MANUSIA IBLIS

1.2K 96 24
                                    

Selama beberapa hari ini Nathan sibuk memandangi Dziya dari kejauhan untuk menetralisir rasa rindu dihatinya. Perlahan-lahan ia mulai melihat kembali senyuman Dziya yang telah hilang akibatnya, setiap kali Jay akan pergi maka akan ada senyuman hangat yang selalu Dziya berikan begitupun saat Jay pulang dari latihannya maupun saat pulang pertandingan, Dziya akan menyambutnya di depan pintu dengan senyuman merekah. Hal ini mengingatkan Nathan pada kegiatannya dengan Dziya dulu, setiap ia berangkat dan pulang maka Dziya akan mengantarkan dan menyambutnya di depan pintu, hal sederhana yang membuat hatinya menghangat dan candu. Hal sederhana namun Lisa tak mampu melakukannya, ia baru menyadari banyak sekali perbedaan antara Lisa dan Dziya.

Dulu sat belum memiliki Zayn, Lisa begitu manja dan jarang sekali memperlakukan hal-hal seperti Dziya, ia tak pernah mengantarnya, menyambutnya, menyiapkan pakaiannya, bahkan untuk sekedar memasak pun ia jarang, hanya mengandalkan pesanan online saja. Apalagi setelah memiliki Zayn, ia semakin malas melakukan pekerjaan rumah dengan dalih fokus mengurus anak padahal Nathan sudah membantunya. Setiap hari Nathan lah yang melakukannya, Lisa hanya sibuk dengan handphonenya baik saat Zayn terbangun maupun tertidur, terkadang ia terlalu fokus dengan handphonenya hingga mengabaikan Zayn yang menangis ingin ASI. Ia seakan lupa memiliki anak yang harus ia urus dan suami yang harus ia perhatikan.

Semuanya mulai membaik saat Nathan pindah ke Belanda untuk dipinjamkan, Lisa mulai mengurus Zayn dengan baik dan mulai melakukan pekerjaan rumah meskipun Nathan telah menyewakan pekerja. Apalagi setelah tahu Nathan menikah dengan Dziya, perlakuan Lisa semakin berubah menjadi lebih baik hal ini membuat Nathan bersyukur namun itu hanya bertahan selama beberapa saat. Setelah Lisa pindah ke Belanda, ia mulai berubah lagi.

Kini Nathan menyadari betapa spesialnya Dziya, rasa penyesalan semakin menyelusup kedalam hati nya. Potongan-potongan kejadian istimewa antara ia dan Dziya mulai berputar di otaknya, membuat setetes bulir air mata meluncur ke pipinya.

"Maafkan aku, Dziya. Aku baru sadar sekarang." Lirih Nathan menyesal.

Sore hari waktu Italia, Nathan sudah berada di bandara. Ia akan kembali ke Belanda untuk membawa handphonenya yang rusak di rumah Lisa. Ia telah memiliki handphone baru namun ia akan memakai SIM-card yang lama agar ia tak perlu mengganti nomornya.

Ia kini berdiri di depan pintu, beberapa kali ia ketuk pintu di depannya namun sang empunya rumah tak kunjung membukakan pintu.

"Lisa, kau di dalam?" Teriaknya sambil tetap mengetuk pintu

"Iya, tunggu sebentar" jawab dari dalam rumah

Pintu perlahan terbuka menampilkan Lisa dengan pakaian kusut dan rambut acak-acakan.

"Kenapa penampilan mu seperti ini?" Tanya Nathan curiga, membuat Lisa gugup untuk menjawabnya

"A-aku baru ba-bangun tidur, Ba-babe" jawabnya tergagap dan tak ingin menatap Nathan.

"Lalu kenapa kamu gugup? Tak masalah kalau kamu tertidur, ayo masuk!" Ajak Nathan mendahului Lisa

Lisa menghela nafasnya, hatinya lega sekarang. Sebuah senyum smirk terpatri di bibirnya.

"Dasar lelaki bodoh!" Ucapnya, setelah itu ia menyusul Nathan ke dalam.

Dilihatnya Nathan yang mondar-mandir di ruang tengah, membuka laci dan mengecek seluruh isi Buffett. Dirasa tidak menemukannya disana, Nathan menuju kamarnya, saat hendak menarik handle pintu tiba-tiba Lisa menahannya.

"Kau mencari apa, Babe?" Tanya nya penasaran. Dalam hatinya ia berharap Nathan tak jadi masuk ke kamarnya.

"Aku mencari handphone ku yang rusak, dimana kamu menyimpannya?", tanya Nathan sembari melepaskan genggamannya pada handle pintu.

"Oh itu, aku menyimpannya di kamar. Sebentar biar aku ambilkan, kamu duduklah dulu" Lisa hendak membuka pintu namun urung saat Nathan kembali berbicara

"Aku juga mau masuk, aku rindu pada Zayn. Kenapa kamu seolah-olah takut dan tak mengizinkan ku?" Tanya Nathan heran

"Tidak apa-apa, kamar ini berantakan. Aku tahu kamu tak suka melihat kamar yang berantakan jadi biar aku saja yang mengambil handphone mu dan membawa Zayn kemari." Jelas Lisa yang membuat Nathan semakin curiga karena Lisa berperilaku tak seperti biasanya.

