Fakta Putri Mahkota

1.7K 165 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Victoria kembali menikmati cokelat yang dihidangkan di aula pesta. Salah satu hal terbaik selain bantal kasur istana yang sangat empuk, cokelat yang dihidangkan pun rasanya sangat lezat. Apa boleh ia bertanya pada Kaisar dari mana beliau mendapatkan cokelat ini.
Tentu saja tidak, itu ide buruk, sangat buruk.

Gadis itu memandangi seluruh aula pesta. Matanya menelisik satu persatu bangsawan yang hadir. Tak ada satupun dari mereka yang Victoria kenal. Buruk sekali. Bisa-bisa ia tidak bisa masuk ke pergaulan kelas atas. Terserah lah, lagi pula Victoria tidak terlalu peduli dengan hal-hal semacam itu. Setelah ia melakukan debutante, baru akan ia pikirkan kembali.

Victoria masih mengamati wajah para bangsawan, ia kemudian tersenyum melihat Sidern yang baru saja memasuki aula bersama pasukan kesatrianya.

Melihat Adiknya berdiri sendirian di sudut aula bersama dengan hidangan yang tersedia, Sidern memutuskan untuk menghampiri.


"Cokelatnya enak. Percaya padaku," ucap Sidern sambil mengambil sebutir cokelat yang masih tersisa banyak di atas piring lalu menyuapkannya ke dalam mulut sang adik.


Victoria tentu menerima dengan riang,
"Sangat sangat enak. Kak boleh Aku bertanya?"


Sidern merendahkan tubuhnya setelah melihat sang Adik melambai agar ia mendekat,
"Boleh tidak Aku curi semua cokelat ini dan bawa ke Duchy Nevius?" Bisik Victoria dengan wajah serius.


Sidern tertawa kecil. Ia menutup mulutnya dengan punggung tangan, menahan agar tawanya tak keluar lebih banyak. Jika dilihat sekarang ini, Victoria tidak ada bedanya dengan seorang anak kecil berusia tujuh tahun yang sedang meminta dibelikan sesuatu oleh orang tuanya. Tentu saja, biar bagaimana pun Victoria akan tetap menjadi Adik kecil yang cerewet di mata Sidern.


"Aku akan berbicara pada Yang Mulia Kaisar nanti."


Victoria lantas tersenyum lebar. Ia merasa sangat senang mendengar hal itu. Tak lama kemudian Sidern pamit pergi, ia harus menyapa kepada Marc Buzerr. Ketua Kesatria yang sebelumnya melatih ia dan pasukannya saat akan dikirim ke perbatasan. Victoria mengangguk, membiarkan Kakaknya pergi untuk menyapa.

Bertepatan dengan itu, Pasukan Kesatria Malam memasuki aula. Tentu saja yang berjalan paling depan dengan sikap angkuh itu adalah ketua nya. Victoria menatap lamat, siapa sangka Sevaro juga tak sengaja melihat ke arah gadis itu. Dengan cepat ia segera mengalihkan pandangan membuat Victoria hanya bisa mengangkat satu alisnya tak percaya.

Oh, lihatlah lelaki itu sekarang. Berlagak seakan mereka tidak pernah saling mengenal, padahal baru saja tadi padi Sevaro membuat rambutnya berantakan bagai gumpalan benang kusut.

Sudahlah, tidak penting juga memikirkan laki-laki itu. Tidak ada gunanya. Lebih baik ia kembali menikmati cokelat istana.


"Keluarga Kaisar memasuki aula."


Duchess EllworthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang