Bab 39

5.4K 274 3
                                    

Sinar matahari menelisik di sela-sela gorden, membuat Jeno mengerjap beberapa kali. Pria dominan itu tersenyum melihat jaemin tertidur pulas di dalam dekapannya.

Semalam, mereka baru saja melakukan hubungan intim. Jeno yang di hadapkan dengan keadaan berdua dengan sang istri dan suasana yang mendukung, membuat ia tak bisa menahan hasratnya untuk melakukan hubungan ranjang dengan jaemin. Seolah tak ada waktu lagi setelah ini, dia menggempur habis-habisan sang istri sampai subuh. Karena biasanya dia harus jaga-jaga untuk melakukan hal ini, takut terganggu oleh anak-anak mereka. Maka, malam tadi Jeno melakukannya dengan sepuasnya, seolah melepas apa yang tertahan selama ini.

Jeno menatap wajah indah sang istri, dia mengelus mata jaemin yang indah di hiasi bulu mata yang panjang, hidung yang bagi Jeno terlihat lucu, pipi chubby yang membuat Jeno gemas setiap hari dan berakhir di bibir tipis jaemin yang membuat Jeno kecanduan untuk menikmatinya dan Jeno pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia langsung mengecup bibir jaemin. Hal itu membuat jaemin bergumam dalam tidurnya, karena merasa terganggu dengan aktifitas Jeno.

" Hmm mas, Nana masih ngantuk. Jangan gitu."

Jeno tersenyum menanggapinya, karena setelah mengucapkan kata itu jaemin kembali mengeratkan pelukannya ke Jeno.

" Katanya aku tidur ileran, tapi suka banget ciumin aku pas bangun tidur." Ucap jaemin dalam dekapan Jeno

" Itu yang bikin enak, sayang."

" Hmm, dingin." Ucap jaemin dalam dekapan Jeno dan tak mau menanggapi ucapan Jeno lagi. Karena dia memang lelah dan mengantuk.

Jeno menarik selimut untuk menutupi tubuh jaemin sampai ke bahu. Karena tadi posisi selimut memang sedikit turun ke pinggang jaemin, itu yang membuat jaemin merasa kedinginan, karena posisi mereka saat ini memang tidak memakai sehelai pun pakaian.

" Yaudah, tidur lagi aja." Ucap Jeno sambil mengelus punggung jaemin, guna untuk menghangatkan badan jaemin.

" Ini, jam berapa mas."

" Udah jam 9, sayang."

Jaemin kaget, dan langsung melonggarkan pelukannya. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Jeno.

" Kita kesiangan, mas ga sarapan."

" Nanti aja, bareng kamu. Kita pesen aja ke restonya, kamu tidur lagi aja kalau masih ngantuk."

" Mas sih, kaya ga ada waktu lagi aja. Masa gempur Nana sampe subuh."

" Maaf sayang, soalnya mas udah kangen banget. Kalau di rumah tidak bebas, takut anak-anak bangun. Makanya mas makin kepancing dengar desahan kamu."

" Udah ah, jangan terusin. Jangan gitu lain kali mas. Nanti kalau lecet, kamu juga yang puasanya lama."

"Iya, sayang. Maaf ya." Ucap Jeno sambil mengecup bibir jaemin.

Setelah itu jaemin bangkit dari tempat tidur, karena ia ingin membersihkan diri terlebih dahulu. Sebenarnya dia masih lelah dan mengantuk, akan tetapi suaminya tetaplah tanggung jawabnya. Jadi, dia tidak bisa tidur nyenyak jika belum memastikan sang suami sudah sarapan.

" Kamu mau kemana, tidur lagi aja."

" Nana mau mandi mas. ga enak, badan Nana lengket rasanya."

" Kalau begitu, mas juga ikut."

" Ih, ga mau. Nana ga mau ada part dua nya ya mas. Kita harus sarapan, Nana capek."

" Ga ada kok sayang, mas udah puas semaleman. Kita cuma mandi dan berendam aja."

" Janji, ya. Kalau mas kebablasan, ga ada jatah 1 bulan."

" Iya, sayang. Serem amat sih ancemannya."

" Biarin, itu cara Nana bertahan hidup dari duda mesum kaya mas." Jaemin langsung lari ke kamar mandi.

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang