Bab 43

3.8K 239 0
                                    

Jaemin menatap pantulan dirinya di cermin. Dia melihat bagaimana badannya yang terlihat gemuk, wajahnya yang terlihat lusuh, membuat rasa insecure nya semakin tinggi.

Akhir-akhir ini napsu makannya memang meningkat dan pembawaan dirinya yang malas bergerak dan malas beraktivitas. Membuat ia semakin gemuk dan wajahnya menjadi sedikit lusuh karena tidak terawat.

Entah kenapa, pikirannya sangat bercabang. Ada banyak rasa takut yang ia pendam sendiri.

Semenjak kejadian Jeno sakit waktu itu, setelah di check ternyata jaemin benar-benar hamil anak ke tiga mereka. Dari awal jaemin memang sedikit ragu untuk hamil, mengingat usia Junwoo yang masih balita, dan Juna yang masih butuh perhatian juga. tetapi karena mendengar saran bundanya, jaemin siap untuk hamil lagi. Apalagi saat itu dia menimbang usia Jeno, akan lebih baik memang mereka punya anak lagi saat ini.

Namun, setelah kembali dari honeymoon. Jaemin merasa Semuanya salah, dia memikirkan bagaimana repot nya ia nanti. Jeno pasti akan sibuk di kantor, Juna sekarang juga sibuk sekolah dan kelas privat dan akhir-akhir ini junwoo juga sangat manja, seolah dia belum siap berbagi kasih sayang dengan adiknya nanti. Belum lahiran saja dia sudah pusing, ditambah dengan Jeno yang mengidam dan sangat manja sekali.

Dulu ketika junwoo lahir, jaemin masih bisa sesekali meminta bantuan Juna untuk menjaga sang adik, namun sekarang anak sulungnya itu sudah sibuk dengan kegiatan akademisnya. Jika meminta bantuan pada bunda atau bubu, jujur jaemin tidak enak selalu merepotkan mereka. Memakai jasa baby sitter juga bukan solusi bagi jaemin, karena menurutnya anak-anak akan lebih baik dekat dengan orang tuanya ketimbang orang lain. Apalagi dengan banyak kasus diluar sana, anak yang dianiaya oleh baby sitter mereka, jaemin tak ingin itu terjadi pada anak-anaknya.

Tentu ada hal lain juga yang jaemin pikirkan dengan kondisi tubuhnya, badannya yang mulai gemuk dan kondisi tubuhnya yang sudah tak seindah dulu. Dia takut sang suami bosan dengannya, mengingat bagaimana penampilannya sekarang. Bagaimanapun suaminya pasti sering bertemu dengan orang-orang cantik,rapi dan langsing diluar sana. Entahlah, dia benar-benar merasa insecure di kehamilannya saat ini.

Kandungan jaemin saat ini sudah sembilan bulan, tidak lama lagi anaknya akan lahir. Ada sedikit rasa bahagia tentu yang jaemin rasakan, karena anaknya yang ia kandung ini berjenis kelamin perempuan. Hal itu membuat seluruh keluarganya sangat bahagia dan sangat menantikan kehadiran anaknya. Dan tentu ini juga salah satu keinginan jaemin, dia ingin punya anak yang bisa ia dandani dan ajak shopping nantinya. Jaemin berharap, semoga pikiran buruk yang ia pikirkan saat ini hanya rasa takutnya saja dan tidak akan kejadian nantinya.

Terlalu sibuk melamun, jaemin tidak sadar dengan kehadiran Jeno yang tengah memeluknya saat ini.

" Kenapa melamun, sayang." Ucap Jeno sambil mengecup pipi jaemin.

" Ga papa mas."

" Udah ga sabar ketemu princess kita ya."

" Hmm." Jawab jaemin dengan senyum seadanya

" Kamu kenapa, mas lihat selama hamil wajahnya ga semangat gitu."

" Ga papa mas, mas kan tau orang hamil mood nya gimana."

" Kamu serius, ga lagi sembunyiin sesuatu kan."

" Enggak mas."

" Kalau ada apa-apa, ngomong ke mas sayang. Jangan di simpan sendiri."

" Iya mas, anak-anak mana." Tanya jaemin untuk mengalihkan pembicaraan.

" Lagi liatin ayah sama Daddy, mereka lagi pasang ranjang buat princess kita."

" Bubu sama bunda." Jaemin mendongak menatap jeno

" Ada di depan, ada haechan sama Abang Mark juga. Mereka baru datang. Ayo kita keluar, sekalian makan siang."

Jeno menggandeng jaemin keluar dari kamar dan menyusul keluarga mereka yang sedang berkumpul di ruang tengah.

Hari ini memang keluarga Jung dan Nakamoto sedang berkumpul di rumah Jeno, berhubung weekend dan jaemin yang sebentar lagi juga akan melahirkan. Mereka datang membantu mempersiapkan barang-barang yang di perlukan dan melengkapi perlengkapan yang belum ada untuk anak perempuan jaemin nanti.

Saat jaemin muncul, seperti biasa Clara anak Mark dan haechan akan menghampirinya dan bermanja kepada jaemin. Clara memang sangat manja kepada jaemin, karena sifat keibuan jaemin dan sifatnya yang lembut membuat Clara nyaman bersama jaemin, ketimbang bersama mommy nya yang sangat cerewet dan pemarah.

" Bunaaa." Teriak Clara dan memeluk kaki jaemin.

" Biarin Buna nya duduk dulu ya nak, kasian Buna kan lagi bawa adik bayi di perutnya." Ucap Jeno lembut kepada Clara.

" Oke ayah."

Begitu jaemin duduk di kursi, benar saja Clara langsung memeluk jaemin.

" Ih perutnya lucu, gerak-gerak juga."

" Iya, adik bayinya seneng di peluk sama kakak cantik kaya Clara." Balas jaemin

" Clara ga mau punya adik juga." Tanya winwin

" Mau, omaa."

" Minta sama Daddy kamu." Balas Taeyong

" Daddy, Lala mau adik."

" Tanya mommy aja." Lempar Mark lagi

" Mommy ."

" Apa, ga ada. Ngurus kamu doang aja mommy udah pusing. Daddy kamu mah mana tau susahnya ngurus kamu." Belum sempat Clara bicara sudah di potong oleh haechan

Clara langsung manyun dan menampilkan wajah sedihnya.

" Mommy jahat, Lala mau jadi anak Buna saja."

" Buna, kalau punya anak nakal kaya kamu juga bakal pusing kaya mommy."

" Junwoo juga nakal, tapi dia punya adik."

" Lebih nakal kamu, liat tuh sekarang. Udah tau Buna itu kesusahan malah kamu tempelin. Sini duduk sama mommy aja."

Mark dan Taeyong yang sudah biasa dengan pemandangan ini hanya tertawa. Berbeda dengan winwin, dia sedikit kaget melihat sifat haechan.

Tapi berbeda dari semuanya, jaemin. Lagi-lagi ia kembali merasa takut, apalagi mendengar ucapan haechan barusan. Clara yang sudah lumayan besar saja, haechan tidak berani mengambil resiko untuk punya anak lagi, bagaimana dengan jaemin nantinya.

" Nana kamu kenapa, kok wajahnya lesu dan pucat." Ucap Taeyong yang sadar dengan tingkah jaemin.

" Ga papa Bu."

" Kamu kepikiran soal lahiran nanti ya, ga usah takut. Kan kata dokter kamu dan bayi kamu ga ada masalah. Lihat waktu lahiran junwoo, kamu bisa kan. Jadi jangan di bawa pikiran ya, semua bakal baik-baik aja."

" Iya Bu, Nana paham kok."

" Bagus kalau gitu, yaudah sekarang kita makan siang aja yuk. Mark tolong panggilan Daddy kamu dan ayah yuta. Sekalian bawa junwoo sama Juna juga."

" Baik Bu."

Sebelum pergi, Mark mengajak Clara untuk ikut, namun bocah itu menolak.

" Clara ayo ikut Daddy."

" Tidak mau, nanti ketemu Juju nakal."

Semua hanya tertawa, Clara dan junwoo memang seperti anjing dan kucing. Karena junwoo selalu tidak suka dengan sifat manja Clara kepada Buna,ayah dan abangnya. Hal itu membuat mereka sering bertengkar.

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang