Kehidupan mereka mulai membaik, meskipun masih ada rasa canggung dalam hubungan mereka tapi kemesraan mulai tumbuh kembali. Seperti sekarang, Nathan berada di supermarket untuk membeli susu hamil bagi Dziya agar ia tidak kekurangan nutrisi.
"Pilih yang mana ya?" Nathan berdiri di depan rak susu, ia mengelus dagunya pertanda bingung.
"Hmm, yang ini bagus tapi yang ini lebih bagus tapi lagi Dziya gak suka rasa strawberry. Bingung oyyy" racaunya sendirian.
"Eum, coba aku tanya ke pegawai aja deh, siapa tahu mereka punya solusi kan" Nathan menuju pegawai yang sedang membersihkan rak di samping Nathan.
"Permisi, Mbak" sapa Nathan, pegawai tersebut menoleh kepada Nathan.
"Iya mas, ada yang bisa saya bantu?" Pegawai tersebut meletakkan alat pembersihnya, ia mendekati Nathan.
"Boleh membantu saya untuk memilihkan susu terbaik bagi ibu hamil?" Ucap Nathan dengan malu-malu.
"Ah tentu boleh, Mas-nya pasti pasangan baru ya?" Tanya pegawai yang diketahui bernama Dini tersebut.
"Iya, betul" jawab singkat Nathan.
"Nah yang ini bagus mas, cocok bagi ibu hamil dan biasanya banyak orang yang beli ini sayangnya memang hanya ada satu rasa" tunjuk pegawai pada susu berkotak biru.
"Tapi istri saya tidak suka rasa strawberry, Mbak" tolak Nathan
"Ah begitu, baiklah. Kalau yang ini bagaimana?" Dini menunjukkan susu merk Anm**m
"Bagus gak mbak?"
"Bagus Mas, nutrisinya juga bagus untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil" Dini berusaha menjelaskan apa yang ia ketahui
"Kalau yang ini bagus juga gak Mbak?" Nathan menunjukkan susu yang berkemasan kaleng
"Yang itu juga bagus, Mas" jawab Dini sabar
"Tapi saya masih bingung, Mbak" Nathan terus memandangi semua merek susu yang dipajang. Dini yang melihat itu menjadi kesal, lalu apa yang ia lakukan tadi jika tidak membantu? Menyebalkan.
"Kalau begitu mas beli saja semua merk masing-masing satu, biar istri mas yang memilih akan meminum yang mana nanti" terlanjur kesal akhirnya Dini menyarankan hal konyol itu.
"Ide bagus, kalau begitu saya akan membelinya masing-masing satu" Nathan tersenyum dibalik maskernya, ia mulai memasukkan susu tersebut ke dalam troli belanja. Setelah selesai kemudian ia menuju kasir.
"Dekkk!!!!!!" Teriak Jay dari dalam kamarnya.
"Iya kakak, sebentar" Dziya tergopoh-gopoh menghampiri kakaknya.
"Ada apa kakak?" Tanya Dziya begitu ia masuk ke dalam kamar Jay.
"Apa maksudnya ini?" Jay menunjukan crop top milik Dziya yang dipasangkan dengan rok mini di kasur milik Jay
"Eum, itu-itu a-aku ingin melihat kakak mengenakan pakaian itu" jawab Dziya ragu-ragu, ia memilih jari-jarinya.
"Astaga Dek, kakak sudah gagah begini, otot besar, kaki jenjang, rambut klimis tapi kakak harus pake pakaian ini? Alamak! Hancur sudah wibawa ku" Jay mulai merengek, ia tidak ingin mengenakan pakaian tersebut. Ah konyol.
"Kakak, kakak marah?" Dziya mulai menunduk, air matanya mulai keluar.
"Eh, eh tidak! Kakak tidak marah kok" Jay panik, ia menampakkan senyumannya.
"Hanya kesal saja" sambungnya dalam hati
Jay berusaha menghibur Dziya agar tidak menangis, kalau sudah menangis? Hancur sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN TJOE
Fanfiction"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layaknya rindu hatiku, seandainya bisa kubuka maka akan ku dekap rindu itu. Rindu terhadap Dziya, keluarga...