Cacat

1.5K 153 40
                                    

WARNING!!!

KONTEN DI BAWAH MEMBAHAS TOPIK SENSITIF YANG MUNGKIN MEMBUAT PEMBACA TIDAK NYAMAN.
HARAP BACA DENGAN BIJAK.




"Apakah kau memang selalu begini?"

Kalimat yang keluar dari mulut Yoko berhasil menghentikan Faye yang hendak meraih gagang pintu. Sang Kapten berbalik perlahan untuk memandang gadis itu, ingin mendengar kalimat yang akan dia ucapkan berikutnya.

"Alih-alih menjelaskan padaku, kau lebih memilih untuk kabur,"

"Kenapa kau selalu begitu? Apakah aku pernah sekali saja menolak untuk mendengar mu?"

"Bukankah aku sudah bilang bahwa aku akan menerima mu apa adanya?"

"Apakah kau tidak mengerti arti dari ucapan ku itu? Apakah kau bahkan berusaha untuk memahaminya?"

Tiap kalimat yang keluar dari mulut Yoko berhasil memicu jantung Faye untuk berdetak lebih cepat. Tentu saja Faye merasa kesal dan marah tiap kali mendengar kritik atau hinaan yang tertuju padanya, namun entah kenapa kritikan dari Yoko saat ini menyakiti perasaannya lebih dalam.

Pantulan wajah Yoko yang memerah dan mata yang memandang tajam ke arahnya terpantul jelas dalam kedua lensa jernih Faye. Napasnya mulai terasa sesak, entah kenapa mata Yoko saat ini mengingatkannya pada kedua mata tajam ayahnya setiap kali Sang Kapten melakukan sesuatu yang mengecewakannya.

Faye menundukkan kepala untuk menghindari tatapan Yoko, sama seperti yang dia lakukan tiap kali terjebak dalam posisi seperti ini. Dalam diam Sang Kapten berusaha untuk mengatur perasaannya yang mulai kacau sambil memikirkan cara bagaimana dia bisa keluar dari situasi ini secepat mungkin.

"Jawab aku," ucap Yoko dingin.

"Tidakkah kau merasa perlu untuk menjelaskan nya padaku?"

Faye mundur beberapa langkah ketika Yoko mendekat ke arahnya. Dia merasa terancam dengan kehadiran gadis itu sekarang. 

"Faye, lihat aku," perintah Yoko, mengangkat dagu tunangannya itu untuk menatap matanya.

Begitu pandangan mereka betemu, Yoko langsung meyadari bahwa dia sudah melakukan kesalahan. Wajah Faye sangat pucat dengan bibir yang gemetaran. Wanita yang selalu tampak tangguh itu terlihat sedang sangat ketakutan saat ini.

"Tidak ada yang perlu ku jelaskan, kau sudah melihatnya sendiri," ucap Faye,menyembunyikan perasaannya dan berusaha untuk tidak takluk pada gadis dihadapannya.

Namun Yoko tidak puas dengan jawaban Sang Kapten. Dia maju beberapa langkah untuk lebih dekat dengan tunangannya itu. Dia tidak berencana untuk mundur kali ini, gadis itu ingin mengetahui semua hal tentang Faye tanpa terkecuali.

"Jadi kau selama ini berbohong tentang identitas mu?"

"Tidak! Aku tidak berbohong," Faye mencoba untuk membela diri namun suaranya mengecil di setiap kata.

"Aku perempuan,"

"Ta-tapi aku sudah pernah mengatakan padamu bahwa aku cacat, kan?"

Faye berusaha mengalihkan pandangannya dari Yoko namun Sang Tuan Puteri tidak membiarkan itu terjadi dan menahan wajahnya.

"Me-menurut mu kenapa ayahku sangat kecewa padaku?"

"Itu karena dia sangat bahagia saat aku terlahir dengan memiliki itu dan menyimpulkan bawa aku adalah laki-laki,"

"Dia puas karena akhirnya memiliki seorang putera untuk meneruskan takhta nya,"

"Namun saat aku bertumbuh dan semakin besar, kami akhirnya menemukan fakta bahwa aku sebenarnya perempuan yang..."

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang