Pagi harinya jaemin terbangun karena bunyi alarm dari hpnya. Saat akan membalikan badan ia mendesis perih pada bagian bawahnya. Merasakan pergerakan jaemin membuat Jeno ikut terbangun. Jeno langsung mengecup pelipis jaemin.
" Kenapa sayang?."
" Perih mas, ssshhhh."
" Tidur lagi aja sayang, kamu istirahat aja. Nanti mas belikan salap untuk penghilang perihnya."
" Tapi Nana harus siapin sarapan buat mas dan Juna. Mas kan harus ke kantor dan Juna juga ada jadwal ujian pagi ini. Nana ga mau dia telat dan ga sarapan dulu."
" Mas ke kantornya agak siangan aja. Soal sarapan Juna biar mas yang siapin"
" Mas kan ga bisa masak "
" Kalau cuma bikin sandwich sih mas bisa sayang, udah kamu tiduran aja biar mas yang siapin sarapan Juna".
Jeno bangkit dari tempat tidur dan menyibak selimutnya. Dengan santai ia turun dari kasur tanpa sehelai pakaian membuat miliknya tergantung. Melihat itu jaemin malu dan menutup wajahnya.
" Ngapain malu sayang, kan semalam udah liat dan seterusnya juga kamu bakal sering liat." Goda Jeno sambil memasang celana pendeknya.
Jaemin yang di goda seperti itu langsung melempar bantal ke arah Jeno dan berteriak
" MASS."Jeno tertawa terbahak-bahak dan langsung keluar kamar. Dan benar yang jaemin katakan Juna sudah duduk di meja makan sambil membaca bukunya.
" Buna lagi ga enak badan, ayah masakin sandwich kaya biasa, kamu mau kan?." Juna kaget dengan cara bicara ayahnya yang lembut kepadanya. Jeno menatap Juna menunggu jawaban anaknya itu, merasa di perhatikan ayahnya Juna langsung mengangguk.
" Kalau gitu tunggu sebentar ya ". Jeno mengusap rambut Juna dan tersenyum.
Juna sangat senang dengan perubahan ayahnya, berarti ayahnya sudah tidak benci lagi padanya. Dia tersenyum bahagia memandang punggung ayahnya yang sedang memasak.
Setelah sandwich nya matang, Jeno menyiapkan tiga piring untuknya, Juna dan Nana. Dia meminta Juna sarapan duluan dan mengantar sarapan jaemin ke kamar.
" Kamu habiskan sarapannya, ayah mau siap-siap dulu dan anter sarapan buat Buna. Kalau udah kelar langsung berangkat ya, supir kita udah nunggu di depan pintu."
" Baik ayah."
Jeno kembali masuk ke kamar, dia mendapati jaemin yang sudah membersihkan dirinya. Namun Jeno salfok dengan pakaian jaemin.
" Kenapa pakai kemeja mas kaya gitu "
" Ga boleh ya mas?." Tanya jaemin
" Bukan ga boleh sayang, mas nanya kenapa aja kok. Kamu kehabisan baju?."
" Bukan mas, itunya Nana masih perih. Ga bisa make celana dulu, makanya Nana minjem kemejanya mas."
" Yaudah pake aja yang buat kamu nyaman, ini mas bikinin sandwich untuk sarapan."
" Beneran mas yang masak?."
" Iyalah, siapa lagi coba. Mas udah biasa masak itu jadi kamu ga perlu khawatir karena mas dan Juna selama tinggal disini selalu sarapan pake itu."
Jaemin dengan semangat memakan sandwich buatan suaminya. Tapi saat jaemin mengunyah ada rasa sedikit aneh, setelah jaemin cek ternyata telurnya sedikit gosong. Jaemin tak habis pikir bagaimana bisa mereka berdua tahan sarapan beginian.
" Mas, kamu bener-bener ya. Ini telurnya ada gosongnya loh, ga baik buat kesehatan. Bisa-bisanya kalian tahan makan-makanan begini setiap hari."
" Itu kan dulu yang, sekarang udah ada kamu yang masakin kita menu sehat dan enak."
" Ngeles mulu kamu mas ".
Jeno menyengir menanggapi jaemin
" Yaudah yang, sekarang makan itu aja dulu ya buat ganjel perut. Mas mau siap-siap dulu, mas mau beliin kamu obat dulu baru berangkat kerja, kamu istirahat aja." Jeno masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap-siap akan berangkat ke kantor.
Saat Jeno keluar dari kamar mandi dia melihat jaemin kembali tertidur di ranjang mereka, dia tersenyum melihat posisi tidur jaemin yang sedikit menungging, mungkin karena pantatnya masih nyeri pikir Jeno. Dan lihatlah bagaimana nyenyak nya tidur jaemin yang kelelahan akibat ulahnya. Melihat itu Jeno tak tega membangunkannya dan memilih pergi tanpa pamit ke jaemin. Jeno akan ke apotik dulu sebelum berangkat bekerja dan harus balik ke apartemen membantu jaemin memasang obat pereda nyeri itu.
Kembalinya Jeno dari apotik dia melihat jaemin masih tertidur dengan nyenyak. Karena tidak mau mengganggu pasangannya Jeno berinisiatif memasangkan obat itu ada anal jaemin. Namun jaemin langsung terbangun begitu merasa ada yang menyentuh bagian bokongnya. Ia lihat ternyata Jeno sedang memeriksa bagian bawahnya.
" Mas ngapain, ga usah mas. Biar Nana sendiri aja yang pasang obatnya ".
" Ga usah biar mas aja, kalau kamu ga bakal bisa liat bagian mana yang lecet."
" Tapi mas, Nana malu."
" Ngapain malu sih yang, kan semalem mas udah liat semuanya dan seterusnya juga bakal sering liat juga kan."
" Mas ah, nyebelin." Rengek Nana
" Udah diem aja, mau kamu nanti itunya nambah lecet." Kekeh Jeno
" Awas aja mas macem-macem sama Nana, ga bakal Nana kasih jatah lagi mas habis ini ".
Mendengar ancaman jaemin membuat Jeno menghentikan tawanya
" Ga boleh gitu dong yang, inget pesan bunda."
" Dih apaan, pesan bunda pesan bunda. Nyesel Nana ngasih tau mas ."
Jeno kembali tertawa, dan bangkit dari posisinya setelah selesai memasangkan jaemin obat. Dia duduk di sebelah jaemin dan mengusap sayang istrinya.
" Mas berangkat kerja dulu ya, kamu istirahat aja dan jangan banyak gerak dulu. Nanti mas usahakan pulang lebih cepat." Ucap Jeno sambil mengusap lembut pipi jaemin. Merasakan sentuhan sayang dari suaminya, jaemin mendongak tersenyum ke arah Jeno. Jeno yang tidak tahan dengan senyum indah istrinya langsung mengecup seluruh wajah jaemin dan terakhir mengecup bibir lembut jaemin berulang kali.
" Gemes banget istri mas, kamu hati-hati di rumah ya sayang. Kalau ga lagi hectic di kantor udah mas kurung kamu seharian di kamar berdua sama mas." Jeno menggoda istri cantiknya. Jaemin memukul lengan Jeno karena salting.
" Apaan sih, dasar mesum. Udah sana berangkat kerja. Cari uang yang banyak buat aku shopping bareng sama Juna."
" Siap tuan putri." Jeno kembali mengecup bibir istrinya dan setelah itu langsung berangkat bekerja.
" Ya tuhan, bisa gila aku karena duda buaya itu. Dulu aja sebelum nikah wajahnya nyebelin banget songongnya. Eh pas udah nikah malah bikin salting tiap hari. Bener-bener beda dia kalau lagi diluar dan di dalam rumah. Kalau di luar tampangnya serem banget.
Setelah beberapa jam jaemin bersantai sambil bermain hp di ranjangnya. Dia merasa bagian bawahnya sudah tidak terlalu nyeri dan jaemin memilih untuk bangkit dari tempat tidur untuk mengganti pakaiannya karena ia akan membereskan kamarnya dan setelah itu akan memasak untuk makan siang Juna.
Semenjak menikah Jeno dan jaemin hanya memperkerjakan maid setengah hari saja. Hanya untuk bersih-bersih rumah, kamar Juna, mencuci dan menggosok pakaian mereka. Sisanya untuk membersihkan kamar mereka dan memasak itu akan jadi tugas jaemin. Karena kata bunda itu adalah kewajiban istri, ga boleh di lakukan oleh orang lain. Sebab itulah dari awal jaemin dan bundanya sudah membahas soal itu. Jika dia menikah nanti dia tidak masalah harus berhenti bekerja, karena profesinya itu akan banyak menghabiskan waktu diluar rumah dan ia tidak ingin hal itu menjadi permasalahan rumah tangganya. Dia tidak mau suaminya nanti akan mencari kesenangan diluar sana.