Ragu

1.5K 169 9
                                    

"Selamat pagi, Kapten,"

"Selamat pagi, Yoko," 

Di tengah hiruk pikuk kesibukan para anak buah kapal, Ice menyambut kedatangan Faye dan Yoko. Meskipun saat ini masih belum tengah hari, namun wajah wakil kapten kapal itu sudah terlihat sangat kelelahan.

"Pagi Ice," jawab wanita bertubuh jangkung dengan senyuman tipis memburat di bibirnya.

"Bagaimana persiapannya? Apakah ada kendala?"

"Seperti yang kau lihat, Kak. Semuanya berjalan dengan lancar untuk saat ini,"

Faye mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan melihat anak buahnya sedang sangat sibuk mengangkut dan menyusun peti-peti berisi barang yang akan menemani perjalanan mereka.

"Ekhem... Kak?"

Faye menoleh ke arah Ice yang sedang tersenyum, mengangkat satu alisnya, bertanya apa yang adiknya itu ingin katakan.

"Apa yang terjadi pada, Yoko?"

"Dia... terlihat agak kesulitan saat berjalan," bisik Ice pada sang Kapten.

Mereka berdua mengalihkan pandangan ke arah Yoko yang sedang melihat-lihat isi peti yang sudah tersusun rapi di salah satu sisi dek kapal. Benar kata Ice, gadis itu terlihat sedikit mengangkang saat berjalan, bahkan sesekali dahinya mengkerut ketika kakinya melangkah terlalu lebar.

"Kak... apakah kalian melakukan itu tadi malam?" tanya Ice, menekankan kata itu.

"A-apa maksudmu?" Faye membuang wajahnya dari Ice.

"Oh ayolah! Kita berdua sudah cukup dewasa untuk membahas hal seperti ini,"

"..."

Hati Ice semakin ingin menggoda wanita yang lebih tua darinya itu saat melihat bagaimana telinga Faye mulai memerah, menandakan bahwa dia sedang malu.

"Oke, kita ganti pertanyaannya,"

"Apakah kau ada di posisi atas atau bawah?" tanya Ice sambil menyikut tubuh Faye dengan sikutnya.

"Hentikan Ice..." lirih Faye.

"Hmm.... Kalau melihat keadaan Yoko, sebenarnya aku bisa menyimpulkan bahwa dia berada di posisi bawah,"

"..."

"Kerja bagus, Kak!"

"Apa kata orang kalau seorang Kapten Faye kalah dari seorang gadis saat berada di atas ranjang, kan?"

"Tapi, bagaimana bisa kau berada di atas padahal kau tidak pernah melakukan hal seperti itu sebelumya?"

"Kau kan sangat bodoh dalam hal-"

"Ice, apakah kau sangat senggang hingga punya waktu untuk membahas hal tidak penting seperti ini dengan ku? Apa aku harus memberikan mu pekerjaan lain?"

Faye menatap Ice dengan tajam, mengintimidasi wakilnya itu dan menghapus senyum jahil di wajahnya dalam sekejap.

"U-uh... tidak, tidak. Aku sudah sangat kewalahan dengan pekerjaan ku saat ini. Aku mungkin mati kelelahan jika kau menambahnya, Kak,"

"Kalau begitu kembali lah bekerja,"

"Siap, Kapten!" ucap Ice sambil memberi hormat, lalu segera kembali ke pekerjaannya.

Faye memandangi punggung wanita yang sudah dia anggap seperti adik kandung nya itu sambil menggeleng kepala. Ice selalu saja punya cara untuk menggodanya. Dia kembali teringat bagaimana dulu dia hampir menenggelamkan Ice ke laut karena kesal Ice mengikuti nya terus-menerus.

Tapi lamunan nostalgia Faye terhenti ketika dia mendengar salah satu anak buahnya sedikit berteriak.

"Yang Mulia! Anda tidak perlu membantu, biar kami saja," 

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang