Bab 52

3.3K 265 28
                                    

Sudah beberapa hari ini Juna benar-benar menjaga jarak, baik dengan orang tua nya maupun dengan adik-adiknya.

Jujur jaemin merasa pusing dengan masalah yang terjadi pada anak dan suaminya. Dia tidak bisa terlalu banyak ikut campur karena semua ini bukan ranahnya. Dia paham bagaimana perasaan Juna dan dia juga paham bagaimana keadaan suaminya. Tidak ada yang salah di antara mereka, hanya saja mereka yang sama-sama tersulut emosi dan tidak paham dengan akar masalah yang sebenarnya membuat mereka menjadi salah paham satu sama lain.

Bagaimanapun, anak remaja seusia Juna tidak bisa hanya di larang saja tanpa di beri pengertian, tapi jaemin tidak punya hak untuk memberi alasan sebenarnya pada Juna. Karena itu adalah tugasnya Jeno, di sisi lain jaemin juga paham dengan rasa trauma sang suami yang membuat emosinya jadi tidak terkontrol. Jaemin ingin memberi sedikit pengertian pada sang anak, tapi Juna benar-benar menutup interaksi antara mereka. Anak remaja itu berangkat ke sekolah sebelum dia bangun dan pulang pun langsung masuk ke kamar tanpa menyapa siapapun yang ada di rumah, kemudian mengunci pintunya.

Seperti saat sekarang ini, sudah terhitung seminggu Juna menutup diri dari mereka. Saat ini mereka tengah makan malam, jaemin terus menatap kamar sang anak, dia kepikiran Juna yang tak pernah ikut makan di rumah.

" Ga usah di pikirin, mau dia makan atau tidak terserah dia. Itu kemauan dia sendiri." Tegur Jeno pada jaemin.

" Tapi mas, kalau Juna sakit bagaimana."

" Kamu liat kan, dia biasa aja. meskipun ga ikut makan bareng sama kita, itu ga buat dia meninggal kan."

" Mas kenapa sih, kenapa ngomongnya jadi kaya gitu."

" Diam jaemin, sekarang kamu makan saja makanan kamu. Ga usah pikirin anak kurang ajar itu."

Junwoo diam memperhatikan kedua orang tuanya. Dia bingung dengan semua yang dia dengar, tapi bagaimana cara dia memastikannya. Dia takut bertanya pada orang tua nya.

Jaemin tidak dapat berbuat banyak, jika Jeno sudah seperti ini. Dia tidak mau membuat emosi Jeno semakin terpancing.

Saat mereka sedang fokus makan, tiba-tiba Juna keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi.

Melihat suasana sepertinya akan semakin buruk, jaemin berbisik kepada junwoo untuk membawa Ji-Su ke dalam kamar.

Dan benar saja, Jeno langsung menghempaskan sendoknya saat Juna dengan santai berjalan di dekat mereka tanpa pamit.

Mendengar suara dentingan piring dan sendok, membuat Juna juga ikut terkejut, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.

" Mau kemana kamu." Ucap Jeno pelan namun penuh penekanan.

Juna nampak tak peduli dan masih melanjutkan langkahnya.

" Jung Juna." Teriak Jeno

" Kenapa, ini juga bukan urusan ayah. Ayah sendiri kan yang bilang, mau aku belajar atau tidak otak aku tetap bodoh. Jadi untuk apa aku buang-buang waktu buat belajar kalau hasilnya tetap sama. Mending aku menikmati waktu remaja aku dengan ngumpul sama teman teman aku. Lagian kan juga ayah yang untung, ayah bisa menikmati waktu bersama istri dan anak-anak ayah."

" Kurang ajar kamu." Ucap Jeno dan langsung menampar sang anak.

Jaemin melihat itu langsung shock dan berdiri di depan Juna.

" Mas apa-apaan kamu, kenapa jadi pakai kekerasan kaya gini."

" Diam kamu na, ini efek karena kamu terlalu memanjakan anak tidak tau diri dan tidak tau terima kasih seperti dia."

" Harusnya saya biarkan kamu hidup bersama ibu kamu waktu itu dan saya tidak perlu mengorbankan hidup saya hanya untuk merawat anak yang tidak tau diri seperti kamu."

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang