Bab 1

20.7K 814 13
                                    

Pagi ini di kediaman mewah keluarga Jung, di salah satu kamar terdengar bunyi alarm yang cukup keras, sehingga membuat si pemilik kamar bangun dan melakukan peregangan otot, setelah ia cek ternyata sudah pukul 06:30. Dia bergegas ke kamar sebelah untuk membangunkan sang putra.

" Juna, ayo bangun". Ucap Jeno. Namun sang anak tetap masih tertidur pulas. Akhirnya Jeno menggunakan cara lain dengan membuka gorden dan itu berhasil membuat sang anak membuka matanya.

" Ayo bangun Juna, cepat beberes dan jangan lama. Kalau lama, ayah tidak akan mengantarmu". Ancam Jeno

Juna pun, bergegas mandi dan beberes untuk berangkat ke sekolah.

Jeno adalah orang yang tegas dan itu yang membuat Juna menjadi mandiri.

Selesai beberes, Jeno dan Juna bergabung untuk sarapan bersama keluarga Jung lainnya.

" Semalam lembur lagi jen? " Ucap Taeyong,
Sementara Jeno hanya mengangguk sebagai jawaban.

" Kurang-kurangi jen, kasian Juna dia gada waktu bermain bersama ayahnya".

" Jeno memang lagi banyak kerjaan Bu".

" Alesan aja kamu, dari dulu begitu mulu. Minimal kalau ada undangan dari sekolah Juna itu kamu yang Dateng. Jangan apa-apa bubu atau haechan yang Dateng. Apalagi sekarang haechan lagi hamil dan bubu juga udah tua jen, ga bisa kamu andelin terus". Omel Taeyong yang capek dengan sikap anaknya.

" Kan Jeno ga minta Bu, lagian Jeno udah bilang sama Juna. Kalau ada apa-apa, guru Juna bisa hubungi Jeno".

" Terserah kamu jen, kalau kamu masih begini mending kamu nikah aja jen. Minimal ada istri kamu yang urus Juna". Jawab Taeyong jengah. Sementara Jeno hanya diam tak menanggapi nya lagi

" Sudah Bu, tidak baik bertengkar di depan makanan ". Nasihat jaehyun sebagai kepala keluarga.

Sementara Mark dan haechan hanya diam dan tak ingin menanggapi.

Selesai sarapan, para dominan Jung berpamitan untuk berangkat ke kantor masing-masing.

"Juna, kan sudah ayah bilang. Kalau ada apa-apa bilang sama ayah. Ga usah repotin bubu atau aunty echan". Omel Jeno saat mereka berdua berada dalam perjalanan ke sekolah Juna.

" Maaf ayah, waktu itu emang harus ada perwakilan orang tua yang datang. Juna tidak mau mengganggu ayah, karena ayah sibuk. Juna minta maaf ayah".

" Lain kali, jangan seperti itu. Kalau memang mendesak dan ayah wajib untuk datang ayah akan utus asisten ayah ke sekolah kamu. Kamu dengar itu ".

" Iyya ayah".

°°°°°

*Siang harinya

Taeyong tampak antusias karena akan menemani haechan untuk USG.

Namun sebelum berangkat kerumah sakit, Taeyong dan haechan menjemput Juna terlebih dahulu.

di tempat lain, keluarga na.
Siang ini jaemin sudah janji dengan bundanya untuk jalan-jalan ke mall.

"Na, jadikan siang ini?". Winwin mengingatkan anaknya.

" Ya ampun Bun, Nana lupa. Temani Nana ke rumah sakit bentar aja ya? Nana udah terlanjur janji sama salah satu pasien Nana.
Ga enak kalau tiba-tiba Nana batalkan". Mohon jaemin dengan mata bobanya.
Sementara winwin hanya menghela nafas, ini yang dia tidak suka dari pekerjaan jaemin. Anak tunggalnya ini terlalu sibuk dengan pasien-pasiennya, hingga tidak ada waktu untuknya.

" Yah na, padahal jarang banget loh kamu ada waktu buat bunda, tapi yaudah lah. Cuma satu pasien kan?". Jaemin nampak sedih melihat respon bundanya. Dia memeluk winwin sambil mengucapkan maaf. Dia juga tidak enak menolak pasiennya yg ini. Karena keluarga pasiennya adalah salah satu investor di rumah sakit tempat dia bekerja.

Jaemin dan winwin lebih dulu sampai di rumah sakit.

" Bun, duduk disini aja gpp kok Bun. Pasien Nana bentar lagi Dateng kok ". Ucap jaemin

Di koridor rumah sakit, Taeyong,haechan dan Juna tengah berjalan menuju ruangan jaemin.

" Juna, tadi ayah ga marahin kamu kan?". Tanya Taeyong.

" Engga grandbu".

" Bagus, kalau ayah marahin kamu bilang sama grandbu ya". Juna mengangguk sebagai jawaban.

Kini mereka telah sampai di depan ruangan jaemin

*Tok tok tok

" Ya, silahkan masuk ". Saut jaemin dari dalam

Namun saat membuka pintu, Taeyong sangat terkejut melihat sosok yang tengah duduk di dalam ruangan itu. Ada winwin sahabatnya waktu masih kuliah. Dia sangat kaget, karena semenjak lulus, mereka sudah lama tidak bertemu dan berkomunikasi. karena, Taeyong setelah lulus langsung menikah dan berbeda dengan winwin yang lanjut kuliah ke jepang.

"Winwin". Ucap Taeyong dan mereka pun berpelukan karena sama-sama rindu.

"Kamu apa kabar? Kenapa setelah sampai di jepang malah tidak pernah menghubungi ku lagi?".

" HP aku hilang tae, dan aku udah ga punya kontak kamu lagi. Semenjak kuliah juga aku ga pernah lagi ke Korea". Balas winwin.

Winwin pun memperkenalkan jaemin kepada Taeyong dan haechan. Di tengah asyiknya dua orang itu berbincang jaemin tetap lanjut memeriksa haechan.

" Kandungannya sehat ya, dan untuk sekarang jenis kelaminnya sudah terlihat. Apa haechan ingin tau atau biarkan nanti saja sebagai kejutan?". Tanya jaemin.

" Kasih tau aja dok, gapapa". Balas haechan

Jaemin menunjuk ke arah monitor dan menjelaskan kepada haechan dari posisi anak haechan yang ada di dalam perut.

" Nah, bisa di perhatikan. Ini adalah posisi kelamin bayinya. Dari sini bisa kita lihat kalau bayinya itu perempuan ya, karena tidak terlihat adanya kelamin pria pada anak kamu. ". Ucap jaemin sambil tersenyum

Saat mendengar bayinya perempuan haechan sangat senang, karena dia sangat menyukai anak perempuan. Setelah selesai di periksa haechan menghampiri Taeyong. Disana jaemin kembali menjelaskan tentang kondisi kandungan haechan dan jenis kelamin bayinya.

" Wah, seneng pasti ini kamu tae. Akhirnya ada perempuan juga". Saut winwin.

" Iya win, akhirnya ada yang bisa aku dandanin". Saut Taeyong sambil tertawa.

" Udah sepasang dong ya haechan, anaknya". Ucap winwin

Saat mendengar itu haechan dan Taeyong kaget. Dan mereka melirik ke arah Juna. Dan seolah paham arah pembicaraan winwin.

" Ah ini anaknya Jeno, namanya Juna.". Ucap Taeyong

" Aku pikir anaknya haechan, bagaimana kalau kita makan siang bersama?". Ajak winwin

"Boleh". Ucap haechan dan Taeyong.

Merekapun pergi ke salah satu resto langganan winwin.
Disana mereka banyak berbincang, terutama Taeyong yang begitu cerewet bercerita kepada sahabatnya itu.

Jaemin, yang melihat betapa cerewet nya Taeyong, meringis dan menatap haechan. Dalam hatinya jaemin merasa kasihan kepada haechan karena dia pasti pusing punya mertua secerewet Taeyong.

Namun, ada hal lain yang menarik perhatian jaemin yaitu sosok bocah yang bernama Juna.

Anak itu nampak murung dan tertutup. Jaemin yakin ada sesuatu dengan anak itu. Dengan rasa penasarannya yang tinggi, jaemin mencoba mendekati anak itu.

" Hai ". Sapa jaemin dengan senyum dan benar saja Juna hanya membalas dengan seadanya.

" Berapa usiamu?".

" Tujuh tahun ". Balas Juna

Jaemin selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana kepada Juna dan hanya di balas seadanya oleh Juna.
Seperti dugaan jaemin, sepertinya ada masalah dengan Juna, dilihat dari sifat anak itu yang tidak percaya diri, ketika berbicara.
Setiap Juna merespon jaemin akan tersenyum dan mengusap kepala Juna. Hal itu membuat Juna sedikit terpesona dan nyaman melihat jaemin. Andai keluarganya seperti jaemin.

Meskipun semua keluarga jung peduli kepada Juna, namun mereka tidak selembut jaemin. Apalagi haechan dan Taeyong, yang begitu cerewet, Itu membuat Juna tidak nyaman dengan mereka.

Dan satu orang yang sangat disayangkan Juna, andai ayahnya bersifat seperti jaemin.

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang