Faye terbangun karena merasa kedinginan. Masih sambil memejamkan mata, dia mencoba untuk mundur sedikit ke belakang agar lebih dekat dengan Lingling yang berada di belakangnya. Jika jarak mereka diperkecil, mungkin saja akan terasa lebih hangat pikirnya.
"Jika mundur lebih dari itu, maka kau akan jatuh ke bawah,"
Sang Kapten kaget saat mendengar suara yang tidak asing berbicara kepadanya. Dia segera membuka mata dan menoleh ke arah datangnya suara. Betapa kagetnya dia saat menemukan bahwa dirinya sudah berada di dalam kamar dan sedang berbaring di atas tempat tidur. Pandangannya bertemu dengan Yoko yang sedang duduk di tepi ranjang dengan sebuah handuk putih kecil di dalam genggamannya.
"Aku meminta bantuan kepada beberapa awak kapal untuk memindahkan kalian ke dalam kamar," ucap Yoko untuk menjawab kebingungan yang terlukis di wajah Faye.
"Kalian berlima terlihat sangat kelelahan dan cuaca di luar juga memburuk. Aku tidak mungkin membiarkan kalian tidur di tengah badai,"
"Tidak usah tersenyum. Aku belum memaafkan mu,"
Faye yang awalnya merasa lega langsung kembali merasa bersalah. Dia sangat memahami betapa besar kesalahan yang sudah dia perbuat kepada tunangannya itu. Sangat wajar jika Yoko merasa kecewa dan marah kepada dirinya.
"Apakah kau bisa menggerakkan tangan mu?" tanya Yoko, membuyarkan lamunan Faye.
"Hmm? Ah, tentu,"
"Bisakah kau membasuh tubuh mu sendiri?"
Faye mengangguk kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil handuk kecil yang saat ini dipegang Yoko. Namun saat dia mencoba untuk mengambilnya, tanganya terasa lemas dan tidak bertenaga. Benda yang seharusnya ringan itu tidak mampu dia angkat.
"Sepertinya kau memang sangat lelah," ucap Yoko.
"Maafkan aku..."
Sang Tuan Puteri menghela napas, kemudian menyuruh Faye untuk bersandar di sandaran tempat tidur. Yoko melepas satu persatu kancing kemeja yang sedang Faye kenakan dan dengan telaten mengelap tubuh tunangannya itu.
Seluruh tubuh Faye merinding saat merasakan sentuhan lembut dari handuk yang sudah direndam di dalam air hangat itu. Dia melirik wajah Yoko yang sangat dekat dengan dirinya, mengamati setiap lekuk dari tubuh gadis yang dia cintai itu.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Yoko mengejutkannya.
"A-ah, maaf. Aku-"
"Kenapa kau sering sekali meminta maaf akhir-akhir ini. Tidak seperti dirimu saja,"
"..."
Keadaan hening untuk beberapa saat. Yoko kembali fokus mengelap tubuh Faye sedangkan Sang Kapten hanya berdiam di tempat tanpa berani mengucapkan apapun.
"Aku yakin kau punya alasan kuat untuk melakukan ini semua," ucap Yoko membuka keheningan.
"Aku yakin kau punya alasan untuk berpura-pura mati selama enam tahun dan meninggalkan ku sendirian menghadapi dunia yang asing ini,"
"Aneh kan kalau kau membiarkan tunangan mu berjuang sendirian melawan maut saat melahirkan anak mu sendiri tanpa ada alasan yang masuk akal?"
"Kau tentu punya alasan besar hingga tega membiarkan anak mu lahir dan tumbuh tanpa sekalipun merasakan hangatnya pelukan mu,"
"Enam tahun, Faye. Aku harus melangkahkan kaki ku seorang diri selama enam tahun,"
Air mata Yoko mulai berjatuhan dan membasahi sprei tempat tidur. Dia meremas handuk putih yang ada di dalam genggaman nya, berusaha untuk mengendalikan luapan emosi yang menyeruak di hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanfictionOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!