Bab 47

5.7K 319 16
                                    

Seharian ini jaemin benar-benar mengurung diri dan tidak mau keluar kamar. Bahkan ia melewatkan makan siang dan makan malamnya. Hal ini juga membuat Jeno juga tidak napsu makan.

" Ayah, Buna mana."

" Lagi tidur bang, kamu ajak Juju tidur ke kamar ya. Udah malem soalnya."

" Oke, ayah."

Setelah Juna dan junwoo masuk ke kamar milik juna, Jeno menyusul jaemin ke kamar junwoo.

" Na, buka pintunya, sayang."

Lagi-lagi tidak ada respon dari jaemin.

" Sayang, kamu udah seharian loh di dalam. Buka ya, pintunya."

Jaemin tetap diam di kamar, Jeno memilih tidur di sofa depan tv. Agar lebih gampang memantau jaemin, dia membawa kasur bayi lipat untuk Ji-Su dan membawa Ji-Su tidur bersamanya agar sekalian bisa memantau jaemin dan Ji-Su.

Tengah malam jaemin keluar untuk minum, karena dia tadi pagi hanya membawa satu gelas air putih saja ke dalam kamar. Namun sialnya, saat ia sedang mengambil air minum, dia tidak sadar jika Jeno dan Ji-Su ada di ruang tengah Dan lebih mengejutkan, Jeno saat ini bangun akibat Ji-Su yang barusan menangis karena kehausan.

Jeno sengaja diam saat jaemin keluar kamar, dia tidak mau jaemin sadar dengan keberadaannya dan kembali mengurung diri. Karena sudah terlanjur basah, jaemin memilih untuk cuek saja. Dia menganggap seolah-olah tidak ada Jeno disana.

Melihat reaksi jaemin, Jeno mencoba mendekati jaemin yang sedang duduk minum di kitchen bar.

" Itu Buna, adek kangen sama Buna ya." Ucap Jeno pada sang anak, sambil berjalan menyusul jaemin.

Jaemin tetap diam, karena tidak mungkin anaknya rindu padanya. Gadis centil itu pasti anteng bersama sang ayah.

Jeno mengelus pundak jaemin dan mengecup pucuk kepala jaemin. Kemudian ia duduk di sebelah jaemin.

" Makan dulu ya, sayang." Ucap Jeno sambil mengelus kepala jaemin.

Namun lagi-lagi jaemin diam saja, dia meneguk habis minumannya dan kembali beranjak ke dalam kamar Junwoo. Tapi ada sedikit kelegaan yang Jeno rasa, jaemin tidak lagi mengunci pintu kamar itu. Seperti di beri jalan, Jeno menidurkan Ji-Su ke dalam kamar mereka dan menyusul jaemin ke kamar junwoo.

Jeno masuk ke dalam kamar junwoo dan melihat jaemin tidur meringkuk membelakangi pintu. Jeno duduk di belakang jaemin.

" Sayang, maafin mas ya." Ucap Jeno mengusap punggung jaemin

" Mas ga bermaksud nuduh kamu, maaf kalau cara nanya mas salah."

Jeno memeluk jaemin dari belakang.

" Maaf ya, kamu harus kesulitan sendiri jagain anak-anak. Maafin mas yang ga ngerti keadaan kamu sayang."

Jaemin mulai terisak mendengar penuturan Jeno.

Tangan Jeno mulai beralih dan mengelus perut jaemin.

" Maaf ya, udah biarin kamu sakit, capek dan stress sendirian. Maafin mas yang tidak peka  sama keadaan kamu."

Isakan jaemin mulai kencang, dan itu membuat hati Jeno semakin sakit. Ia putar tubuh jaemin, dan ia peluk jaemin ke dalam dekapannya.

Jaemin menangis sejadi-jadinya di dada sang suami.

" Nangis aja sayang, nangis sampai kamu lega. Kalau mau pukul dan maki-maki mas silahkan. Lepaskan semua emosi kamu yang kamu pendam selama ini."

Jaemin meremas kaos belakang Jeno dan memukul punggung Jeno.

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang