Bab 30

6.6K 340 3
                                    

Saat Jeno memasuki apartemen nya, ia di kagetkan dengan suara tangisan Juna.

" Juna kenapa mbak."

" Nyonya na pergi pak, itu yang bikin Juna nangis. Waktu saya sampai disini, nyonya na pergi bawa koper pak. Tapi waktu saya tanya dia ga bilang mau kemana. saya sudah mencoba telpon nyonya ga di angkat-angkat telpon saya pak."

"Yasudah, mbak lanjut kerja saja. Biar Juna saya yang urus."

Jeno menggendong Juna ke kamar untuk memastikan barang-barang jaemin memang di bawa semua atau tidak. Namun Juna memberontak ketika Jeno gendong.

" Tidak mau, ayah jahat." Ucap Juna tersedu-sedu.

" Juna jangan seperti ini, kamu bikin ayah tambah pusing."

" Buna pergi pasti gara-gara ayah. Hiks hiks."

" Juna, tolong berhenti menangis."

" Ayah jahat, ayah udah bikin Buna sering menangis sambil elus-elus adik bayi. Gara-gara ayah tidak mau makan dirumah, Buna juga jarang makan. Buna cuma minum susu saja setiap hari. Kenapa ayah seperti itu kepada Buna, ayah marah-marah saja sama Juna kaya dulu tapi ayah jangan marah-marah sama Buna."

Hati Jeno sakit mendengar makian anaknya. Sejahat itukah dia, sebegitu besar kah efek dari tingkahnya kepada istrinya. Jeno benar-benar merasa bersalah. Dia harus menyusul jaemin, istrinya itu pasti pulang kerumah orang tuanya.

" Juna ayah minta maaf kalau ayah jahat sama Buna, Juna berhenti ya menangisnya. Kita susul Buna ke rumah Oma dan opa ya. Buna pasti ada disana."

Jeno membawa Juna untuk pergi kerumah mertuanya, dalam hatinya Jeno sangat ketakutan dan merasa bersalah. Apa yang akan yuta lakukan padanya saat mereka sampai dirumah jaemin nanti.

Begitu sampai di kediaman yuta, winwin membuka pintu dan mengajak Jeno dan Juna untuk masuk.

Nampak yuta dengan wajah dinginnya menatap Jeno dan sepertinya memang menunggu kedatangan Jeno.

" Duduk kamu, Bun minta maid temani Juna bermain di belakang."

Juna pun di ajak maid untuk main bersama anjing peliharaan yuta di belakang rumah.

" Mau ngapain kamu kesini." Ucap yuta dengan nada bicaranya yang dingin.

" Jeno mau jemput Nana dan minta maaf sama Nana yah."

" Kamu tau apa kesalahan kamu."

" Tau yah."

" Sekarang tolong jelaskan, kenapa kamu sampai berbuat seperti itu pada anak saya."

Jenopun menceritakan dengan detail apa yang menjadi awal dari permasalahannya dengan Nana.

" Kamu sadar sama sikap kamu, kamu tau kalau dia menikah dengan kamu waktu itu kan dia memang belum cinta sama kamu. Jadi kenapa kamu harus tersinggung dengan hal seperti itu jen. Lagian omongan yang kamu anggap merendahkan kamu itu bukan keluar dari mulut anak saya, melainkan dari mulut renjun. Kenapa kamu malah marah ke anak saya. Harusnya kamu sadar dengan semua pengorbanan yang sudah anak saya lakukan, dari hal itu harusnya kamu tidak ragu lagi dengan perasaanya."

" Iya yah Jeno paham, Jeno tau Jeno salah
Jeno sengaja mendiamkan Nana agar Jeno tidak menyakiti Nana. Jeno takut lepas kendali dan berakhir menyakiti Nana yah. Tapi ternyata dengan diamnya Jeno sama saja melukai perasaan Nana."

" Kalau bukan karena istri saya sudah melarang saya, sudah saya pastikan wajah kamu itu bonyok jen. Dari kecil anak saya itu tidak pernah di bentak sama siapapun. Baru kali ini ada yang membentak dia dan itu adalah suaminya sendiri. Jeno, dalam rumah tangga itu yang paling utama komunikasi bukan malah hindar-menghindar."

Mr. widower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang