Setelah upacara pelepasan selesai, Faye memutuskan bahwa mereka akan langsung kembali ke Pulau Sand. Di sana mereka akan menyusun rencana untuk melepaskan Becky dari tawanan para bajak laut.
Namun, Kun menentang keras keputusan Sang Kapten dan beranggapan bahwa kembali ke Pulau Sand adalah tindakan yang sangat membuang-buang waktu. Kun berpendapat bahwa penyelamatan Becky harus dilaksanakan sesegera mungkin.
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Becky?" tanya Kun, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.
"Tidak akan terjadi apapun padanya," jawab Faye dengan wajah datar.
"Kenapa kau bisa berkata seyakin itu, Kapten? Dia diculik oleh para bajak laut sekarang! Kita semua tau betapa kejamnya Kerajaan Bajak Laut itu!"
"Aku bisa yakin karena aku juga berasal dari sana. Bukankah tadi kau mengatakan bahwa Freen yang memimpin pasukan yang menyerang kalian?"
Kun mengangguk pelan.
"Anak itu bahkan tidak sanggup membunuh seekor lalat, jadi dia tidak akan melakukan apapun yang akan membahayakan nyawa Becky,"
"Tapi-"
"Aku yakin dia juga melihat simbol ku yang tertulis di bagian depan kapal. Dia pasti paham bahwa dia akan berada dalam masalah besar jika dia melakukan sesuatu kepada bocah itu,"
"Lagipula bagaimana kita akan melawan mereka dengan dua kapal yang hampir hancur itu dan para anak buah yang sedang terluka? Yang ada kita akan tenggelam bahkan sebelum mendekati markas mereka,"
"Kita tidak boleh bertindak gegabah. Aku tidak mau kehilangan siapapun lagi,"
Tidak ada yang bisa menentang perkataan Sang Kapten yang terdengar sangat masuk akal itu. Yoko semakin paham kenapa tunangannya itu bisa menjadi Kapten yang hebat, Faye masih bisa berpikir dengan jernih dan bijaksana meskipun keadaan hatinya sedang kacau balau seperti sekarang ini.
"Kun, tetaplah di sini dan urus urusan perdagangan kita. Kapal nomor satu dan dua akan ku tinggalkan di sini bersama mu begitu juga dengan para anak buah yang terluka,"
"Sedangkan sisanya akan kembali ke Pulau Sand sekarang juga,"
Kun hanya bisa menerima perintah itu dalam diam. Dia tidak punya nyali untuk menentang perkataan dari Faye lagi.
"Folk, kau ambil alih Sea Phantom dan ikuti kami dari belakang,"
"Baik, Kapten," ucap Folk, lalu bergegas mempersiapkan kapalnya.
"Ayo, kita pergi,"
Dengan begitu, mereka pun kembali ke Pulau Sand bahkan sebelum kepulan asap hasil pembakaran kapal-kapal yang gugur menghilang sepenuhnya.
Setibanya di atas kapal, Faye segera pergi ke dalam kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meninggalkan kendali kapal sepenuhnya pada anak buahnya.
"Sebaiknya anda terus berada di sisi Kapten, Yang Mulia. Dia baru minum alkohol," ucap Lux menghampiri Yoko yang masih memandangi punggung Faye.
"Memangnya apa yang terjadi jika dia minum alkohol?" tanya Yoko bingung.
"Dia akan demam tinggi kalau minum alkohol terlalu banyak. Biasanya Ice yang mengurus Kapten saat sedang sakit, tapi sekarang..."
Lux menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Enggan rasanya untuk melanjutkan apa yang dia akan katakan barusan.
"Baiklah, aku mengerti. Terimakasih sudah memberitahu ku, Kak Lux," ucap Yoko sambil melempar senyum hangat.
"Ohh... senyumnya manis sekali- hah! Lux! Sadar! Kau tidak boleh jadi perusak hubungan orang!" panik Lux dalam hati.
Sebelum ke kamar, Yoko mengambil sebaskom air hangat dan selembar kain untuk mengelap tubuh Faye. Pasti saat ini tunangannya itu merasa sangat tidak nyaman karena air laut dan keringat yang kering di sekujur tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanfictionOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!