Masa lalu sang Kapten (1)

1.4K 173 4
                                    

Yoko terdiam mendengar jawaban dari Faye. 

"Setelah mendengar asal-usul ku apakah kau masih mau melanjutkan pertunangan ini?"

Faye bertanya dengan lembut. Dia mengulurkan tangan untuk merapikan beberapa helai rambut Yoko yang menggantung di depan wajah kagetnya.

"K-kalau kau adalah anak dari Raja Bajak Laut, i-itu berarti kau mengenal siapa bajak laut yang menculik ku itu?" 

Faye menggeleng. Dia menjadi bimbang, apakah keputusannya untuk membongkar jati diri di hadapan Yoko adalah tindakan yang tepat. Lihatlah bagaimana gadis di hadapannya ini mulai gemetaran sekarang.

"Tentu saja aku tidak mengenalnya,"

"Aku pergi dari kerajaan itu saat berumur 15 tahun," ucap Faye yang diakhiri dengan sebuah helaan napas kasar. Dia kembali teringat akan kenangan buruk yang sudah menghantui dia seumur hidupnya.

"P-pergi?"

"Hmm..."

15 tahun yang lalu

Faye muda berjalan dengan lesu menuju ke ruang singgasana sang ayah. Dia menggigit bibirnya hingga ada bagian yang mengeluarkan darah. Gadis itu sudah bisa membayangkan betapa marahnya sang ayah padanya nanti. Dia bahkan bisa mendengar hinaan dan cacian dari Sang Raja bajak laut itu di dalam kepalanya.

"Puteri Mahkota," salam seorang pengawal bertubuh tegap saat melihat Faye berdiri diam di depan pintu masuk.

"Apakah anda mau saya mengabarkan kedatangan anda kepada Yang Mulia?" tanya pengawal itu saat melihat Faye masih terpaku di tempatnya.

Faye menggeleng. Dia mengambil napas dalam dan menghembuskannya dengan kasar, menyapu butiran keringat yang bersemayam di dahinya, kemudian memandang lurus ke depan. Dia harus memperbaiki posturnya, memastikan bahwa dirinya tidak terlihat menyedihkan di hadapan sang ayah.

Si pengawal menatap Faye dengan penuh simpati. Dia dan semua orang yang ada di dalam istana ini sudah mengetahui bagaimana buruknya perlakuan Sang Raja terhadap putri sulung nya ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemimpin kerajaan itu tidak menyukai, bahkan justru membenci Faye.

"Aku sudah siap, Paman," ucap Faye dengan yakin.

Melihat mata Faye yang menyala dan tubuh nya yang tegap, si pengawal pun membukakan pintu dan berkata:

"Yang Mulia Puteri Mahkota memasuki ruangan!"

Dengan langkah penuh kharisma, Faye memasuki ruang singgasana dengan kepala terangkat. Setibanya di hadapan sang ayah, dia segera berlutut dan memberi salam.

"Yang Mulia,"

Namun ditunggu punya tunggu, Faye tidak kunjung mendapat balasan atas salam nya. Dengan perasaan gugup dia kemudian mengangkat kepala nya sedikit, mencoba mengintip air muka pria paruh baya yang sedang duduk di kursi singgasana itu.

"Siapa yang mengizinkan mu mengangkat kepala?" ucap pria itu dengan dingin.

"M-maafkan saya, Yang Mulia," ucap Faye, merutuki tindakan sembrono nya dalam hati.

"Berbicaralah dengan jelas! Apa kau tidak sengaja telah menelan lidah mu?!"

"Maafkan saya, Yang Mulia!"

Pria itu menghela napas kecewa. Dia kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri seorang pelayan yang membawa nampan dengan segelas wine di atasnya. Dia kemudian menyesap isi gelas itu, membasahi bibirnya yang mengering.

"Jadi, bagaimana hasil pelayaran mu kali ini? Aku dengar kapal yang kau targetkan itu membawa 100 ton emas," 

Faye tertunduk, jantungnya yang sudah berdetak dengan kencang itu justru menambah kecepatannya menjadi dua kali lipat. Faye mulai merasa pusing dan mual.

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang