Suara rengekan bayi membangunkan sepasang orang tua yang tengah tidur lelap sambil berpelukan. Tentu saja, jaemin akan lebih dulu bangun. Jaemin bangkit dari tidurnya dan melepaskan pelukan Jeno, hal itu tentu membuat Jeno ikut membuka matanya.
" Ji-Su bangun ya, sayang." Tanya Jeno pada jaemin yang saat ini sudah mulai menggendong putri mereka.
" Iya mas, haus kayanya."
" Mas bikinin susu dulu ya."
" Iya mas."
Jeno bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur untuk membuatkan susu untuk Ji-Su.
Jaemin terus menimang Ji-Su sambil menunggu Jeno selesai membuatkan susu. Jaemin ingat, jika dia bisa melakukan terapi sendiri untuk memancing asi nya. Karena suasana hati yang buruk selama ini, ia lupa untuk melakukan terapi agar asi nya kembali lancar.
Jaemin mulai duduk di ranjang dan bersandar di headboard. Ia membuka kancing piyama nya dan memijat area buah dadanya, setelahnya jaemin mulai mengarahkan putingnya kepada Ji-Su. Dengan pijatan, hisapan dan memompa putingnya, minum vitamin dan makan makanan yang bernutrisi mampu memancing asi nya untuk kembali lancar.
Ji-Su mulai menyedot puting jaemin, meskipun dengan sedikit rengekan karena asi sang Buna yang sedikit.
" Sabar ya sayang, hisap yang kuat ya. Biar Ji-Su bisa Mimi lagi ke Buna." Ucap jaemin sambil mengelus kepala sang anak.
" Maaf ya, Ji-Su harus di selingi sama susu formula. Ji-Su juga harus bantu Buna, biar asi Buna lancar lagi dan Ji-Su bisa Mimi sepuasnya lagi ke Buna."
Jeno masuk kedalam kamar dan kaget melihat jaemin yang sedang menyusui Ji-Su.
" Emang udah keluar ya Asi nya."
" Keluar mas, tapi dikit. Dengan kaya gini harusnya bisa bantu asinya ngalir lagi mas"
" Ada cara lain ga, buat bikin asi kamu keluar lagi." Tanya Jeno, sambil mengambil posisi duduk di sebelah jaemin dan menyerahkan botol susu milik Ji-Su.
" Ada mas, nanti aja konsultasi sama dokter. Sekalian kan hari ini jadwal Ji-Su imunisasi."
" Oke, nanti habis sarapankan."
" Iya mas."
" Sudah ya, sekarang Ji-Su Mimi pake botol lagi ya nak." Ucap jaemin sambil menyodorkan botol susu ke mulut Ji-Su.
Jeno menatap jaemin dan Ji-Su bergantian. Dapat Jeno lihat wajah jaemin yang sedih menatap anaknya, jaemin pasti masih merasa bersalah karena Ji-Su harus minum susu formula. Dia harus menyelingi asinya dengan susu formula agar Ji-Su tidak masuk angin, karena asinya saja tidak akan membuat Ji-Su kenyang.
Jeno mengelus pundak jaemin agar jaemin lebih relaks. Namun kegiatan Jeno terhenti saat mendengar suara ketukan pada pintu kamar mereka.
" Mas, buka pintu dulu ya." Jaemin mengangguk sebagai jawaban.
Saat membuka pintu, ternyata yang muncul adalah kedua putranya.
" Ayah, Juju memaksa terus mau ke kamar ayah. Padahal sudah Abang ajak untuk mandi dulu."
" Ayah, Juju mau Buna."