Ice, Marissa dan Becky menganga setelah mendengar cerita Faye tentang pertemuannya dengan Sang Ratu. Selama beberapa saat mereka bertiga terdiam mematung di tempat, masih sulit untuk mencerna semua informasi yang baru saja masuk ke dalam telinga mereka.
"A-aku pergi ambil minum dulu,"
Becky menjadi orang pertama yang membuka suara. Dia merasa harus membasahi tenggorokannya yang kering karena telalu lama membuka mulut sedari tadi.
"Boleh aku minta teh jasmine?" tanya Faye kepada Becky yang beranjak dari tempat duduknya.
"Boleh, Kak. Teh jasmine yang tidak terlalu pekat dengan dua sendok susu seperti biasa, kan?" tanya Becky yang menerima anggukan dari Faye.
Tak berapa lama kemudian, Becky kembali dengan sebuah nampan berisi empat cangkir di tangannya. Dia kemudian memberikan satu cangkir kepada setiap orang sebelum akhirnya mengambil miliknya sendiri dan meletakkan nampan di atas meja.
Faye segera menyesap teh nya yang masih panas itu, sementara Ice dan Marissa hanya memandang kosong ke dalam gelas yang berada dalam genggaman mereka.
"Kenapa kalian justru terlihat lebih tertekan daripada aku?" tanya Faye, mengerutkan alisnya.
"Aku hanya tinggal menolaknya lagi, kan?"
Ice mengangkat kepalanya dan menatap Faye dengan wajah tidak percaya.
"Tinggal menolaknya lagi? Masalah ini tidak semudah yang kau pikirkan, Kak. Kita sedang berbicara tentang Yang Mulia Ratu saat ini,"
"Kau hebat karena bisa keluar dari istana dalam keadaan hidup kali ini. Tapi siapa yang bisa menjamin lehermu tidak putus di pertemuan berikutnya?"
"Yang Mulia Ratu cukup bermurah hati padamu sekarang. Kau tidak hanya menolak permintaan darinya tapi kau juga menolak Yang Mulia Tuan Puteri. Coba kau pikir betapa beratnya kesalahan mu itu," dengus Ice kesal.
"Tapi aku tidak mencintai nya, Ice! Bagaimana aku bisa menikahi orang yang tidak ku cintai?"
"Mungkin saja cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Dengan menghabiskan waktu bersama, menapaki jalan yang sama, mungkin bibit cinta bisa muncul, kan?"
"Bagaimana kalau cinta itu tidak juga muncul meski sudah menghabiskan separuh waktu ku bersama dia? Apa yang bisa menjamin bahwa cinta itu pasti akan tumbuh di antara kami?"
Ice terdiam. Tentu saja dia menyadari tidak ada jaminan akan hal itu.
"Bagaimana kalau kalian menikah hanya untuk status saja? Dengan begitu Kakak masih bisa menjalin hubungan dengan orang yang benar-benar Kakak cintai nantinya," usul Ice lagi.
"Apa kata mu?"
Darah Ice mendesir hebat saat mendengar suara dalam Faye yang mengintimidasi. Dia kemudian menyadari bahwa dia telah salah mengatakan hal seperti itu kepada Faye.
"B-bukan begitu, Kak. A-aku-"
"Apakah di matamu aku orang brengsek seperti itu? Apa aku terlihat seperti bajingan tidak bertanggung jawab seperti itu?"
"K-kakak dengarkan aku dulu-"
"DIAM KAU!"
"Darah si brengsek itu mungkin mengalir dalam tubuhku tapi jangan sekali-kali kau berpikir bahwa aku mewarisi kedurjanaan nya juga," Faye menatap tajam ke arah Ice, urat-urat lehernya mencuat seolah-olah siap untuk meledak kapanpun.
"Maafkan aku, Kak..." ucap Ice lirih, menundukkan kepalanya tidak berani menatap Faye.
"Sia-sia saja aku datang ke sini untuk meminta saran dari kalian. Bukannya meringankan beban ku, aku justru harus mendengar omong kosong," ucap Faye lalu bangkit berdiri hendak meninggalkan tempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanficOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!