"Tak apa, kali ini aku maklumi karena kamu memiliki anak kecil jadi biar aku ikut masuk juga." Nathan masuk mendahului Lisa yang membuat Lisa kalang kabut menyusulnya.

"Ah, ini tak seberapa Lisa. Dimana handphone ku?" Tanya Nathan setelah melihat kondisi kamar yang sedikit berantakan, lalu ia berlalu menuju ranjang kecil milik Zayn yang sedang tertidur sekarang.

"Hallo anak Daddy, tidurmu sangat pulas ya. Maafkan Daddy untuk beberapa hari ini tak bisa mengunjungi mu dan beberapa hari ke depan Daddy akan sibuk membela Indonesia Zayn. Daddy sayang padamu, Zayn." Nathan mengecup lama kening Zayn lalu mendekati Dziya.

"Lisa, maafkan aku untuk sementara waktu ini kita tidak bisa bertemu. Keluargaku sudah mengetahui tentang kita dan Papa memberiku pilihan sulit, jadi aku akan memikirkan salah satu pilihan itu. Untuk beberapa waktu ke depan aku akan membela Indonesia di kualifikasi piala dunia dan aku harap kamu tetap disini saja, jangan menyusul ku ke Indonesia itu akan semakin memperkeruh keadaan." Jelas Nathan panjang lebar

"Baiklah, maafkan aku ini semua salahku jika saja aku tak memaksa pindah ke Belanda maka rahasia kita tak akan terbongkar" ungkap Lisa dengan penuh penyesalan. Penyesalan palsu.

"Hey, jangan menyalahkan dirimu. Ini semua terjadi karena takdir, kalaupun kamu tetap di London mungkin saja mereka akan tetap tahu karena ini semua gara-gara lelaki sialan itu." Rahangnya mengeras begitu mengingat kembali muka Harry.

"Lisa, sebelumnya ada tamu lelaki kemari? Kenapa ada cangkir kopi dan juga bungkus rokok disini?" Nathan bertanya pada Lisa setelah melihat di bawah meja terdapat cangkir bekas juga bungkus rokok yang tak rapi.

"I-iya, tadi itu ada petugas listrik kesini da-dan rokoknya tertinggal" jelas Lisa dengan gugup

"Oh, bereskan segera. Takutnya Zayn bangun dan memainkannya" titah Nathan

"Baiklah, nanti aku akan bereskan" jawab Lisa

"Dasar lelaki bodoh! Dengan mudahnya kau percaya hanya karena satu alasan yang tak masuk akal, hahaha" ucap Lisa dalam hatinya.

"Baiklah, aku akan pamit sekarang. Jaga dirimu baik-baik, jaga Zayn juga" Nathan bangkit, tidak ada kecupan yang ia berikan pada Lisa.

"Nath..." Lisa memanggil Nathan yang sudah berdiri di depan pintu

"Iya?" Jawab Nathan

"Tidak ada kecupan?" Ucapnya malu

"Ah maaf, tidak untuk saat ini" Nathan segera meninggalkan Lisa dengan muka cemberutnya

"BRENGSEK!" Umpat Lisa.

"HAHAHAHAHA" Suara tawa muncul dibelakang tubuhnya

"Kasihan sekali, sudah diabaikan, tidak diberi kecupan lagi. Hahahaha" ejek seseorang dibelakangnya. Lisa berbalik badan, ia menatap tajam lelaki didepannya ini.

"DIAM KAU!" Sentaknya

"Daripada mengharapkan dari Nathan, mending kita lanjutkan kegiatan yang tadi" ucap Harry sembari menggerakkan alisnya

"TIDAK! Kau sama saja bajingan. Bisa-bisanya kau menggodaku!" Sentak Lisa kembali

"Hey, jangan menuduh ku seperti itu. Aku hanya mengetes kesetiaan mu pada Nathan, namun ternyata kau tak bisa ya. Baru ku cium dan elus sedikit saja suaramu itu sudah menggema seantero rumah" ucap Harry mengejek Lisa

"DIAM! PERGILAH" Usir Lisa kasar, ia benar-benar malu. Bagaimana bisa ia terbuai oleh ciuman panas yang diberikan Harry juga elusan tangannya pada area sensitifnya begitu membuatnya terbang melayang.

"Ah baiklah sayang, jaga dirimu. Jika kau ingin mencicipi yang lebih maka aku akan siap memberikannya." Ucap Harry sembari mengelus eksotis rahang Lisa dan kembali mengecup bibir Lisa sekilas

Lisa terdiam, sentuhan Harry membuat gairahnya kembali naik. Namun ia harus menjaga image nya di depan Lelaki itu.




Selamat hari raya idul Adha bagi semua umat Islam yang merayakan🙏

NATHAN TJOE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang