Sudah dua Minggu jaemin memikirkan saran ayah dan bundanya. Dia sudah mencoba memantapkan diri untuk mengikuti saran yang ayah dan bundanya berikan. Benar yang ayahnya bilang jika Jeno tersiksa selama ini. Beberapa hari terakhir jaemin memperhatikan Jeno setiap pagi dan benar suaminya menuntaskan hasratnya di kamar mandi. Jaemin merasa bersalah atas itu semua, dan ia mulai menyicil membeli barang-barang yang bundanya sarankan.
Hari ini Jeno izin pulang telat karena lembur. Tepat pukul 09:00 jaemin mendengar suara kenop pintu apartemen mereka dibuka, jaemin yakin itu suaminya yang pulang. Saat memasuki rumah Jeno senang karena jaemin belum tidur dan menyambutnya dengan senyum yang cerah. Namun Jeno kaget dengan penampilan istrinya, jaemin memakai piyama satin pendek, itu tidak seperti yang jaemin gunakan biasanya. Jeno dapat melihat jelas paha mulus istrinya dan tulang selangka istrinya yang bersih dan mulus. Kenapa jaemin memakai pakaian seperti ini, ini sama saja membuat ia semakin tersiksa. Dengan jaemin memakai pakaian biasa saja sudah membuat Jeno tersiksa. Jeno melamun memikirkan hal itu.
" Mas, kenapa? " Jaemin memecah lamunan Jeno.
" T-ttidak kenapa-kenapa" jawab Jeno gugup
" Mas mau mandi atau mau makan malam dulu? "
" Mandi dulu aja "
Jaemin mengikuti Jeno ke dalam kamar karena ingin menyiapkan pakaian Jeno dan mengumpulkan pakaian kotor Jeno ke tempat kain-kain yang akan di cuci.
" Mas, Nana panasin makanan dulu ya kebawah ". Jeno mengangguk menanggapi ucapan istrinya.
Setelah mandi Jeno memakai pakaiannya dan turun kebawah. Karena Jeno yang gampang gerah, setiap di rumah jaemin akan menyiapkan suaminya baju kaos tanpa lengan.
Saat sampai di meja makan, Jeno melihat istrinya sedang sibuk menata makan malam untuknya. Lagi-lagi pandangannya fokus ke pakaian jaemin.
" Mas, ayo makan".
" Kamu dan Juna sudah makan". Tanya Jeno
" Juna sama Nana udah makan duluan tadi mas".
" Seharian ini kamu ngapain aja". Jeno mengajak jaemin berbincang sembari menemaninya makan
" Seperti biasa, tadi bunda main kesini mas ".
" Kamu kalau bosen, ga papa mau main kemanapun sama bunda. Mas ga larang ".
" Iyaa mas, tapi mas. Nana kasihan sama Bunda, dia kesepian banget semenjak Nana udah ga tinggal bareng mereka. Mas tau ga, bunda sampe suruh Nana izin ke mas buat titipin Juna sama mereka dan nanti di pulangin setiap weekend. Kata bunda biar bunda ada kegiatan buat anter jemput Juna ke sekolah. Bunda juga kasian sama ayah jadi sering libur buat nemenin bunda biar ga bete". Jaemin menghela nafas karena sedih.
" Kalo Juna nya mau ya silahkan mas ga larang kok ".
" Tapi kalau Juna sama bunda, Nana yang kesepian dong mas". Jaemin cemberut di sela-sela kegiatannya memotong buah untuk pencuci mulut Jeno setelah makan
" Yaudah, kalau gitu setiap weekend kita nginep di rumah ayah sama bunda ".
" Beneran mas?, tapi itu gapapa? Bubu gimana, kalau kita kerumah bunda sama ayah mulu? ". Jaemin tidak enak dengan mertuanya, karena semenjak mereka menikah Jeno tidak pernah mengajaknya kerumah bubu.
" Ya, ga masalah lah. Lagian bubu ga bakal kesepian,dirumah itu ada Mark bersama istri dan anaknya ".
Mendengar balasan Jeno, jaemin jadi ingat dia punya tugas lain selain membuat Jeno dan Juna dekat , jaemin juga harus membuat Jeno dan keluarganya kembali dekat.
" Gimana kalau gantian aja mas? "
" Ga usah, Juna juga tidak nyaman kan disana ".
" Kalau Juna tidak nyaman, kita titip Juna di bunda aja mas. Kita aja yang nginep dirumah bubu Daddy . Nana takut nanti bubu mikir macam-macam soal Nana ".