pagi ini jaemin sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya. jaemin memasak sup jagung dan roti panggang untuk sarapan Jeno dan Juna. Saat jaemin sedang sibuk mengaduk sup jagung tiba-tiba ada yang memeluk pinggangnya dari belakang. Jaemin tau persis kalau ini suaminya dilihat dari urat-urat tangan Jeno yang ada di perutnya.
" Mas, jangan kaya gitu. Geli mas." Jaemin merasa geli karena Jeno mengecup lehernya begitu lama.
" Kok tau sih, kalau ini mas." Gumam Jeno
" Ya kalau bukan mas siapa lagi, ga mungkin Juna kan. Yakali Juna ngendus-ngendus leher Nana kaya gini."
" Sebentar sayang, masa lagi ngumpulin nyawa." Ucap Jeno
Jaemin menghela nafas lelah atas kelakuan suaminya. Dia terus melanjutkan masak-memasaknya. Jeno terus memeluk jaemin kemanapun arah gerak jaemin. Saat jaemin hendak menyajikan makanan, Jeno malah makin asik menyesap leher jaemin. Karena jengah dengan kelakuan Jeno, jaemin pun menegur suaminya.
" Mas udah, nanti malah ada tandanya. Ga enak kalau kelihatan sama Juna mas. Mending mas bangunin Juna aja deh sana." Jaemin memukul lengan Jeno sebagai teguran, akhirnya Jeno mengalah dan melangkah ke arah kamar Juna.
Bertepatan dengan selesainya jaemin menyajikan sarapan, Juna dan Jeno datang dan duduk di posisi mereka masing-masing.
" Buna lagi sakit ya." Tanya Juna
" Engga sayang, kenapa emangnya?."
" Itu leher Buna merah-merah. Buna lagi alergi ya." Tanya Juna lagi
Mendengar pertanyaan Juna, jaemin langsung melotot ke arah Jeno dan itu membuat Jeno tersedak sup yang masih panas.
" Oh, ini habis di sedot badak." Ucap jaemin sambil menatap tajam Jeno. Sementara Jeno pura-pura tidak tahu dan melanjutkan makannya.
" Emang disini ada badak ya Buna?"
" Ada, badaknya gede banget."
" Dimana, Buna?." Ucap Juna sedikit takut.
" Buna becanda sayang, ini tadi gatel. Kayanya di gigit serangga."
" Digigitnya dimana, Buna harus bunuh serangganya biar ga digigit lagi."
" Juna, kalau lagi makan jangan ngomong mulu. Ga boleh kaya gitu." Lerai Jeno agar Juna tidak bertanya macam-macam lagi.
" Kalau serangganya di bunuh, masa Buna jadi janda kan ga lucu." Gumam jaemin dan itu masih terdengar oleh Jeno. Dia kaget dengan celetukan istrinya itu.
Ditengah-tengah sarapan, jaemin mengingat sesuatu. Dia lupa ada janji dengan Taeyong dan haechan siang ini dan belum izin sama Jeno.
" Mas, Nana izin ya nanti siang mau keluar."
" Mau kemana dan sama siapa."
" Makan siang mas, Nana belum tau makan dimana. Bubu sama haechan ngajakin Nana makan siang bareng sekalian belanja. Boleh ga mas.?"
" Juna gimana? Titip ke bunda?."
" Ya jangan dong mas, apa kata bubu nanti kalau Juna dititip ke bunda. Juna ikut sama Nana aja mas."
" Kamu kan tau Juna tidak nyaman sama mereka."
" Kan ada Nana mas."
" Tidak usah, Juna ikut mas aja ke kantor. Lagian hari ini mas juga lagi senggang dan tidak banyak kerjaan."
" Ga usah mas, Juna ikut Nana saja."
" Mending tanya Juna saja. Juna, kamu mau ikut Buna ketemu grandbu atau ikut ayah kerja ke kantor?"