Desakan bagi Ellworth

1K 133 114
                                    


"Yang Mulia, silahkan bersiap. Sebentar lagi waktunya makan malam."


Sevaro tak mengindahkan ucapan sang Ajudan barusan. Ia memilih untuk tetap berbaring di hamparan rumput yang berada di hutan tak jauh dari mansion nya. Tempat biasa bagi Sevaro untuk menjernihkan pikiran.

Lelaki itu memandang langit yang mulai menggelap. Ia baru saja mengetahui sebuah fakta yang serasa meruntuhkan hidupnya. Sevaro bukanlah tipe orang yang akan berhutang pada orang lain terlebih hutang tersebut adalah hutang budi. Tetapi pagi tadi ia tak sengaja menemukan dokumen milik sang Ayah saat sedang mencari tahu lebih dalam soal perjanjian sihir.

Sevaro tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Keluarga Ellworth telah berhutang sebanyak sepuluh juta gold kepada Marquess Marwen. Ditambah lagi sebelum ia naik posisi menggantikan sang Ayah satu tahun lalu, Marquess setiap bulannya selalu mengirimkan bahan pangan dan persenjataan. Hal tersebut menjadi bantuan yang sangat besar dalam kebangkitan Keluarga Ellworth.

Tidak heran jika Marquess Marwen berniat merampas seluruh hartanya. Bahkan hutang yang ditimbulkan oleh Ayahnya memang bernilai hampir seluruh harta yang telah ia kumpulkan selama ini. Sebenarnya uang sebanyak itu dihabiskan untuk apa?



Ini buruk. Sangat buruk.



"Yang Mulia, apa Anda ingin mengetahui sesuatu?"


Sevaro menatap James yang ikut berbaring di sebelahnya. Lelaki itu tersenyum tipis. Ia jadi teringat masa-masa saat mereka masih kecil. Mereka telah menjadi teman sekaligus rekan kerja dalam waktu yang cukup lama.


"Apa?"


James berdehem singkat,
"Saya pergi ke Ibukota siang tadi dan mendengar sebuah rumor yang sedang ramai diperbincangkan oleh orang-orang."


"Kau tau Aku tidak suka kan?"


"Kali ini Anda harus mendengarnya. Ini menyangkut diri Anda sendiri!"


Sevaro mendengus,
"Kalau begitu katakan."


"Saat ini rakyat kekaisaran tengah dihebohkan dengan berita Anda.... yang disebut-sebut sebagai calon suami Lady Marwen."


Sevaro terdiam. Peristiwa saat ia meminta waktu pada Lady Marwen melintas di otaknya.



Helaan berat terdengar,
".... Saya.... Butuh waktu untuk memutuskannya. Mohon pengertian Anda, Lady."


Lady Marwen tersenyum tipis, gadis itu mengendikkan bahu,
"Yahhh, terserah Anda. Tapi tolong diingat, Saya tidak akan diam saja. Semakin banyak waktu yang Anda tunda, semakin banyak juga yang akan Saya lakukan."



Sevaro memijit pelipisnya. Saat itu ia tak benar-benar memperdulikan ancaman Lady Marwen. Siapa sangka gadis itu sungguh membuktikan kata-katanya.

Hanya lewat satu hari sejak pertemuan mereka, tetapi putri tunggal Marquess Marwen itu telah mampu membuat rumor menyebar luas di kekaisaran. Meski Sevaro ingin menyangkal, hal tersebut tidak akan terlalu menimbulkan dampak karena reputasi Lady Marwen jauh lebih tinggi di atasnya.

Namun, jauh dari semua itu. Satu hal yang mengganjal dalam pikiran Sevaro. Victoria.
Ia hanya ingin sang Putri Bungsu Duke Neville tidak mendengar rumor palsu itu, walau nyatanya tidak mungkin. Cepat atau lambat gadis itu pasti akan mendengarnya. Sevaro hanya berharap... Victoria tidak salah paham.

Tunggu. Memangnya itu penting?
Haha... Menyedihkan. Nampaknya Sevaro kelewat percaya diri. Siapa juga yang akan salah paham. Apa Victoria akan memikirkannya? Dengan siapa ia bertunangan ataupun menikah, bisa jadi gadis itu tidak peduli.

Duchess EllworthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang