Bab 27

5.4K 317 1
                                    

Selama seminggu Jeno mengambil cuti untuk menemani jaemin dirumah. dia berpikir untuk menunggu anak dan mertuanya kembali agar nanti dia bisa tenang meninggalkan jaemin saat ia bekerja.

Hari ini adalah jadwal kepulangan yuta dari jepang. Semalam Jeno sudah menghubungi yuta, meminta izin tidak bisa menjemput Juna karena jaemin yang sedang tidak enak badan.

Mendengar anak kesayangan sedang kurang fit, yuta tidak keberatan mengantar Juna ke apartemen mereka dan sekalian ingin melihat kondisi anak kesayangannya itu.

Saat ini jaemin sedang bermanja pada Jeno, sejak di ketahui kondisinya hamil jaemin sangat manja sekali pada Jeno, dia terus menempeli Jeno dan tidak mau lepas sedikitpun dari Jeno.

" Juna pulang hari ini ya mas."

" Iya sayang, sebentar lagi juga mereka sampai kesini. Ayah bilang, ayah mau mampir dulu lihat kondisi kamu."

" Ayah sama bunda pasti seneng banget kalau tau berita ini."

" Tentu sayang, ini cucu pertama mereka. Pasti mereka sangat bahagia."

" Cucu kedua mas, cucu pertama ayah kan Juna."

Tak lama terdengar suara bel berbunyi, Jeno pun bangkit dari tempat tidur dan bergegas membukakan pintu untuk mertuanya.

" Ayo masuk yah, Bun."

Yuta langsung masuk kerumah dan dituntun winwin menuju kamar jaemin. Sementara Jeno menggendong Juna mengikuti langkah mertuanya itu.
Saat memasuki kamar, winwin langsung menghampiri anaknya dan memeluk jaemin.

" Nana kenapa sayang. Kenapa ga bilang kalau Nana lagi sakit. Bunda sama ayah kan bisa pulang lebih cepat."

" Bunda tenang saja, Nana sudah tidak apa-apa kok. Lagian kan ada mas Jeno yang rawat Nana disini. Nana ga mau ayah sama Bunda jadi panik."

" Tapi wajah kamu pucat sekali sayang." Winwin mengelus wajah sang anak. Yuta hanya diam saja menatap anaknya, begitu juga Jeno yang duduk di sebelah Nana sambil memangku Juna.

" Udah di bawa ke dokter jen." Tanya yuta

" Sudah ayah, sejak 4 hari yang lalu."

" Dokter bilang apa."

Jeno mengambil amplop hasil USG mereka waktu itu yang ia letakkan di nakas. Kemudian memberikan amplop itu kepada yuta.
Yuta kaget melihat amplop yg Jeno berikan, belum sempat membuka pikiran yuta sudah kemana-mana.
Namun saat ia membuka amplop itu langsung kaget dan tidak bisa berkata apa-apa, melainkan ia meneteskan air mata. Winwin yang melihat reaksi suaminya langsung panik.

" Yah, kenapa. Nana sakit apa."

" Bun, cucu Bun, cucu."

" Cucu apa sih yah."

" Sebentar lagi kita bakal dapat cucu Bun. Nana hamil."

Winwin yang notabene nya emang cengeng langsung saja menangis memeluk anak kesayangannya itu.

" Bunda jangan nangis, ayah juga ngapain nangis. Jelek tau, ga cocok sama wajah ayah yang galak."

Jeno tersenyum melihat tingkah istrinya itu. Benar-benar perusak suasana.

" Diam kamu, Buna lagi menangis terharu."

Melihat Oma dan opanya menangis membuat Juna penasaran.

" Buna sakit apa ayah, kenapa Oma dan opa menangis."

" Buna tidak enak badan, Oma dan opa itu menangis bukan lagi sedih tapi mereka lagi terharu dan bahagia."

" Bahagia kenapa."

" Karena sebentar lagi Juna bakal jadi Abang."

" Juna mau punya adik ya ayah."

" Iya nak, Buna lagi hamil dan sebentar lagi Juna bakal jadi Abang."

" Beneran ayah, Yee Juna senang sekali." Juna bersorak bahagia dan langsung memeluk leher Jeno. Jeno jadi gemas dengan reaksi anaknya, di peluknya Juna dan ia acak-acak rambut anaknya.

" Kamu harus janji sama ayah, jangan nakal dan bantu ayah jagain Buna dan adik di dalam perut Buna. Oke."

" Oke ayah."

°°°°°

Malam harinya yuta dan winwin pamit pulang karena mereka sudah sedari siang dirumah Nana.

" Ayah titip Nana ya jen."

" Iya ayah."

" Jen, kalau kamu kerja biar bunda saja yang temani Nana dirumah."

" Iya bunda, makanya Jeno cuti dulu sampai bunda dan ayah pulang. Jeno tidak tenang meninggalkan Nana dirumah sendiri."

" Kapan kamu mulai masuk kerja lagi jen." Tanya yuta

" Lusa Jeno udah mulai masuk lagi yah."

" Yasudah lusa bunda bakal kesini buat temani Nana."

" Terima kasih ayah, bunda."

" ayah sama bunda pulang dulu."

" Hati-hati dijalan yah, Bun."

Jeno kembali ke kamar setelah mengantar yuta dan winwin. Saat masuk kamar dia senang melihat pemandangan Juna yang sedang mengelus perut jaemin.

" Memangnya adik bayi muat di dalam sini, Buna?"

" Muat sayang."

" Apa dia bisa bernafas di dalam, apa di dalam ada udaranya."

" Adik bayinya bernafas masih di bantuin sama Buna, kalau sudah keluar baru deh adik bayinya bisa bernafas sendiri."

" Bagaimana cara mengeluarkannya."

" Nanti dokter yang bantu adik bayi keluar, harus di operasi dulu nak."

" Operasi itu seperti apa."

" Banyak tanya kamu bang, sekarang masuk ke kamar kamu gih. Cuci muka sama gosok gigi dulu."

" Abang boleh tidur disini saja tidak ayah."

" Tidak boleh, kamu tidurnya grasak-grusuk nanti kena perut Buna."

" Yahhh."

" Abang sayang, Abang tidur di kamar Abang ya. Kan tadi Abang nanya gimana adik bayi bernafas. Kalau kita tidurnya dempet-dempet an Buna jadi susah nafas. Kasihan adik bayi nanti."

" Yaudah deh, tapi besok pagi Abang kesini lagi ya."

" Iya, besok Abang boleh main lagi sepuasnya dikamar Buna."

Juna pun pamit ke kamarnya untuk tidur. Saat Juna sudah keluar dan menutup pintu jaemin langsung beringsut memeluk Jeno.
Jeno heran melihat tingkah jaemin semenjak hamil, dia akan memeluk Jeno, sebelum tidur dia akan mencium ceruk leher Jeno dan bahkan dia suka sekali mengapit wajahnya di ketiak Jeno. Namun jika jaemin dalam kondisi seperti itu maka jaemin akan anteng dan tidak mual, berbeda jika jaemin dalam kondisi tidak ada Jeno maka dia akan merengek pusing dan mual.

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang