Bab 2

12.1K 669 8
                                    

Pagi ini lagi-lagi Juna di antar oleh Jeno.

" Juna, nanti ayah yang jemput kamu. Jangan kemana-mana sebelum ayah atau asisten ayah yang jemput kamu". Tegas Jeno

" Oke ayah".

Selama perjalanan seperti biasa Jeno dan Juna hanya berbicara seperlunya saja. Memang, hari ini Taeyong meminta Jeno menjemput Juna karena ia ada urusan bersama haechan.

*Dirumah sakit

" Na, mending kamu cari kopi dulu deh atau tidur bentar. Kamu kecapek an banget itu ". Saran jay yang kasihan melihat Nana yang belum istirahat dari semalam, karena banyaknya pasien Nana yang operasi Caesar hingga pagi ini. Belum sempat istirahat, malah pihak rumah sakit mengadakan meeting dipagi harinya.

" Ga usah jay, aku nyari kopi sama sarapan aja dulu. Kalau aku tidur sekarang yang ada ntar pas bangun kepala aku jadi sakit ". Balas Nana

Tepat pukul 10:00
Nana ikut meeting dengan pihak rumah sakit. Meeting kali ini memang tentang pergantian pengurus baru untuk rumah sakit. Dan jaemin di percaya untuk menjadi kepala ruangan. Karena, kinerja jaemin yang tidak perlu diragukan lagi dan sifat ramah Jaemin, yang membuat orang-orang kagum dan percaya kepada Jaemin.

" Wah selamat ya na, aku udah yakin kalau kamu yang bakal jadi kepala ruangan kita". Ucap renjun sahabat Nana semenjak kuliah.

" Terima kasih Injun, tolong kamu juga bantu-bantu aku ya. Gimanapun aku ga bisa sendirian ". Balas Nana

" Oh tanang saja, tapi itu ga gratis ya. Aku mau kamu traktir ".

" Dasar, kamu mau apa?".

" Murah kok, kamu beliin aku ranjang buat bayi aku ".

" Itu namanya kamu malak aku ".

" Hahahaha, ga usah begitu kamu. Kaya orang miskin aja, aku tau ya, kamu jadi dokter cuma gabut. Aslinya mah duit ortu kamu bisa bikinin kamu 10 rumah sakit lebih bagus dari ini".

Jaemin hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya ini. Memang semenjak kuliah, jaemin cuma dekat dengan renjun. Dan dirumah sakit inipun, juga cuma renjun yang tau tentang keluarga jaemin.
Dari kecil memang jaemin tidak mau memperlihatkan kekayaannya. Dia tidak suka orang berteman dengannya karena uang.

Setelah selesai meeting, jaemin bergegas untuk pulang. Namun saat di perjalanan ternyata jalanan cukup macet, Ini membuat jaemin semakin pusing. Di tengah kemacetan, jaemin tidak sengaja melihat bocah yang ia kenal tengah berdiri di gerbang sekolah ditemani satpam. Nampaknya anak itu tengah kesal dan sudah lelah.

Karena posisi mobil jaemin dekat dengan gerbang sekolah itu, jaemin membelokan setir nya ke arah sekolah itu.

Saat mobil jaemin berhenti di depan si anak, bocah itu langsung memandang mobil jaemin dengan penuh harap. Sepertinya Juna memang tengah menunggu jemputan. Jaemin pun turun dari mobilnya.

" Halo Juna ", sapa jaemin dengan senyum indahnya.

" Halo dokter ", balas Juna

" Lagi nunggu jemputan, ya? ".

" Iya, dokter ".

" Maaf mas, Juna sudah 1 jam menunggu jemputan dan sampai sekarang ayahnya belum datang. Tadi saya sudah hubungi nomor ayahnya. tapi, tidak di angkat". Saut satpam sekolah Juna

" Ya sudah, Juna mau dokter anter pulang aja ga? Nanti, biar dokter yang hubungi bubu".

Juna yang sudah lelah pun mengangguk dan memilih ikut dengan jaemin ketimbang menunggu ayahnya yang tidak ada kabar.

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang