"Sebenarnya kita mau pergi ke mana?" keluh Becky, kakinya mulai terasa nyeri seteah berjalan selama sejam penuh tanpa istirahat.
"Kita akan tiba sebentar lagi, sayang. Bertahanlah, hmm?" ucap Freen seraya mengelus pungggung tangan Becky yang ada di dalam genggamannya.
"Apakah kalian masih belum mau memberitahu kami kemana tujuan kita?" tanya Marissa yang berada di barisan depan, berjalan berdampingan dengan Ice.
"Sabarlah, sayang. Kita hanya perlu berjalan beberapa menit lagi," jawab Ice berusaha menenangkan tunangannya itu.
"Para gadis ini sangat suka mengeluh. Aku bersyukur masih melajang hingga saat ini,"ucap Lux sambil merambah rerumputan untuk membuka jalan mereka.
Lingling terkekeh mendengar ucapan dari wanita bertubuh tegap itu. Dia teringat akan kebebasannya saat masih menjadi bagian dari pasukan rahasia kerajaan. Tidak dapat dipungkiri, saat itu dia bisa melakukan apapun dan kapanpun tanpa perlu mengkhawatirkan pendapat dari kekasihnya.
"Kenapa tertawa? Apakah kau setuju dengan perkataan Kak Lux barusan?" tanya Orm.
"Ti-tidak, sayang. Tentu saja aku tidak setuju," jawab Lingling tergagap.
"Hmm... aku kira kau juga lebih menyukai hidup melajang daripada bersama ku. Katakan saja, sebenarnya kau merasa capek harus menghadapi aku setiap hari, kan?"
"Tidak, mana mungkin aku merasa seperti itu. Aku mencintai mu, Orm. Dan di sisi mu adalah tempat yang paling membuat ku merasa nyaman,"
"Jangan bohong! Kemarin saja aku mendengar kau menghela napas berkali-kali saat ku mintai tolong!" Orm dengan kasar melepaskan tangan Lingling yang sedaritadi membantunya berjalan.
"Bukan begitu, sayang. Aku hanya-"
"Hanya apa?! Kau pasti merasa letih karena harus menemani ku bolak-balik ke kamar mandi, kau pasti kesal saat ku bangunkan di tengah malam hanya karena tidak bisa tidur atau karena mimpi buruk,"
Langkah mereka semua terhenti saat pertengkaran antara Lingling dan Orm mulai memanas. Faye, sebagai pemimpin dari perjalanan ini, akhirnya memutuskan agar mereka beristirahat terlebih dahulu.
"Sebaiknya kita berhenti sebentar untuk minum," ucap Faye menengahi pertengkaran itu.
"Iya, aku rasa kita perlu istirahat sebentar. Kita semua pasti sudah cukup lelah sekarang," ucap Yoko menimpali.
"Baiklah kalau begitu, kita berhenti di sini dulu," ucap Lux, memasukkan pedangnya kembali ke dalam sarung.
"Aku akan memasang api agar nyamuk tidak mendekat," ucap Ice setelah dia menghamparkan jaketnya di atas salah satu dahan pohon yang sudah tumbang, agar Marissa tidak perlu mengotori celananya.
"Biarkan aku membantu mu mengumpulkan kayu bakar, Kak," ucap Freen menawarkan bantuan.
Faye menatap kepergian dua orang itu hingga punggung mereka hilang di antara pepohonan yang rindang. Dia bersyukur karena Freen dan Ice bisa menjadi akrab, padahal dulu saat dia kabur dari Kerajaan Bajak Laut bersama Ice, wanita itu sangat membenci Puteri Mahkota mereka yang baru itu.
"Apakah kau haus?" tanya Yoko, menawarkan sebotol air kepada Faye yang masih melamun.
"Hmm... iya, terimakasih," Faye mengambil botol minum itu dan meneguk isinya hingga tersisa setengah.
"Ayo duduk di dekat Marissa,"
Yoko menggandeng lengan Faye dan menuntun Sang Kapten untuk duduk di dahan pohon yang berada tidak jauh dari tempat Marissa dan Becky duduk. Pertengkaran satu arah antara Lingling dan Orm masih berlangsung. Sang Kesatria itu terlihat sangat kewalahan menghadapi kekesalan Orm yang meluap-luap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanfictionOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!