Undangan Rahasia

1.5K 154 32
                                    

"Aw..."


Victoria meringis, kepalanya sakit sekali. Ketika ia mencoba membuka mata, pandangannya kabur. Gadis itu memutuskan untuk memejamkan kembali matanya sejenak.

Sudah lama sejak ia tumbang karena kelelahan seperti hari ini. Terakhir ia jatuh sakit sekitar dua tahun lalu. Itu pun karena memaksakan diri seharian meneliti penawar racun tanah Fork. Tanah perusak tanaman, dan yaah.. sepertinya hari ini terjadi lagi. Ia terlalu lelah mengurusi masalah keluarga istana yang ternyata lebih kompleks dari pada sekedar melakukan penelitian racun.


Haaah...


Victoria kembali membuka matanya. Perlahan-lahan pandangannya mulai jelas. Ia melirik ke arah jendela yang menampilkan langit berwarna hitam dengan banyak bintang-bintang bersinar terang.


Wah, sudah malam saja.


"Berapa lama Aku tertidur?"


"Hampir setengah hari."


HUH?
SIAPA ITU?!

Victoria dengan cepat bangkit, memperhatikan keadaan kamarnya. Meski setelah itu ia menyesal karena rasa sakit kembali menyerang kepalanya yang bergerak secara tiba-tiba.


"Hei! Apa yang Kau lakukan? Jangan bergerak sembarangan seperti itu," Victoria yang masih memegang kepalanya merasakan suara itu semakin lama semakin mendekat padanya. "Tidurlah lagi."


Putri Duke Neville mengangkat kepala. Ia melihat sosok laki-laki yang sangat akrab berdiri tepat di hadapannya.


"Sev–Grand Duke?" Victoria berjengit, "Sedang apa Kau disini?"


Sevaro tidak menjawab, lelaki itu lebih memilih untuk diam. Ia menarik kursi yang berada tak jauh lalu menempatkannya di samping kasur. Sevaro duduk di sana. Membuat Victoria mau tak mau menjatuhkan rahangnya.


Apasih yang lelaki ini lakukan?


Victoria memandang sinis. Pikirannya berkecamuk. Sibuk memikirkan alasan Sevaro berada di kamarnya. Jangan bilang lelaki jahat itu mengkhawatirkannya? Hoho, itu jelas tidak mungkin. Lalu apa yaa? Kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam—ah... Ia ingat sekarang.


"Oh, Maaf Aku lupa. Aku akan mengobati mu, tunggu sebentar," meski dengan kepala yang masih berdenyut, Victoria memaksakan dirinya untuk meraih laci meja, tempat ia menyimpan obat memar milik Sevaro.



Grep.



Eh?

Victoria mengerutkan kening. Tangan besar Sevaro menahan tangannya yang hendak menggapai laci meja.


"Apa yang—"


"Tidak hari ini. Tidurlah kembali kucing liar."


Victoria mengerutkan kening. Bukankah tujuan lelaki itu datang adalah untuk meminta pengobatan. Lantas, mengapa pergerakannya dihentikan.


"Grand Duke, obatnya di dalam sin—"


"Sudah kubilang tidur."


"Tapi Aku baru saja bangun! Aku sudah tidur sehari—ukhh..."


Victoria merasakan ada yang menarik tubuhnya untuk kembali berbaring di kasur. Belum sempat gadis itu memberontak, tiba-tiba matanya menggelap. Seakan ada sesuatu yang menutupinya.

Sevaro memperhatikan dalam diam. Jarinya bergerak gesit mengendalikan bayangan-bayangan yang ia buat. Membantu meletakkan kepala Victoria dengan perlahan dan lembut, menarik selimut untuk memastikan tubuh gadis itu tetap hangat. Termasuk bayangan tangan yang menutupi mata Putri Duke Neville agar ia kembali tertidur. Sedangkan bayangan yang lain menahan tubuh Victoria agar tidak bergerak sembarangan. Pijatan-pijatan kecil dan halus kian terasa, memberikan perasaan rileks dan nyaman pada gadis itu.


Duchess EllworthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang