TAWARAN

2.9K 119 0
                                    

Setelah menonton pertandingan semalam, kini Dziya dan Keyna berada di salah satu hotel di Jakarta. Mereka berdua akan bertemu salah satu klien dari Inggris di hotel ini.

Setelah kurang lebih 3 jam mereka berbicara dan menyetujui kesepakatan. Akhirnya mereka berpisah.
Saat akan keluar hotel Dziya tidak sengaja menabrak seseorang.

"Oh maaf aku tidak sengaja, maafkan aku." Dziya berjongkok untuk mengambil handphonenya yang jatuh

"Tidak apa-apa nak. Maafkan saya juga, saya tidak melihat kedatanganmu sehingga kita bertabrakan" Ucapnya.

Dziya mematung, ia seperti mengenal suara itu. Ia mendongak dan menyerahkan Handphone kepada pemiliknya. Betapa terkejutnya Dziya saat mengetahui yang ia tabrak tadi adalah Romeo Tjoe a on, Ayah Nathan. Romeo pun sama terkejutnya dengan Dziya.

"Lho paman"
"Dziya" Ucap mereka bersamaan.

"Lho, kalian saling mengenal? Tunggu tuan ini yang kemarin di stadion bersama calon pemain Timnas itu kan?" Tanya Keyna yang berdiri di belakang Dziya.

"Iya key, dia paman Romeo, ayah Nathan" ucap Dziya yang melihat Keyna keheranan

"APA!! Dziya kamu memanggilnya paman? Dan dia ayahnya Nathan si tampan itu? Oh My God mimpi apa aku semalam" teriak Keyna yang tidak bisa mengontrol suaranya.

"Iya, Saya Romeo. Saya mengenal Dziya karena kami berasal dari Belanda. Dan sewaktu kecil Dziya adalah teman sekolah Nathan." Jelas Romeo.

"Wow Dzi, kamu teman sekolahnya Nathan? Kenapa kamu tidak bilang kepadaku huh!" Rajuk Keyna.

"Sudahlah jangan merajuk, nanti aku ceritakan oke" rayu Dziya agar Keyna tidak merajuk. Kalo sudah merajuk bahaya dia, bisa-bisa kerjaannya tidak akan selesai.

"Dziya, bisakah kita berbicara?" Pinta Romeo.

"Berbicara tentang apa paman?" Tanya Dziya dengan alis mengkerut

"Ini tentang permintaan Kakek Nathan" jelas Romeo.

"Baiklah paman." Dziya menyetujui permintaan Romeo.

"Key, aku akan berbicara dengan paman Romeo, kamu boleh pulang duluan, nanti aku menyusul" jelas Dziya pada Keyna.

"Oke, tapi nanti ceritakan ya."

---

Setelah kepergian Keyna, Dziya dan Romeo pergi ke restoran hotel. Sesampainya di sana mereka memesan makanan dan sembari menunggu makanan datang mereka pun mulai mengobrol.

"Apa yang tadi ingin dibicarakan paman?" Tanya Dziya karena jujur ia sangat penasaran.

"Ini tentang permintaan Kakek Nathan, setelah kepergianmu 5 tahun lalu dia terus menanyakan keberadaan mu. Saat kami menanyakan mu pada kakak mu dan tahu kamu di Indonesia kakek Nathan terus menyuruh kami untuk menemui mu. dia ingin kamu menjadi menantunya. Dia ingin kamu menikah dengan Nathan!" Jelas Romeo.

Bagai petir di siang bolong Dziya terkejut mendengar penjelasan Romeo.

"Apa paman bercanda, mana mungkin itu terjadi" Dziya masih menyangkalnya karena keterkejutan nya itu.

"Ini benar Dziya, kamu tahu sebelum kedua orang tuamu meninggal. Mereka meminta kepadaku dan kakek Nathan untuk menjodohkan mu dengan Nathan. Namun saat itu kamu pindah dan kakak kamu tinggal di asrama jadi kami tidak bisa mewujudkannya. Dan sekarang karena kita bertemu aku akan menepati janji itu".

Pembicaraan mereka terpotong oleh kedatangan waiters yang mengantarkan makanan.

Setelah waiters itu pergi, mereka melanjutkan pembicaraan.

"Silahkan dinikmati Dziya" ucap Romeo.

Dziya mengangguk, tapi ia hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya tanpa sama sekali memakannya. Ia benar-benar terkejut.
"apakah kakak tahu tentang perjodohan ini?"

"Ya, kakak mu sudah tahu. Kami sudah membicarakan ini saat dia kembali dari Indonesia, kami bertemu di Italia saat kami sedang berlibur dan Jay bilang itu tergantung keputusanmu" jelas Romeo yang semakin membuat ia terkejut.

"Uh jadi kakak sudah mengetahui permasalahan ini, tapi kenapa kakak tidak membicarakannya padaku" batin Dziya

"Aku akan berbicara dengan kak Jay dulu, bagaimanapun dia adalah kepala keluargaku saat ini" putusnya.

"Baiklah, pikirkan baik-baik Dziya, dan paman harap kamu menerimanya".

Dziya pergi dari hotel dengan segala kegundahan dan keterkejutan ini. Dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang bersembunyi dibalik sekat dan mendengarkan pembicaraan mereka.

--

Setelah sampai di apartemen Dziya melempar tas dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang.

"Huhhh, apa ini, kenapa semua terjadi dengan tiba-tiba" ia bangkit dan segera menghubungi Jay.

Dering telpon berbunyi, di dering ke 3 Jay baru mengangkatnya.

"Hallo Dziya, ada apa kamu menelepon kakak hmm?" Tanya Jay di seberang sana.

"Mmm, kakak aku ingin membicarakan sesuatu yang penting" kini ia ragu untuk memberitahu sang kakak tentang ini, meskipun ia tahu Jay sudah mengetahui perihal ini.

"Berbicara sesuatu yang penting? Tentang apa Dzi, ayo berbicaralah"
Ungkap Jay penasaran

"Apa kakak tahu tentang perjodohan ku dengan Nathan?"

Jay terkejut
"Apakah kamu sudah bertemu dengan keluarga mereka?"

"Ya, tadi aku bertemu dengan mereka di hotel, karena Nathan akan menjalani proses naturalisasi juga" jelas Dziya

"Mm, iya Dzi kakak sudah mengetahui tentang itu. Saat kakak kembali dari Indonesia kakak bertemu paman Romeo dan tuan Johanes. Dan tuan Johanes memintamu untuk menikah dengan Nathan kepada kakak"

Dziya mendesah pelan mendengar penjelasan Jay, kini Ia mulai bimbang. Disisi lain ia belum siap namun disini lain ia ingin memenuhi permintaan almarhum kedua orangtuanya.
"Kakak, apakah aku harus menerima tawaran itu?" Tanya Dziya yang mulai putus asa.

"Dziya, pikirkan baik-baik. Kakak tahu masa lalu kalian berdua, kalian adalah sahabat baik. Dan kakak tahu bahwa kamu ada rasa pada Nathan"
Sejak dulu Jay tahu bahwa adiknya memiliki rasa pada Nathan namun ia tahu adiknya itu masih terlalu dini untuk merasakan yang namanya sebuah hubungan percintaan.

"Apa yang kakak bilang, itu tidak benar" sangkal Dziya

"Jangan berbohong, kakak tahu dari tatapanmu dan dari nada bicaramu saat menceritakan Nathan" goda Jay

"Sudahlah kakak, aku tutup telponnya dan aku akan memikirkannya".

Telpon diputus, dan kini Dziya memejamkan matanya untuk mencari ketenangan dan jawaban dari kegundahannya.

Dilain tempat, seorang pemuda sedang melamun setelah mendengar percakapan antara ayahnya dan teman masa kecilnya. Ia Nathan Tjoe a on.
"Bagaimana mungkin ini terjadi? Apa yang harus aku lakukan" ia membanting handphonenya ke ranjang.

"Argggghhhh, Bagaimana ini. Aku tidak bisa membantah permintaan Kakek dan aku juga tidak mau dia sakit hati. Arghhhh" teriak Nathan

NATHAN TJOE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang