Undangan

1.3K 150 10
                                    

Mereka berlima berpisah di depan pintu restoran setelah makan siang selesai. Faye memutuskan untuk pulang dan beristirahat, Ice dan Marissa tentu saja pergi menghabiskan waktu untuk berkencan, sedangkan Kun dan Folk pergi ke tempat pembangunan kapal.

Faye sudah tiba di depan rumahnya setelah berjalan kurang lebih 15 menit dari restoran. Dia sengaja membangun rumah yang agak jauh dari pusat kota agar dia bisa terhindar dari kebisingan aktivitas masyarakat. Rumah ukuran 5x10 meter itu cukup besar untuk ditinggali sendirian.

Faye membuka kunci pintu depan dan melangkah masuk ke dalam. Ini adalah kali pertama dia pulang setelah 5 bulan berlayar kesana-kemari tanpa henti. Dia membuka semua gorden yang menutupi jendela dan membiarkan cahaya matahari menyeruak masuk ke dalam. Dia sesekali terbatuk-batuk karena debu yang bertebaran di udara.

"CK! Rumah ini kotor sekali," gerutunya kesal.

Dia ingin segera bersih-bersih namun rasa lelah menuntunnya masuk ke dalam kamar lalu merebahkan diri. Tanpa berganti baju, masih dengan sepatu melekat di kakinya, Faye tenggelam dalam dunia mimpi.

Ice and Marissa's side

"Apa kau tidak lelah? Bagaimana kalau kita juga pulang saja?" tanya Marissa sambil menggandeng lengan Ice erat.

"Aku tidak lelah, kok. Aku mau menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersama mu selagi berada di sini," jawab Ice sambil tersenyum.

"Jangan memaksakan diri, sayang. Nanti kau sakit,"

"Sakit? Kenapa aku harus takut sakit jika pacarku adalah seorang dokter?" ucap Ice lalu mencolek hidung Marissa.

"Kau gila!" Marissa memukul lengan Ice malu-malu.

Begitulah Ice, meskipun dia sangat sangar saat berada di atas kapal namun begitu Marissa ada di dekatnya, dia akan berubah menjadi sosok yang jahil dan sangat suka menggoda sang kekasih.

"Bagaimana kabar Becky?" tanya Ice saat mereka menunggu antrean untuk membeli es krim.

"Becky? Kemarin saat aku menyampaikan padanya bahwa hari ini kalian akan tiba di sini, dia merengek untuk ikut menjemput,"

"Hmm? Lalu?"

"Tentu saja tidak bisa. Siapa yang akan berjaga di istana jika kami berdua pergi?"

"Ah benar juga. Memangnya belum ada tambahan dokter baru di istana, ya?"

"Hmm... belum ada. Kau tau kan bagaimana pemilihnya Sang Ratu,"

Pembicaraan mereka terpaksa berhenti sesaat saat giliran mereka tiba. Ice memesan es krim vanilla untuk Marissa dan es krim strawberry untuk dirinya sendiri.

"Terimakasih," ucap mereka berdua setelah menerima es krim dari si penjual.

"Sampai mana kita tadi?" tanya Marissa.

"Sampai... Ratu yang sangat pemilih,"

"Ah benar!"

"Ratu menyaring ketat siapa saja yang bisa masuk ke dalam istana. Harus punya sertifikasi lah, harus punya pengalaman kerja di atas 5 tahun lah, bahkan aroma parfum juga jadi syarat lho," ucap Marissa jengkel.

"Wangi parfum?" tanya Ice sambil membersihkan sudut bibir Marissa yang berlepotan es krim.

"Ya! Wanginya tidak boleh terlalu menyengat karena Tuan Putri- ah!"

Marissa tersentak dan tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Tuan Putri?" tanya Ice penasaran.

"Siapa nama gadis yang kalian selamatkan dari kapal bajak laut?"

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang