membuat prasangka mereka semakin buruk, Melinda mendekati Dziya, ia tenangkan menantunya itu dengan pelukan hangat.
"Ceritakan lah nak, jangan ditutupi." Bujuk Melinda
Dziya tetap diam, ia sibuk dengan tangisannya. Kini tatapan Romeo dan keluarganya beralih pada Jay, ia berharap kakak menantunya itu dapat menjelaskannya.
"Jay, cerita lah. Jangan menutupi masalah dari kami, sekalipun itu tentang Nathan." Romeo bersuara. Jay mengangkat kepalanya, ia menatap satu-persatu orang di ruangan ini, dalam hatinya ia sedikit ragu namun demi adiknya ia akhirnya bersiap mengangkat suara.
"Huftttth.... Begini, semuanya. Sebenarnya tujuan kami datang kesini untuk berpamitan pada kalian semua." Jay menjelaskan maksudnya datang mengunjungi keluarga Nathan.
"Berpamitan? Apa maksudnya Jay?" Tanya Romeo heran
"Begini, Pa. Dziya telah mengajukan perceraian dengan Nathan dan saya akan mengambil kembali Dziya untuk ikut dengan saya, kemudian kami akan pergi dari Belanda untuk melanjutkan hidup kami." Jelas Jay yang membuat amarah di mata Johanes keluar.
"APA MAKSUDMU JAY? DZIYA MENGAJUKAN CERAI PADA NATHAN? APA SALAH CUCUKU HAH?! DAN KAU TAHU KAN, PERNIKAHAN INI ATAS DASAR PERJODOHAN YANG DIINGINKAN ALMARHUM ORANG TUA KALIAN, JANGAN SEENAKNYA CERAI!" Johanes menghampiri Jay, ia hendak mencengkram kerah baju Jay namun tangannya ditahan oleh Romeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...