Yoko terbangun dan menemukan dirinya sedang berbaring di dalam kamar. Ingatan terakhir sebelum dia pingsan seketika muncul di dalam kepalanya dan membuat gadis itu langsung melompat turun dari tempat tidur.
Betapa terkejutnya Sang Tuan Puteri saat melihat sosok 'hantu yang menyerupai Faye' sedang menggendong putranya di sudut ruangan sambil menggumamkan lagu dengan nada tenang.
"Kau-"
'Hantu itu' dengan cepat membalikkan tubuhnya dan tersenyum cerah setelah melihat bahwa Yoko sudah sadar. Dia dengan hati -hati meletakkan tubuh mungil Yuu ke dalam tempat tidur bayi yang ada di sana dan menyelimutinya dengan selimut kusam yang ada di sana. Setelah memastikan bahwa bocah itu tidak terbangun, Faye menghampiri Yoko yang mematung di tempatnya.
"Bagaimana keadaan mu? Maaf, tadi aku tidak sempat menangkap tubuh mu karena harus menyelamatkan Yuu terlebih dahulu," ucap Faye sambil mengulurkan tangannya dan membelai lembut wajah pucat Yoko.
"Siapa kau?!" tanya Yoko dengan penuh curiga, menarik dirinya mundur menjauh dari Faye.
Sang Kapten mengerutkan dahinya setelah melihat sikap Yoko yang mememperlakukan dia selayaknya orang asing.
"Aku Faye. Apakah kau lupa padaku?"
Sekali lagi Faye mencoba untuk mengulurkan tangannya untuk menyentuh Yoko, namun gadis itu dengan cepat menepisnya.
"Jangan bercanda! Faye ku sudah meninggal enam tahun yang lalu!"
"Aku melihat dengan mata kepala ku sendiri tubuhnya yang sudah terbujur kaku. Aku sudah mencoba untuk mendengar detak jantungnya namun aku hanya bisa mendengar ketiadaan!"
"Jadi berhentilah berbohong padaku! Tidakkah kau merasa kasihan pada ku? Barang sedikit saja?"
Air mata yang sedaritadi menggenang di pelupuk mata Yoko mulai tumpah melesat dengan cepat di kedua pipinya. Dia merasa luka yang selama ini berusaha untuk dia sembuhkan sedang disiram dengan air garam oleh 'hantu' yang ada di hadapannya ini.
Faye terdiam beberapa saat sebelum dia menghela napas dalam-dalam. Dia kemudian bangkit dan membuka kemejanya, menampakkan bekas-bekas luka yang memenuhi tubuhnya.
"Apakah kau masih belum mempercayai ku?" lirih Faye sambil menoleh ke arah Yoko yang duduk di atas tempat tidur.
"Semua luka ini sudah kau sentuh dan kau kenali dengan baik, kan?"
"Apakah kau lupa dengan luka yang ini?"
Faye menyentuh pangkal punggungnya dan menunjukkan bekas luka yang saling bertumpuk di sana.
Yoko mengerjap beberapa kali, dia tidak akan pernah melupakan luka yang sudah memberikan rasa sakit baik secara fisik maupun psikis pada tunangannya itu.
Sang Tuan Puteri mengulurkan tangannya dengan penuh ragu, menyentuh pelan bekas luka yang ada di tubuh Faye dengan lembut. Hatinya terasa nyeri, sama persis saat setiap kali dia menyentuh luka di tubuh Faye dulu sebelum Sang Kapten melakukan pelayarannya yang terakhir.
"Faye?" liriihnya memanggil.
"Ya?"
"Benarkah ini kau? Tunangan ku? Kekasih ku?"
"Ya. Ini aku, Yoo,"
"Aku tidak sedang bermimpi, kan?"
"Tidak, kau tidak sedang bermimpi,"
Faye berbalik dan menyatukan pandangannya dengan Yoko. Dia mengusap lembut air mata yang membasahi wajah gadis itu lalu menggenggam tangannya. Faye memastikan bahwa semua tindakannya tidak menakuti atau membuat Yoko merasa terancam seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
FanfictionOrang gila mana? Orang gila mana yang tau dia mabuk laut tapi jadi Kapten kapal? Faye!!!