Tanggung jawab

1.5K 175 8
                                        

Faye's POV

Bagaimana ini? Aku sangat gugup. Sial! Aku tidak pernah berpikir bahwa suara derap langkah kuda bisa membuat ku segugup ini.

"Hiya!" 

"Awas! Menyingkir dari jalan!" suara kusir beberapa kali terdengar, menyuruh orang-orang yang menghalangi jalan untuk menepi. 

Hhh... kenapa tangan ku tidak bisa berhenti gemetaran? Ayolah Faye! Kita hanya pergi untuk bertemu dengan Ratu, bukan bertemu dengan Tuhan. Apa yang membuat mu takut? Dia juga seorang manusia sama seperti mu. 

Tenang saja.... selama kau bersikap dengan sopan dan tidak mengucapkan sesuatu yang bisa menyinggung perasaan nya, maka kau akan baik-baik saja. Lagipula bukankah sang Ratu terkenal sangat baik hati? 

Jangan takut... jangan takut...

Tegakkan kepala, jangan tunjukkan kelemahan mu di hadapannya.

Tidak berapa lama kemudian, laju kereta mulai melambat hingga akhirnya berhenti sepenuhnya. Si kusir membukakan pintu untukku kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu ku turun. Tapi aku tidak terbiasa diperlakukan seperti itu jadi aku mengabaikannya dan melompat turun dari kereta.

Aku sangat bersyukur karena alih-alih mengenakan gaun yang merepotkan dan sangat membatasi gerakan, aku mengenakan suit yang membuatku bisa bergerak dengan leluasa. Terimakasih Marissa, aku akan membelikan mu hadiah nanti.

"Selamat datang, Nona Faye. Yang Mulia Ratu sudah menunggu anda di ruang makan," seorang pelayan menyambutku dengan ramah.

"Mari, ikuti saya," 

Aku pun mengikuti pelayan itu dari belakang. Wuahh... istana ini luas dan megah sekali. Sangat berbeda dengan-

"Ini adalah lukisan dari mendiang Raja sebelumnya," ucap si pelayan sambil menunjukkan sebuah lukisan yang tergantung di dinding.

Aku megalihkan pandangan ku ke arah lukisan itu dan mata ku langsung bertatapan dengan pandangan tajam dan penuh kharisma dari Sang Raja. 

Hghh... 

Kenapa... kenapa aku merasa mual? 

"Anda baik-baik saja, Nona?" khawatir si pelayan yang ku jawab dengan sebuah anggukan kepala.

Faye tenanglah! Itu hanya sebuah lukisan!

Akhirnya setelah berjalan di lorong yang terasa sangat panjang, kami tiba di depan sebuah pintu yang tingginya hampir mencapai langit-langit. Si pelayan meminta ku untuk menunggu sebentar kemudian masuk ke dalam.

"Yang Mulia, Nona Faye sudah tiba,"

Setelah si pelayan mengumumkan kedatangan ku, dia mempersilahkan ku untuk masuk. Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan nya keluar bersama dengan semua rasa gugup ku. Aku pun melangkah masuk.

Yang Mulia Ratu sudah menunggu ku di dalam. Namun aneh, ruangan ini sangat luas tapi di dalamnya hanya ada sebuah meja bundar dengan delapan kursi.

"Yang Mulia," ucapku memberi salam.

Aku menundukkan kepala ku sebelum menghampiri Yang Mulia Ratu.

"Nona Faye," ucap Ratu sambil mengulurkan tangannya kepada ku.

Aku segera berlutut dengan satu kaki dan mencium punggung tangannya. Aku tidak yakin kenapa Yang Mulia Ratu melakukan hal ini, karena seharusnya dia hanya mengulurkan tangannya seperti ini kepada orang yang di anggap sangat dekat dengannya.

"Silahkan duduk," ucap Ratu, mempersilahkan ku duduk di kursi yang berada tepat di hadapannya.

Aku pun menurut dan duduk. Setelahnya seorang pelayan dengan sigap menuangkan wine ke dalam gelas. 

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang