Dokter Kerajaan

1.2K 141 17
                                    

Tok... tok...

"Kak Faye, ini aku Ice. Kita akan tiba di Pulau Sand dalam 10 menit,"

Samar-samar Faye mendengar suara Ice dari balik pintu. Dia mengibas selimut yang menutupi wajahnya, tersentak dengan cahaya matahari yang menyapa wajahnya tiba-tiba. Butuh beberapa saat hingga akhirnya mata kecoklatannya itu terbiasa dengan sinar matahari yang menyilaukan.

"Kak Faye..." terdengar Ice memanggilnya sekali lagi.

"Ya Ice! Aku akan bersiap-siap!" 

Setelah berkata demikian, Faye membuka jendela kamarnya dan membiarkan udara dingin musim gugur masuk ke dalam. Kemudian Faye melirik ke sudut ruangan dekat pintu masuk. Dia tersenyum karena di atas meja sudah tersedia sebuah baskom berisi air.

"Terimakasih, Ice," gumamnya sambil berjalan ke arah meja itu.

Faye membasuh wajahnya, dinginnya sentuhan air membangunkan setiap sel yang ada dalam tubuhnya. Tidak ingin berlama-lama merasa kedinginan, Faye segera mengelap wajahnya dengan handuk yang sudah tergantung di samping cermin. Pasti Ice jugalah yang sudah menyediakan itu untuknya.

Setelah selesai berganti pakaian, Faye pun memutuskan untuk pergi ke ruang makan. Perutnya terasa kosong dan cacing-cacing yang tinggal di sana sedari tadi berdemo minta makan. 

"Selamat pagi, Kapten," sapa seorang anak buah kapal yang bertugas di dapur.

"Pagi. Apa kau punya sesuatu untuk dimakan? Aku sedikit lapar," ucap Faye kemudian duduk di salah satu kursi.

"Hmm... sebentar, biar aku tanyakan kepada chef, Kapten," ucap anak buah itu sebelum masuk ke dapur.

kruyukk... kruyuukk...

"Sepertinya kau sangat lapar,"

Faye terkejut dan segera melemparkan pandangannya ke arah datangnya suara. Di belakangnya, dia melihat kehadiran Yoko yang sudah berganti pakaian dengan pakaian milik Ice.

"Ah, tidak. Aku hanya sedang berkomunikasi dengan cacing-cacing dalam perutku. Jangan salah paham," ucap Faye sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Kau bisa berkomunikasi dengan cacing? Wuahh... hebat sekali!" ucap Yoko lalu duduk di kursi tepat di hadapan Faye.

"Hmm, yah begitulah," Faye sekali lagi mengalihkan pandangannya dari Yoko.

"Selain cacing, kau bisa berbicara dengan hewan apa lagi?" tanya Yoko penasaran, mendekatkan wajahnya ke arah si narasumber.

"Yah... aku bisa berbicara dengan burung merpati jika aku mau,"

"Kenapa aku jadi membual?" gerutu Faye dalam hati.

"Wuahh benarkah? Apa kau bisa berbicara dengan kelinci? Aku suka kelinci," ucap Yoko dengan sangat antusias.

"Aku akan mencobanya nanti, kalau kau memaksa," 

"Baiklah! Aku menantikannya,"

Pembicaraan mereka pun berakhir, mereka berdua diam tanpa ada yang bersedia membuka topik baru.

"Ada yang ingin ku katakan kepadamu," ucap Faye memecah keheningan yang sudah berlangsung selama beberapa saat.

"Ya?"

"Kemarin malam saat kau mengantarku ke kamar..."

"Hmm?"

"Aku belum mengucapkan terimakasih. Terimakasih karena sudah membantu ku kemarin,"

Faye memandang lekat kedua orbs Yoko yang jernih. Dia menyampaikan rasa terimakasihnya dari sudut hati yang terdalam. Namun dia justru dikagetkan dengan air mata yang mulai mengalir dengan deras dari sudut mata gadis itu.

Black AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang